BAB 13

62 9 2
                                    

"Batalkan beberapa pertemuan ke depan," kata Rachita, wanita dengan nada yang begitu serius.

Sekretarisnya di seberang sana terkejut. "Eh, Bu, sungguh? Ta-tapi, semuanya sudah disiapkan, ini akan jadi kesempatan bagus membangun relasi."

"Kamu tidak dengar? Anak saya sedang sakit sekarang. Jika kamu menyesalkan acaranya batal karena ketidakhadiran saya, kamu saja yang datang ke penjamuan sana." Karena itu hanya acara makan malam para pemimpin.

"Ta-tapi, Bu--"

"Terima kasih." Panggilan dimatikan sepihak, dan pria itu dibuat pusing tujuh keliling karenanya.

"Hah astaga ...." Dia duduk di kursi kebesarannya dengan frustrasi. "Kenapa tiba-tiba, bikin saya terkejut."

"Hm? Kenapa?" tanya seorang pria lain yang ada di sana. "Ada apa dengan Bu Rachita?"

"Kamu percaya, Bu Rachita baru saja membatalkan pertemuan? Itu hal mustahil." Karena selama ini, Rachita selalu jadi bos yang sempurna dan sangat menghargai tiap gerakan kecil demi menaikkan harkat martabat perusahaan.

"Lho, terus bagaimana dengan penjamuannya?"

"Hah entahlah, kita akan dicap buruk oleh klien." Dia memijat kening kesal. "Padahal Bu Rachita bagus, tak seperti mendiang suaminya yang susah diatur, perusahaan nyaris pailit."

"Memang kenapa dia membatalkan itu? Ada hal penting apa?"

"Anaknya sakit, katanya. Padahal bisa menyewa pengasuh." Ia bersandar di kursi dengan lelah. "Kalau sampai dia seperti mendiang suaminya dulu, perusahaan ini bisa benar-benar hancur, baru juga naik lagi."

"Kalau tahu begini dari awal, kenapa kamu enggak minta alih tangan saja ke kamu biar kamu yang mengurusnya."

Mata sekretaris itu mendengkus. "Niat awalku juga begitu, dan awalnya aku memancing Bu Rachita agar masuk ke perusahaan dan memainkan peran sementaranya sampai ada celah aku mengambil alih. Kamu kira aku bodoh? Sayangnya, rencana tak sesuai perkiraan, Bu Rachita jauh lebih cerdas dan berhasil membangkitkan perusahaan. Ini hanya soal waktu, perusahaan belum benar-benar pulih, ibaratnya Bu Rachita bisa mengobatinya saat ini dan setelah benar-benar sembuh, saat itulah kita cari celahnya. Mengerti, Anak Bodoh?"

Sementara di satu sisi, Rachita keluar dari kedai mainan itu bersama sebuah bingkisan kotak di sana. Dia memasukannya ke bagasi mobil, sebelum akhirnya menjalankan ke rumah sakit tempat Banyu dirawat. Sampai, segera dia menuju ke lokasi.

Namun, tepat di depan pintu VIP, Rachita tiba-tiba gugup dan linglung, rasa bersalah membanjiri tubuhnya hingga agak gemetaran. Bahkan sampai kakinya tak bisa menopang tubuh, lemas tak berdaya.

Terlalu banyak dosa yang Rachita torehkan ke Banyu, putranya sendiri, dia merasa sangat bersalah. Mata Rachita memanas, dia akan menangis.

"Nyonya, Nyonya ada apa?" Ada Ulfah di sana, dia segera menolong nyonya besarnya untuk berdiri. Sekilas, dia melihat sesuatu di bingkisan Rachita.

Apakah itu ....

Rachita berdiri seraya menyeka sisa air matanya. "Makasih, Ulfah."

"Apa Nyonya baik-baik saja?"

Rachita menarik napas, pun mengangguk. "Apa Banyu di dalam?"

"Iya, Nyonya." Ulfah menjawab seadanya, dia tak tahu apa yang terjadi pada nyonyanya ini.

"Oh, bagus ... dia udah enggak pusing dan demam lagi, kan?"

"Dokter bilang segera Banyu bisa pulang."

Rachita tersenyum, senyum sendu yang menyakitkan.

"Ulfah, apa menurut kamu ... kesalahan yang saya lakukan ini bisa dimaafkan Banyu?" Pertanyaan to the point itu mengagetkan Ulfah, tetapi kurang lebih dia mengerti, majikannya sepertinya telah menyadari satu hal. "Apa yang kamu lakukan jika kamu di posisi saya?"

"Jika masih ada waktu di antara kami, saya akan memperbaiki kesalahan saya, dan berusaha menerima maaf dengan segala hal yang saya bisa. Menurut saya, Nyonya, masih ada kesempatan. Ini belum terlambat."

Mendengarnya, Rachita agak lega, sekaligus miris. "Kamu tahu saya salah tapi kenapa gak ngasih tahu, sih?" Ada nada kesal di sana.

Ulfah menunduk takut. "Ma-maaf, Nyonya."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Pak Guru, Mau Jadi Papahku?Where stories live. Discover now