"Rekan"

12 1 0
                                    

Seul Bi menghentikan langkahnya begitu melihat siapa yang menjemputnya.

"Noona"

Panggilan bernada riang itu sama sekali tidak Seul Bi gubris. Seul Bi melanjutkan langkahnya menuju bangunan timur. Di sanalah tempat Lee Hyeon Ren, majikannya saat ini tinggal.

"Noona dingin sekali"

Suara itu kembali terdengar. Seul Bi bersikap acuh dan membiarkan pemilik suara itu mengikutinya.

"Noona... Seul Bi noona... Hyo Seul Bi-ssi"

Seul Bi menghentikan langkahnya dan berbalik menatap orang yang sejak tadi mengikutinya

"Ada perlu apa dengan saya, Hoon Jin-ssi ?"

Orang itu, Hoon Jin tersenyum senang akhirnya Seul Bi mau menjawab panggilannya. Seul Bi tidak harus bersikap bagaimana di hadapan Hoon Jin. Kalau Sang Ryung yang disapanya, tentu tanpa pikir panjang Sang Ryung akan menarik keluar pedangnya dan menyerang Hoon Jin.

"Bagaimana keadaan Sang Ryung-ssi ?" pertanyaan yang paling tidak ingin Seul Bi jawab.

Seul Bi memalingkan wajahnya dan melanjutkan langkahnya menuju tempat Lee Hyeon Ren.

Hoon Jin menarik-narik ikat kepalanya dan menggaruk belakang kepalanya.

"Hoi, Hoon Jin. Apa yang sedang kau lakukan ? Mengganggu para pelayan lagi ?"

Hoon Jin mendongak dan menatap pria berambut ikal yang baru saja menegurnya di atap. Orang itu sedang duduk-duduk santai sambil menegak sebotol soju1

"Dong Jae-hyung, bagaimana ini ? Aku baru saja ditolak"

Pria yang dipanggil Dong-Jae itu memutar lehernya dan mendapati sosok punggung Seul Bi yang sudah berjalan lumayan jauh.

"Kau serius ? Dia gadis dari panti asuhan milik Kim Hye Soon, bukan ? Kau baru saja membunuh ibu-nya dan kau tertarik padanya ? Kau gila !"

Hoon Jin tertawa "Seorang perjaka juga butuh seorang gadis di sisinya bukan ?"

"Dasar gila. Gadis itu juga sudah punya pacar, bukan ? Pemuda yang terus mengurung diri itu. Dia sudah jadi buah bibir para pelayan. Cih, hanya modal tampang saja, produk impor pula"

"Sang Ryung-ssi orang yang baik"

Dong Jae terdiam. Ditatapnya Hoon Jin yang juga sedang balas menatapnya.

"Aku terkejut kata-kata itu keluar dari mulutmu"

"Aku menghormatinya"

"Dasar aneh, kau baru saja membunuh keluarga orang yang kau hormati itu. Dan lagi Dong Gi sangat membencinya. Aku saja kaget melihatnya pulang dengan tangan tersisa hanya sampai siku saja"

Hoon Jin tersenyum menanggapi perkataan Dong Jae. Ia teringat kepada Dong Gi yang menolongnya saat dirinya nyaris terkena tebasan Sang Ryung waktu itu. Setengah kaget juga saat mendapati Dong Gi kehilangan separuh tangan kanannya setelah duel-nya dengan Sang Ryung.

Hoon Jin akhirnya yakin sepenuhnya kalau Sang Ryung jauh lebih kuat dari perkiraannya.

"Oh ya, Dong Gi dimana ? Aku harus menahannya kalau dia tiba-tiba menyerang Sang Ryung" ucap Hoon Jin tiba-tiba.

Dong Jae tergelak "Kau perhatian sekali dengan orang tertutup itu"

Hoon Jin mengibaskan tangannya sambil terkekeh "Aku justru khawatir dengan Dong Gi, orang itu hanya punya sisa tangan satu, bukan ?"

"Dong Gi ?" Dong Jae tergelak lagi "Orang itu monster"

Hoon Jin tersenyum. Kalau harus memilih salah satu dari Sang Ryung atau Dong Gi, Hoon Jin akan lebih memilih untuk membunuh Dong Gi.

1. Soju : minuman beralkohol

Nabi "Butterfly"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang