He's Our Girl 12

3.3K 56 4
                                    

HOG 12 (FV)
Oneyhalva is Real

Main Cast: Cho Kyuhyun, Cho Minho/Kara/Park Hyun Mi, Lee Donghae, Lee Hyukjae, Cho Ahra

Support Cast : Kim Kibum, Yesung, Choi Siwon, Kim Heechul, Lee Sungmin, Leeteuk, Lee Taemin, Shindong, Ryeowook

Genre:  Romance (Pendusta.. apanya yang romantis coba’? hahaha)

Lenght : Chaptered


Kyuhyun POV
Donghae Hyung berdiri didepanku. Disampingnya ada leeteuk dan Siwon Hyung. Disebelahku, Eunhyuk Hyung duduk sambil menunduk.
“Katakan apa yang baru kalian lakukan…” Leeteuk Hyung angkat suara. Aku membuang pandanganku ke jendela. Menatap gorden ruang tengah yang terpanggang matahari sore. Ekor mataku melirik Donghae Hyung yang juga melirikku.
“Aku paling tidak suka pria pengecut yang memanfaatkan wanita yang menyukainya… Apalagi wanita itu adalah wanita yang kusukai” kata Donghae Hyung tajam. Walaupun matanya menunduk kebawah, aku bisa merasakan kalau dia menujukan kata-katanya untukku.
Siwon dan Eunhyuk Hyung memandangiku dan Donghae Hyung bergantian.
“Jangan memakai kalimat membingungkan seperti itu,.. Katakan saja…Ada apa dengan Kara? Kenapa kakinya bisa diperban begitu?” Siwon Hyung ikut bertanya.
“Aku meninggalkannya di jalan dan dia tertabrak mobil saat menelfon Donghae Hyung..” jawabku cepat. Kurasakan tiga Hyung didepanku menatapku marah. Aku membuang pandanganku ke tembok.
“Kenapa kau meninggalkannya di jalan?” Siwon Hyung memotong.
“Karena… Karena dia membuatku kesal…” jawabku gugup.
“Memangnya apa yang dia lakukan?” tanyanya lebih jauh. Aku semakin malas menjawab. Pada dasarnya aku memang berada di pihak tersangka. Aku yang salah.
“Mianhae… memang aku yang salah…” kataku menyerah. Tangan Eunhyuk Hyung merangkul pundakku.
“Dan kau Donghae… Mengapa kau memukul dongsaengmu seperti itu? Kau tahu masalahnya akan rumit kalau media tahu kalian bertengkar… apalagi masalah wanita..” Leeteuk Hyung bertanya lagi.
“Mianhae… Jeongmal Mianhae.. Aku tak bisa menahan emosiku… Lain kali aku berjanji takkan melakukannya..” katanya pelan. Aku melirik wajahnya yang menunduk. Matanya basah. Dia memang kadang agak cengeng. Dan pastinya Hyung-hyungku tidak akan memarahinya kalau sudah begini. Siwon Hyung menepuk-nepuk punggungnya.
“Jika peristiwa seperti ini terulang… Kara yang akan keluar..” kata Leeteuk Hyung tegas.
Aku membelalak. Begitu juga Donghae Hyung.
“Aniyo… Aku yang salah.. Jangan libatkan dia..”Donghae Hyung segera memotong.
“Jangan lakukan itu Hyung… Dia sama sekali tidak bersalah…” lanjutku.
“Terserah kalian berdua… Sekali lagi hal seperti ini terjadi, Kara yang akan keluar…” katanya sambil bangkit berdiri. Eunhyuk dan Siwon Hyung ikut memasuki kamarnya, meninggalkan aku dan Donghae Hyung di ruang tengah.
Hening.
“Aku akan syuting ke Taiwan setengah bulan…” katanya singkat. aku menoleh. Menatapnya. Lalu menunduk lagi.
“Jaga dia baik-baik…Aku tidak akan membiarkannya keluar dari Dorm ini, jadi kuharap berhentilah melakukan hal-hal yang membuatku emosi..” katanya serius.
“Kalau memang yang terbaik aku yang jaga jarak darinya, Biar aku saja yang menjauh…Kau bilang aku selalu membuatnya terluka kan?” balasku. Dia menatapku.
“Baru tiga jam yang lalu kau bilang dengan yakin hanya kau yang tahu cara membuatnya berhenti menangis, dan tiba-tiba sekarang kau bilang dengan mudah akan menjauh darinya…. Aku benar-benar ingin tahu, apa benar kau menyukainya Cho Kyuhyun?”
Aku mendengus. Tak menjawab. Membalas ucapannya hanya akan memancing perdebatan yang lebih panjang.
“Aku ke Taiwan bukan untuk mengalah darimu… Sebelum ia mengatakan dengan mulutnya sendiri kalau dia memilihmu, aku tidak akan mundur..”
*
Kara POV
Saat mataku membuka, kulihat Heechul dan Hyukjae Oppa tengah duduk disebelahku. Mereka sepertinya baru saja pulang dari show. Kulihat keduanya masih mengenakan pakaian aneh dan masih mengenakan make up. Rambut Heechul Oppa dikuncir ke belakang sementara si Monyet membiarkan poninya yang lebat dan simetris menutupi alisnya. Kalau dilihat-lihat, ternyata si Monyet itu tampan juga. Apakah karena sehari-hari dia kelihatan jelek ya?
Mereka tersenyum dan membantuku duduk.
Sebenarnya aku ingin bertanya kemana perginya dua manusia yang tadi berduel didepanku, namun aku mengurungkannya.
“Sudah baikan?” tanya si Bencong sambil menatapku. Aku mengangguk. Melihatnya takut-takut.
“Kau tunggu sebentar ya,… Aku ambilkan bubur.. aku juga mau ganti baju dulu,” kata Hyukjae Oppa menyambung. Mataku menangkap wajahnya lagi.
Aish…. Kenapa dia tampan sekali? Membuatku mulutku sulit bereaksi.
“Kau kenapa? Apa masih ada yang sakit?” Tanya si Bencong yang agak cemas melihatku diam saja. Aku menatapnya kikuk.
Si Monyet membuka selimutku dan memeriksa kakiku yang diperban.
“Mengapa melihatku seperti itu?” akhirnya si Monyet itu sadar juga kalau aku mengamati wajahnya dari tadi.
“An-iyo…” jawabku gugup.
Ia tertawa dan mengelus dagunya sambil memasang wajah sok ganteng.
“Kau tak perlu menjawab… Aku tahu kau sedang berpikir mengapa aku tampan sekali kan?.. Yah.. malam ini memang aku sangat tampan…” katanya sombong. Aku nyengir.
Heechul Oppa merangkul pundak Hyukjae Oppa dan menjitak kepalanya.
“Lihatlah… bukankah kami pasangan ideal?..” sambungnya lagi.
Si Bencong memeluknya sepenuh hati. Aku bergidik melihat kelakuan mereka berdua.
“Sudahlah Jjagiya,,…. Ayo kita ganti baju dulu…Tidak baik membiarkan Kara melihat kita ganti baju disini…” kata si Bencong masih dengan tangan menggantung di pundak si Monyet.
Aish…Menji-jik-kan…
Mereka kemudian keluar dari kamar.
Aku bangkit duduk dan membuka selimutku. Kaki kananku diperban. Begitu juga telapak tangan kiriku. Beberapa menit kemudian kudengar suara pintu menjeblak.
Dan..
Sepotong muka setan menyembul dari pintu. Ia membawa nampan berisi mangkuk dan gelas air putih. Kakinya menendang daun pintu. Ia mendekat. Aku meliriknya dengan muka bersungut. Teringat lagi adegan cium-setan semalam dan adegan dicium-setan tadi siang.
“Ayo makan…” katanya singkat.
Aku diam saja. Mukaku menunduk.
“Yhak… Kau mau makan sambil menunduk begitu?” katanya lagi. Aku mengangkat wajahku dan seketika merasa mukaku panas.
“Kenapa kau memandangi bibirku?”
KYA………
“Ayo makan dulu.. setelah itu kau sikat gigi, nanti kita bisa melakukannya lagi lebih lama…” katanya enteng sambil menahan tawa. Aku memukul kepalanya dengan bantal.
Ia menyendokkan bubur dari mangkoknya dan mengarahkannya ke bibirku. Aku membuka mulut dan menelan bubur itu sambil diam.
“Baiklah… sebelum kau merusak mood-ku dengan bertanya ‘pangeran’mu kemana, aku akan bilang sekarang saja.. Dia sekarang ada di Taiwan, sedang syuting dengan Siwon Hyung. Tadinya dia berniat pamitan padamu, tapi kau pingsan seperti mayat, jadi dia berangkat lebih dulu..”
Aku sedikit kaget. Syuting di Taiwan?
“Sampai kapan?” tanyaku reflex. Kyuhyun tidak menatapku dan malah sibuk memandangi bubur di tangannya.
“Setengah Bulan…” katanya singkat.
Hm.. setengah bulan tidak ketemu ya?
“Kenapa? Sedih?” tanyanya lagi.
Aku menatapnya agak sebal.
“Tentu saja…” jawabku. Dia segera menaruh nampannya diatas meja dan berdiri.
Aku menarik tangannya. Dia tak melihatku.
“Yhak.. Kenapa kau marah?” tanyaku setengah berteriak.
Ia melirikku sinis.
“Kenapa aku harus marah?” tanyanya dengan wajah emosi.
Aish.. Namja tolol ini…masih mengelak dia suka padaku?
“Apa aku harus katakana kenapa kau harus marah… Sudah pasti karena kau cemburu padanya…” kataku enteng. Sepertinya ini seru sekali. Lihatlah, wajahnya merah dan tampak lucu sekali.
Ia menghempaskan tanganku yang memegangi tangannya. Karena terlalu keras, aku terhuyung dari kasur dan jatuh ke lantai. Kakiku terlilit selimut. Seketika aku berteriak karena rasanya nyeri sekali. Kyuhyun segera membalik badannya dan membantuku naik ke atas kasur. Mukanya terlihat cemas.
“Mianhae… ” kataku tulus. Ia melirikku sambil tersenyum.
“Maafkan aku juga soal tadi siang… Kau jadi tertabrak karena aku meninggalkanmu di jalan..” katanya agak gugup.
“Ne… lupakan saja…” kataku singkat.
Suasana jadi hening dan kami berdua jadi salah tingkah. Ia masih setengah duduk disebelah kasurku.
“A-pa.. kakimu masih sakit?” dia bertanya.
“Aniyo… sudah lebih baik..” jawabku cepat.
“Aku tidak pernah bermaksud membuatmu sakit… tapi… yah… ini kedua kalinya aku melukaimu.. Mianhae, Jeongmal Mianhae… lain kali aku akan jaga jarak denganmu…”
Kata-katanya membuatku kaget. Jaga jarak?
“Aniyo… Kau tak perlu melakukannya… ini juga bukan salahmu… aku memang kadang-kadang menyebalkan…” sanggahku.
Dia tak berani menatapku. Matanya mengamati tembok.
“Tidak… Kurasa benar juga kata Hyung-hyung kalau aku dekat-dekat denganmu kau selalu kena masalah..” katanya.
Aku meliriknya agak cemas.
“Aniyo… Jangan berpikir begitu…Sudah kubilang ini bukan gara-gara kau.. Aku memang ceroboh..” sangkalku buru-buru.
Bukankah percakapan ini aneh sekali?
Ini pertama kalinya kami saling menyalahkan diri sendiri.
“Baiklah, aku setuju, kita lupakan saja…Kalau begitu.. ayo teruskan makan buburnya..” ia mengambil mangkuk bubur dan menyendokkan bubur dari mangkuk dengan kikuk. Aku mengamatinya.
“Kyuhyun-ah.. apa kau sudah minta maaf pada Doghae Oppa?”
Ia berhenti mengangkat sendoknya. Menaruhnya lagi di mangkok.
“Kenapa aku yang kau suruh minta maaf? Dia yang memukulku duluan…” katanya serius.
“Tapi kan kau dongsaeng-nya…” potongku.
Ia mendengus.
“Ne… Ne… aku akan minta maaf padanya…” katanya setengah hati. Ia menyendok bubur dan memasukkannya ke mulutku.
“Kyuhyun-ah…” panggilku.
“Hmmm…” dia berdehem malas.
“Kau mau menemaniku menonton konser?” tanyaku yang segera membuatnya bereaksi berlebihan.
“Apa itu artinya kau mengajakku kencan?”
Aish… apa yang ada di otaknya? Kencan?
“Aniyo… Aku tak punya teman kesana…Aku sudah beli tiketnya kemarin…” kataku segera.
“Eh… tapi tentu saja aku tak bisa menemanimu..” katanya lemas. Seperti baru mengingat sesuatu. Aku mengernyit.
“Kenapa? Kau ada show?”
“Tentu saja… Aku kan ada di atas panggung…” sambungnya kecewa.
Sudah kuduga bocah ini salah paham. Dia kira kami akan melihat konser S.M.The Ballad –group bandnya yang selalu menyanyikan lagu menyedihkan itu- besok malam?
“Hyak.. Kau kira kita akan ke konsermu yang membosankan itu? Aish… Buat apa aku melihatmu menyanyi di panggung… Mataku sudah sakit hati melihatmu setiap hari…” kataku cepat. Ia memukul kepalaku dengan sendok.
“Kita akan melihat Konser Shinee selasa depan… bagaimana?”
Dan mukanya langsung merengut.
“Aish… Untuk apa melihat bocah-bocah itu berjoget?…” katanya.
“Aku sudah beli tiketnya… untuk dua orang…” ujarku tak menghiraukan protesnya.
“Baiklah… tapi kau juga harus melihat konserku lusa malam…”
Aku mendelik.
“Aniyo… Kakiku masih sakit… tidak bisa jalan…” kataku mencari alas an.
Mukanya menyeringai.
“Aku yang akan menggendongmu, bagaimana?”
Pletak!
Tanganku mendarat di kepalanya.
“Aish.. aku bisa mati bosan melihat konser seperti itu…Tidak ada dance-nya, tidak menarik…melihat kau berteriak-teriak selama satu jam… telingaku bisa terbakar…” tambahku lagi.
Pletak!
Aku yang kena jitak sekarang.
“Kalau begitu aku juga tidak akan menemanimu melihat Konser Shinee…” tolaknya santai. Aku membelalak.
“Kalau begitu akan mengajak Hyukjae Oppa saja..” jawabku cepat.
“Sayangnya Hyukjae Hyung akan pergi dengan Noona-ku…” katanya membalas.
“Kalau begitu dengan Siwon Oppa..”
“Kau lupa dia di Taiwan hah?”
“Kalau begitu aku akan mengajak Oppa yang lain..”
Dia memukul mangkoknya dengan sendok dan mendesis.
“Aish… berhentilah menjadi makhluk menyebalkan…” katanya.
“Ne…Karena kau memaksa,. aku akan melihat konsermu..” kataku setengah hati.
Mukanya berbinar.
“Aku akan pastikan kau tidak bosan melihatku…”
Mataku melebar. Apa maksudnya dia bilang begitu?
“Kau tidak perlu bingung, kan kalian tampil berempat… kalau aku bosan, aku bisa melihat Jino-”
Pletak!
Sebelum kalimatku selesai, tangannya mampir lagi di kepalaku. Aku meringis dan menatapnya tak terima.
“Kau bisa tahu Jino juga?” tanyanya kemudian. Mulutnya menyeringai jelek.
“Ne… Aku mengenal semua Namja imut di Korea… karena wajahmu seperti Ahjus-“
Pletak!
*
Kyuhyun POV
“Hyung-ah…” kataku sambil mendekatkan dudukku disebelah Eunhyuk Hyung. Kami sedang duduk di ruang tunggu menunggu MC memanggil Super Junior. Kami tengah mengisi acara music mala mini. Dengan formasi hanya Sembilan orang, ruang tunggu pun serasa sepi. Padahal kalau kupikir-pikir Donghae dan Siwon Hyung bukan tipe ‘peramai suasana’ dan walaupun aku masih muak setengah mati dengannya, tidak ada mereka benar-benar terasa berbeda. Aku melirik muka si Monyet yang sedang main ponsel disebelahku.
“Ada apa?” tanyanya. Ia buru-buru menaruh ponselnya dan menatapku sopan. Kelakuannya sudah begini sejak dia mengumumkan hubungannya dengan Noona-ku. Tentu saja dia berharap aku segera merestui hubungan mereka berdua.
“Kau mau menolongku melakukan sesuatu?” tanyaku hati-hati.
Mukanya langsung serius. Tangannya mendadak naik ke kepalaku. Mengelus rambutku. Aku meliriknya dengan muka bingung dan ingin muntah.
“Tentu saja adikku sayang….”
KYAAAAA………..
Telingaku berontak tak terima. Tapi posisiku sedang tidak bagus untuk membalasnya dengan jitakan.
Baiklah Cho Kyuhyun…
Mengalahlah sedikit…
“Maukah kau mengantar Kara menonton konserku besok malam?.. Kau tahu sendiri kan, kakinya masih sakit…” tanyaku pelan. Dia mengernyit.
“Dia mau?” tanyanya sangsi.
Aish.. pertanyaannya benar-benar membuat emosiku menanjak.
“Ne… “ jawabku singkat.
“Baiklah…”
Tanganku segara menahan tangannya yang hendak memasang earphone.
“Satu lagi…” kataku sedikit memohon.
“Apa?”
*
Kara POV
Saat aku pingsan kemarin, Donghae Oppa mengirimiku tujuh pesan singkat yang sama. Menyuruhku menghubunginya kalau aku sudah terbangun. Aku mengiriminya pesan sesuai keinginannya dan terus saling membalas pesan hingga siang ini. Aku melirik dua foto yang baru ia kirimkan dari Taiwan. Satu foto saat dia tiduran di kamarnya, dan satu foto lagi saat dia bersama Siwon Oppa didepan hotel. Seperti biasa, ia kelihatan tampan.
Mataku beralih membaca pesan lain. Dari Kyuhyun.
Kau akan mati muda kalau coba-coba tidak datang malam ini..
Lengkap dengan foto close-up wajahnya sendiri dengan tampang dipaksa keren. Aku tertawa melihatnya. Seperti biasa, mukanya jerawatan.
Aku mendengar seseorang membuka pintu kamarku. Ternyata si Monyet.
“Kara-shii… Kau belum siap-siap?” Tanya Eunhyuk Oppa cepat. Aku mengangguk dan menunjuk baju yang menggantung didekat almariku.
“Kita sekeluarga akan berangkat semobil malam ini….Kau pakai baju itu?” tanyanya lagi. Telingaku agak gatal mendengarnya menyebut ‘kita sekeluarga’. Aish… Dosa apa yang telah kuperbuat hingga harus sekeluarga dengan seekor monyet?
“Ne… Tentu saja..” kataku. Eunhyuk Oppa menggaruk kepalanya.
“Kyuhyun menyuruhmu memakai gaun kan?”
Mukaku menyeringai.
“Dia akan mati muda kalau aku sampai memakainya…” jawabku sadis. Eunhyuk Oppa tertawa dan menutup pintu kamarku.
Aku buru-buru menyambar jaket dan lari menuju lift. Menarik tangan Yesung dan Ryeowook Oppa yang juga ikut berangkat menonton konser. Membuka pintu mobil dan kami duduk di jok belakang. Kulihat Ahra Unnie duduk disebelah Eunhyuk Oppa di depan.
“Kau ikut juga?” Tanya Yesung Oppa yang masih kaget melihatku ikut naik mobil. Aku mengangguk tak menjawab.
Kami sampai di lokasi konser. Didepan loket kami membeli Lightstick. Semua penghuni mobil sepakat membeli Lightstick bertuliskan ‘Kyuhyun’ kecuali aku. Tentu saja aku takkan menyia-nyiakan uang sakuku yang terbatas untuk membeli benda-benda pembawa sial seperti itu.Aku membeli Lightstick bertuliskan ‘Jino’dan mengekor dibelakang Yesung Oppa mencari kursi di balkon paling depan. Beberapa penonton yang sadar Yesung, Ryeowook dan Eunhyuk Oppa baru saja lewat serentak berteriak-teriak.
Aku mengambil kursi disebelah kiri Ahra Unnie. Oppa-ku yang lain duduk berjajar disebelah kanan Ahra Unnie.
Konser berlangsung membosankan, tepat seperti dugaanku. Kyuhyun menyanyi berkali-kali. Ia memakai setelan jas dengan rambut disisir rapi. Tampan. Tapi tak cukup tampan untuk membuatku tidak bosan. Aku melihat mereka dengan tangan terlipat di dada. Jino terlihat tua malam ini. Dia berdiri didekat Jonghyun. Kyuhyun berdiri di samping Jay.
Awalnya aku memang kaget mendengar suara Kyuhyun yang ternyata, ehm,… merdu sekali. Mengamati teknik bernyanyi-nya. Namun sekali lagi, ini membosankan. Tidak ada yang mereka lakukan selain beryanyi bergantian dan berteriak-teriak. Yang paling menjengkelkan adalah saat sesi menyanyukan lagu kebangsaan ‘Hot Times’. Lagu yang penuh lolongan itu benar-benar membuat telingaku sekarat. Selain mereka berempat yang berteriak sekuat tenaga, penonton juga ikut berteriak sepenuh hati.
Setelah lagu ke-lima yang dinyanyikan solo oleh Jonghyun, kulihat bocah itu nongol lagi di panggung. Ia mengganti jasnya dengan kaos lengan pendek dan ceana jeans. Anak itu memang abnormal, menyanyikan lagu mendayu-dayu dengan kostum bocah petualang seperti itu?
Dia berdiri ditengah panggung. Sepertinya menyanyi duet bersama jonghyun Oppa yang juga berdiri disebelahnya. Mereka sama-sama memakai kaos.
Musik diputar.
Ring Ding Dong?
Mulutku menganga.
Bocah tolol itu mulai menggerakkan badannya. Menirukan gerakan Jonghyun disebelahnya. Ia memutar pantatnya dengan bahagia.
Dan ballroom seperti meledak saat Kyuhyun sinting itu salah memutar pantatnya ke kiri. Jonghyun bahkan sampai jatuh terduduk menahan tawa disebelahnya. Pada akhirnya, Jonghyun hanya mengamati Kyuhyun dan tidak ikut berjoget. Bocah setan itu mengubah banyak gerakan Ring Ding Dong menjadi gerakan ‘No Other’.
*
Hampir setengah sepuluh malam. Konser sepertinya akan berakhir. Aku menatap panggung tak sabar. Kenapa mereka tak segera mengakhiri konser dan malah berpose sok ganteng di atas panggung? Mereka harusnya berpikir bahwa diantara ribuan penggemar disini, ada beberapa orang merana yang datang menonton karena ‘terpaksa’. Sepertiku.
Pada akhirnya, setelah perkenalan yang tidak perlu, mereka mengumbar salam perpisahan yang ditutup dengan lagu Ost. Drama yang membuatku jatuh cinta sejak pertama kali mendengarkannya, Hope is a Dream that Doesn’t Sleep. Mereka menyanyikannya keroyokan, alias berempat.
Mataku tidak jadi mengantuk mendengar lagu itu dinyanyikan.
Menuju akhir part lagu, namja-namja itu mendadak mengeluarkan setangkai mawar dari dalam jas mereka. Penonton berteriak histeris saat satu persatu personel meninggalkan panggung menuju balkon penonton. Beberapa bodyguard mengawal mereka dengan ketat.
Eh, apa bocah itu menuju ke arahku ya?
Kulihat Kyuhyun mendekat ke barisan balkon yang kududuki. Eunhyuk dan Yesung Oppa kompak melirikku. Aku jadi gugup sendiri. Ahra Unnie juga memasang senyum penuh arti ke arahku. Aku semakin grogi.
Aish.. apa ini maksudnya dia bilang ‘aku tak akan bosan’?
Kyuhyun makin dekat.
Kakinya berhenti melangkah didepanku. Ia masih menyanyikan part terakhir lagu dan menyodorkan mawar itu sambil setengah berjongkok. Aku menghela nafas gugup. Aku tak berani menatap matanya. Aku menunduk bingung dan dengan tidak sadar menjuntaikan tanganku mengambil mawar yang ternyata..
UNTUK AHRA UNNIE…….
*

He's Our GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang