Chapter 2: The Mentalist

2.5K 251 217
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

dedicated for Diana, for being one of nicest person  and energetic person that I've ever met in Wattpad. 

***

New York

Di sebuah rumah kecil di Syracuse 1320 New York, pukul 06.03, seorang gadis berumur 14 tahun bangun dengan tersentak dari tidurnya. Ia membelalakkan matanya dan duduk dengan perlahan di pinggir kasurnya. Nafasnya terasa tidak teratur, sama seperti rambut pirangnya yang berantakan. Ia memejamkan mata birunya dengan gusar, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat di dalam mimpinya. Ia menghela nafas panjang. Gadis itu tahu, itu bukan mimpi yang indah.

Itu sangat buruk. Benar-benar buruk.

Yang ia ingat sekarang tentang mimpi itu hanya beberapa kilasan-kilasan. Seorang superhero. Botol-botol eksperimen laboratorium. Seorang remaja lelaki. Robot. Tembakan-tembakan peluru. Darah. Percikan cahaya yang menyilaukan matanya. Itu tak masuk akal. Pasti ada penjelasan tentang itu. Yang bisa membantunya berpikir dengan jernih adalah segelas air mineral hangat dari dapur.

Brak! Bum!

Belum sempat gadis itu membuka pintu kamarnya, terdengar suara debuman dari luar. Diikuti dengan derapan kaki sekelompok orang. Ada sesuatu yang terjadi. Ia tahu ada sekelompok orang yang tak dikenal mendatangi rumahnya. Gadis itu mengambil pisau lipat Swiss dari laci meja belajarnya dengan pelan. Dengan perasaan penasaran dan takut, ia membuka pintu kamarnya perlahan, memastikan keadaan. Sebuah pemandangan mengerikan terjadi di depannya.

Gadis itu berteriak histeris.

Ia membanting pintu kamarnya.

***

"Good mooorning, sunshine!"

"Go away, Washburn."

Robert, di tengah tidur nyenyaknya setelah malam yang melelahkan, terbangun karena panggilan bahagia Ben tepat di telinganya. Ia menggerutu di balik selimutnya, sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dari sinar matahari. Ia berusaha memejamkan matanya kembali. Namun ia tak bisa. Terima kasih, Ben Washburn, gerutu Robert di dalam hatinya. Berkatmu, aku tak bisa tidur lagi. Ha-ha, menyebalkan.

Ben tersenyum kecil sambil berusaha menarik selimut Robert. Seolah-olah bersikap seperti ayah angkat Robert sendiri. Namun Robert menahan selimut berwarna hijau toska itu dengan keras sambil menyembunyikan wajahnya di dalam selimut. Ben memutar bola matanya dan menghembuskan nafas panjangnya.

"Bangun, Runner. Sudah pukul 07.30 pagi sekarang."

"Berikan aku waktu 5 menit lagi."

"Tidak."

"Tidak?"

"... atau aku dan Andy akan menghabiskan jatah sarapan mac and cheese-mu hari ini."

The RunawaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang