Chapter 10

936 75 0
                                    

#Now Reading
Immortal By Dirstaalifia

×××

Ranjangnya berguncang, ketika sang pemiliknya menghempaskan tubuh mungilnya d sana. Seragam almameternya masih melekat di tubuh, terlalu malas untuk sekedar menggantinya dengan baju kaos di lemari.

Tepat pada menit ke kedua saat matanya sudah terpejam, ponselnya yang berada di saku almameternya bergetar. Sepersekian sekon, pun tangannya langsung mengambil ponselnya tersebut, tanpa mengubah posisinya yang saat itu terlentang setidaknya menjadi duduk.

Ternyata sebuah pesan masuk, dan nama Rana tertera di sana.

Ranasya
   16:00 pm, jan lupa babe 🔪💋

Prilly terkekeh kecil. Sahabat macam apa itu, hobi banget ngancem orang?.
Tapi, meski begitu, Prilly tak bohong jika dia sebenarnya benar-benar menyayangi sahabat yang umurnya lebih tua dua setengah bulan dari dirinya itu. Dan ia juga tau, Rana pun demikian.

Meski kadang sikap gadis itu sedikit menyebalkan, namun semua itu terkalahkan dengan rasa sayangnya padanya. Prilly benar-benar sayang pada Rana, tulus.

Setelah berdiam beberapa saat, gadis itu kemudian kembali menatap layar ponselnya sebelum akhirnya mengetik balasan untuk Rana yang berisi bahwa dirinya takkan lupa.

Sore ini, mereka memang sudah janjian untuk walk out bareng. Atas ajakan Rana, sih sebenarnya. Dan Prilly pun iya-iyain saja, mengingat sepasang sahabat itu sudah jarang jalan bareng bahkan untuk sekedar minum teh bareng seperti biasa di rumah salah satu dari mereka. Karena disibukkan dengan tugas-tugas sekolah.

Gadis itu melirik arloji yang masih terpasang di tangan kirinya, pukul dua lebih tiga puluh menit. Prilly pun memutuskan bangkit dari pembaringannya, dan segera melangkah ke kamar mandi di kamarnya.

Di siang hari seperti ini, mandi adalah pilihan yang tepat baginya untuk menyegarkan tubuh setelah beraktivitas hampir seharian di sekolah.

***

Kedua gadis itu masing-masing mengucapkan kata terima kasih kepada seorang wanita pelayan kafe yang baru saja mengantar pesanan mereka sebelum akhirnya wanita berseragam krem hitam khas kafe di tempat mereka saat itu berlalu untuk melayani beberapa pelanggan lain.

"Hh, sumpah udah dari kapan tau kita nggak ngafe bareng, tugas sekolah emang bener-bener bikin gue lupa sama dunia luar," Ungkap Rana sambil meminum Strawberry espresso ice pesanannya.

Prilly yang duduk di hadapannya mengangguk bersamaan dengan tangannya yang memasukkan segelas kecil kopi ke dalam gelas yang berukuran dua kali lebih besar berisi soda.

"Gue juga, rasanya kayak nggak ada waktu barang lima menitpun buat sekedar nge-teh kayak biasa." Kata Prilly sambil meraih segelas Coffe Bomb pesanannya itu lalu meminumnya.

"Serius deh, gue berasa kayak apaan aja dah– Eh betewe, gimana?"

Yang di tanya berkerut dahi. Bingung terhadap apa yang di maksud oleh sahabatnya itu. Namun, tepat pada dua detik setelahnya, akhirnya gadis itu paham terhadap apa yang di tanya Rana.

Meski sudah tau, Prilly tetap bergeming. Enggan rasanya menjawab pertanyaan yang sangat tidak ingin ia dengar dan jawab.

"Prill!"

"Hh?"

"Lah, ditanya malah diem."

"E–emang lo nanya apaan?" Tanya Prilly seolah tak mendengar pertanyaan Rana tadi.

Heart BreakWhere stories live. Discover now