"Pulang"

99 5 0
                                    

"Seul Bi eonni1 ! Ayo cepat kemari !"

"Mi Ae ! Jangan lari-lari !" suara gadis bertopi jeonmo2 itu sama sekali tidak dihiraukan oleh gadis cilik bermata bulat itu. Hanbok3 merah yang dipakai gadis cilik seolah tidak mengganggu langkahnya sama sekali sementara gadis itu kerepotan berjalan di tengah tumpukan salju sambil menarik-narik Baerae4-nya.

"Seul Bi eunni ! sini ! sini !"

"Mi Ae... jangan lari..." gadis yang dipanggil Seul Bi ini mulai kehabisan nafas. Gadis itu terus mendaki lereng di tengah salju sambil membawa keranjang bambu berisi lauk pauk yang dibelinya di pasar kota. Rambutnya yang lurus panjang sepinggang ia biarkan terurai menutupi punggung Jeogori5-nya. Jauh di depannya, gadis cilik yang dipanggil Mi Ae itu terus berlari, mendaki lereng bersalju tanpa perlu bersusah payah. Mi Ae terus menyenandungkan lagu anak yang baru-baru ini dihafalnya. Berulang-ulang.

Seul Bi berhenti dan mengatur kembali alur nafasnya yang kacau. Keranjang bambu yang dibawanya berisi lobak dan kentang, jadi bobot yang dibawanya lumayan mengurangi staminaninya lebih drastis dari biasanya.

Tiba-tiba saja sebuah tangan terjulur di depannya dan mengambil keranjang bambu yang dibawa oleh Seul Bi. Satu tangan itu saja cukup untuk membawa keranjang bambu berisi lobak dan kentang itu dengan lengan kanannya dan karung goni berisi beras di pundak kirinya.

Orang itu tidak mengatakan apa-apa dan melanjutkan pendakiannya menaiki lereng bersalju. Seul Bi hanya terdiam sambil menatap punggung lebar milik orang yang baru saja membantu membawakan bawaan Seul Bi.

"Sang Ryung !" panggil Seul Bi, merasa tidak enak.

Sang Ryung menoleh ke arah Seul Bi dan dari posisinya, Seul Bi harus mendongak melihat Sang Ryung yang sudah mendaki lereng lebih jauh dari Seul Bi. Dari posisinya inilah Seul Bi bisa melihat sedikit rambut pirang milik Sang Ryung yang ditutupi oleh kain dan gat6. Darah campuran, begitu orang-orang memanggil Sang Ryung. Dalam diri Sang Ryung mengalir dua macam darah yang berbeda. Ibu orang pribumi dan ayah orang asing. Rambut pirangnya yang lembut dan warna matanya yang sebiru langit membuatnya tampak paling menonjol di antara orang-orang pribumi.

Sang Ryung tidak mengatakan apa-apa dan berbalik memunggungi Seul Bi begitu saja, melanjutkan pendakiannya menyusul Mi Ae yang sudah jauh di depan dan sibuk melambaikan tangannya dengan gerakan acak. Seul Bi menghembuskan nafas panjang dan melanjutkan pendakiannya tanpa banyak bicara.

"Hei"

Seul Bi mendongak kaget

Sang Ryung berdiri agak jauh di depan dan menatapnya gusar. Tampak seperti malas menungguinya tapi mau tidak mau harus mau menungguinya. Seul Bi merengut. 'Aku tidak pernah memintanya menungguiku'. Sang Ryung tidak mengatakan apa-apa lagi dan menunggu Seul Bi yang berusaha mendaki lebih cepat.

"nabiya nabiya [Kupu-kupu, kupu-kupu]"

"iri nara onuhra [Terbanglah kemari]"


1 eonni : panggilan untuk kakak perempuan (oleh adik perempuan)

2 jeonmo : topi bambu yang ditutupi kain

3 hanbok : pakaian tradisional Korea

4 baerae : rompi luar jeogori

5 jeogori : bagian atas Hanbok

6 gat : topi pria Korea





Nabi "Butterfly"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang