'151 cm'
Ini ketika Alexandra Ferandyl, si anak SMA, tingginya naik menjadi 151 cm dan perlahan-lahan mulai merasa malu untuk mengakui Fianta Aprilio, si anak SMP, sebagai pacar di hadapan teman-temannya.
'Ujian Nasional'
Ini juga ketika Fianta Apri...
Dengan sedikit titik-titik keringat di kening gue, gue menarik nafas dan membuangnya perlahan. Trus ngelakuin itu lagi. Lagi. Lagi. Berkali-kali. Terus menerus.
Dan sampai gue gak sadar kalau jari-jari tangan gue dari tadi tanpa sadar mengetik secara asal di keypad handphone gue.
Oke, sebelum kalian mikir gue kenapa-kenapa, gue cuma pengen kasih tau. Sebenernya sedikit memalukan sih, tapi...
GIMANA SIH CARA NGEHILANGIN RASA CEMAS WAKTU MAU MASUK SMA?!
Iya, iya, emang kedengerannya gue kaya anak kampung yang baru pertama kali dateng ke kota. Norak. Tapi, secara gue hari ini resmi jadi anak SMA loh, SMA! SEKOLAH MENENGAH ATAS!
Coba bayangin gimana gue, seorang Alexandra Ferandyl, pake baju putih abu-abu? Pasti aneh 'kan? Gue juga sampe saat ini masih ngerasa kaya kurcaci yang salah kostum.
Oh ya, kalian mau tau apa yang bikin gue overdosis gugup hari ini?
Gue takut. Gue takut gak dapet temen. Gue takut gue gak bisa beradaptasi di SMA. Gue takut. Takut. Takut.
Dan yang bikin ketakutan gue bertambah itu ketika bokap gue berhentiin mobilnya, dan bilang, "kak, kita udah sampe."
🌱
Gue menatap panik ke arah sebuah kelas yang diatasnya tertulis papan nama: X IPA 3. Kelas yang tadi diberitahukan oleh petugas tata usaha akan menjadi kelas gue selama 1 tahun ke depan.
Dada gue berdentum kencang, di kening gue muncul titik-titik air keringat, dan tangan gue sedari tadi gak berhenti meremas rok abu-abu yang gue pake.
Gue menghembuskan nafas. "Sumpah deh, gue malu-maluin banget elah telat dihari pertama masuk sekolah," dumel gue pada diri gue sendiri
"Trus nanti kalo ditanya alesan kenapa telat, gue harus jawab apa coba? Masa jawab 'maaf pak bu, saya telat gara-gara mendekam di toilet lantai bawah buat boker saking gugupnya' kan apa banget," gerutu gue.
Akhirnya, setelah terjadi perdebatan batin, mau enggak mau, tangan gue terjulur ke arah gagang pintu kelas X IPA 3.
Namun, belum sempat gue memegang gagang pintu, sebuah suara menghentikan gerakan gue.
"EH TELAT JUGA YA? BARENG DONG!" Pemilik suara itu, yang ternyata cowok, berkata kepada gue dengan suara yang kenceng banget.
Gue langsung melotot tajem ke arah cowok itu.
"LO KENAPA TELAT?" tanya cowok itu saat udah berada di dekat gue.
"Lo gila ya?" desis gue.
Di luar dugaan gue, cowok itu malah ngejulurin tangannya. "NAMA GUE DAVIN, LO SIAPA?"
Cowok itu, yang ngaku-ngaku namanya Davin, bener-bener gila.
Apa dia gak punya otak teriak-teriak di lorong depan kelas--yang sepi?
"HAI ALEXANDRA FERANDYL," menyadari gue enggak menanggapi uluran tangan dia, dia malah langsung baca badge nama di seragam gue, "GUE DAVIN, SALAM KENAL YA!"
Akhirnya setelah dapat menahan semua hasrat untuk membunuh cowok itu, gue tersenyum, dikit. "Panggil gue Fera aja. Oh iya, ayo masuk. Jangan lama-lama disini, nanti lo bisa mati."
Mati gue cincang, tambah gue, dalam hati.
Gue lihat raut wajah cowok itu sempet keliatan bingung selama beberapa detik.
Dan, tiba-tiba, bener-bener diluar dugaan, cowok itu (sumpah, gue gak sudi buat nyebut nama dia) narik tangan gue.
Dia ngebuka pintu kelas 10 IPA 3 dengan brutal dan langsung berteriak, "MAAF PAK, BU, KAMI MOHON AMPUN ATAS KETERLAMBATAN KAMI."
GILA.
BENER-BENER HANCUR KESAN PERTAMA GUE.
Fian, gue butuh lo sekarang.
🐵
gila!! baru sadar cerita ini udh lama bgt ga gue lanjut. udh berdebu kali ya, dan mungkin readersnya udh jd tengkorak doang kali ya saking lamanya. hehe.
