Ch 14; Oh My Heart

25 6 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Geo berhenti memakan jajanannya setelah sadar bahwa kondisi langit sudah sedikit lebih gelap dari beberapa menit yang lalu. Ia mendongak dan berkata,

"Sepertinya mau hujan, nih."

Ardan selesai meneguk sisa es jeruk yang ada di gelas plastiknya. Kemudian sang atlet ikut mendongak untuk menatap langit dengan kedua mata disipitkan, "lo bener."

"Pulang sekarang?" Tanya Geo. Karena dia enggan hujan-hujanan di tempat yang jauh dari rumah tantenya. Ia takut, nanti pulangnya terlalu sore bila harus menunggu hujan reda. Lebih baik pulang sekarang ketika masih mendung.

"Yah, baru bentar, Ge. Masa pulang."

"Nanti kalau hujan, kita kudu nunggu reda dulu, ntar ulangnya terlalu sore." Jeda sejenak, Geo kembali bersuara, "lagi pula, lo gak bawa mantel kan?"

rdan berdecak sebal. Ya benar. Dirinya tidak membawa mantal. Motor sport seperti itu, jika tidak dipasang bagasi tambahan, mau meletakkan mantel di mana?

Karena hal tersebut, Ardan akhirnya menyetujui, "okelah. Kita pulang." Lagi pula, ia tidak tega juka nanti Geo malah dimarahi pamannya karena pulang telat.

"Beresin ini dulu." Kata Geo. Ia tidak lupa membawa jajan untuk kedua adiknya yang ada di plastik hitam. Jajan miliknya serta Ardan juga belum habis. Jadi, ia ambil semua dan dimasukkan dalam satu tas plastik.

"Ayo." Ajak Geo setelah semua jajannya dimasukkan ke tas plastiknya.

"Oke."

Mereka pergi dari alun-alun dengan Geo yang bonceng di belakang Ardan. Ia akhirnya pegangan pada pinggang atlet basket itu karena tangan satunya memegang tas plastik berisi jajanan tadi.

Mengetahui hal tersebut, diam-diam Ardan menyeringai senang dan menambahkan kecepatan motornya. Ia langsung merasa kalau Geo memperkuat pegangan di pinggangnya, tapi tidak protes sama sekali.

Mungkin Geo ingin cepat sampai rumah, jadi ketika Ardan mempercepat motornya, ia diam saja agar bisa berada di rumah secepat mungkin.

Namun, usaha Ardan sepertinya sia-sia. Ternyata ketika sudah hampir dekat dengan wilayah perumahan Geo, hujan sudah turun dengan sangat deras.

Ardan sudah menawari Geo untuk menepi dulu dan meneduh. Tapi anak redaksi itu justru menolaknya dan menyuruh Ardan untuk terus melaju dan menerobos hujan.

Alhasil, seragam mereka benar-benar basah. Beruntung Ardan memiliki dua seragam OSIS, dirinya bisa menggunakan seragam satunya lagi

Lagipula, nanggung juga jika harus menepi karena ini sudah berada di lingkungan rumah tantenya Geo, tinggal 3-5 menit, sudah sampai ke lokasi. Untuk itulah Ardan menuruti kemauan Geo untuk menerobos hujan.

Akhirnya mereka sudah sampai depan rumah tantenya Geo. Hujan masih terus turun meski tidak sebesar tadi. Geo turun dari boncengan belakang dan mendekati Ardan yang sedang mencopot helmnya.

"Dan, mampir dulu aja." Tawar Geo pada sang aatlet basket. Geo langsung mundur ketika Ardan mengibas-ngibaskan rambutnya.. Air yang ada di rambut Ardan mengenai wajahnya, mau tidak mau Geo harus mundur.

Melihat itu, Geo berpikir, jika para siswi di sekolahnya melihat momen ini, sudah pasti mereka langsung berteriak histeris.

Ia memang akui kalau Ardan termasuk siswa yang cukup tampan di sekolahnya. Berulang kali dirinya juga menangkap gambarnya untuk keperluan Mading sekolah sebagai anak redaksi.

Tapi gak perlu juga dia sok ganteng seperti ini di depannya. Dirinya bukanlah seorang perempuan yang akan menjerit karena aksi Ardan itu.

"Gak dimarahi paman lo?" Tanya Ardan setelah merapikan rambutnya yang masih basah.

The Tale Of Silent Heart (Comission)Where stories live. Discover now