Chapter 9

792 73 2
                                    

#Now Reading
Janji Hati 2: "Setelah Dava Tiada" By Elviranatali

×××

Dinginnya hembusan angin malam yang serasa menusuk sampai ketulang tak kunjung membuatnya beranjak dari tempat yang menjadi salah satu favoritnya di rumahnya yaitu; Balkon kamarnya.

Laki-laki berkaos putih tak berlengan itu duduk di sebuah kursi di balkon dengan sebuah gitar di pangkuannya.

Aliandra memetik-metik pelan senar alat musik tersebut dengan asal. Entahlah, tiba-tiba saja malam ini ia ingin memainkan gitar miliknya yang sudah cukup lama tak ia mainkan karena selalu disibukkan dengan tugas dari sekolah.

Selama kurang lebih sepuluh menit laki-laki itu terus memainkan gitarnya asal tanpa minat untuk membuatnya terdengar seperti lagu.

Matanya menatap lurus ke arah depan. Namun, siapapun yang melihatnya kini juga tau bahwa tatapan itu tatapan kosong. Raga-nya di sini, tapi tidak dengan pikirannya.

Jujur, semakin hari, semakin cepatnya waktu berlalu tanpa ia sadari. Bayang-bayang akan sosok yang dulu pernah menjadi seseorang yang sangat ia cintai perlahan-lahan memudar. Sedikit demi sedikit, nama Randa yang sempat terukir indah di hatinya perlahan sudah mulai terhapus.

Dalam hati Ali juga terus bersyukur karena pada akhirnya dirinya sanggup untuk melupakan Gadis itu. Melupakan semua yang pernah mereka lewati bersama dulu, melupakan semua kenangan manis mereka yang sekarang kini terasa pahit bahkan melebihi pahitnya kopi.

Dan mulai saat ini, Aliandra yakin. Bahwa suatu saat nanti, Tuhan pasti akan mempertemukannya dengan sesosok gadis yang lebih baik dari Randa. Karena ia sendiri tau, Tuhan mungkin memang merampas apa yang ia sayangi, tetapi dirinya yakin bahwa Tuhan pasti akan menggantikannya dengan yang lebih baik dari itu.

Ali juga yakin, hal itu pasti akan terjadi pada Randa. Dia juga berharap gadis berkerudung itu akan segera mendapatkan lelaki yang sangat pantas untuknya dan yang lebih baik dari dirinya–Ali. Serta yang akan menjadi sumber kebahagiaan gadis itu. Meski satu sisi dalam hatinya, Ali merasa sedikit kecewa menerima fakta bahwa laki-laki itu sudah pasti bukan dirinya.

Mungkin.
Tapi entahlah, meski begitu tetap saja. Untuk menarik Randa kembali kepelukannya, terasa sulit. Bukan karena keberadaan mereka yang memang berjarak sangat jauh. Tetapi karena rasa sakit yang di torehkan gadis itu tak kunjung terobati.

Sadar akan tingkah melow-nya, Aliandra menggelengkan kepalanya pelan. Sudahlah, ia sudah cukup lelah memikirkannya. Ia mengalihkan pandangannya ke langit malam bertabur ribuan bintang serta satu bulan berbentuk sabit yang indah.

Ali bahkan baru sadar jika suasana angkasa malam ini sangat indah.

Menatap ribuan bintang tersebut, tiba-tiba pikirannya teringat pada kejadian siang tadi. Saat ia berada di Perpustakaan.

Sosok gadis berambut indah sebahu di Perpustakaan siang tadi sukses membuat fokusnya teralih pada gadis bertubuh mungil itu. Ya, Ali tau, Aliandra sadar itu.

Gadis yang sama sekali belum ia ketahui bagaimana rupanya itu— ia merasa baru melihatnya sekali dan itupun hanya punggungnya saja, terasa.. menarik.

Sedikit menarik di matanya, dan sedikit membuatnya cukup tertarik padanya apalagi jika melihat tingkahnya siang tadi yang menurutnya.. sedikit lucu— saat gadis itu secara kilat menghalangi wajahnya menggunakan buku dan meninggalkan temannya tanpa berkata-kata.

Satu pertanyaan secara tiba-tiba terlintas di otaknya;

Apa dia itu gadis yang sama dengan yang waktu itu pernah gue lihat di ruang guru?

Heart BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang