Ch 4; Bersikap Dewasa

65 8 0
                                    

Hei, jangan lupa yang baca, vote dan komen ya!


Geovany membuka ponselnya bergetar. Ada pesan masuk yang berasal dari grup OSIS SMA. Itu hanya pengumuman bahwa hari ini tidak ada rapat, sehingga semua anggota OSIS boleh langsung pulang.

Syukurlah –batin Geo karena ia sudah sangat lelah dan butuh istirahat di rumah.

Sebentar lagi akan ada Ujian Tengah Semester. Ia harus mulai belajar secara bertahap agar nanti nilainya tidak turun.

Jika ia diberi kesempatan, Geo ingin sekali kuliah jalur undangan. Untuk itulah, ia berusaha sekuat mungkin agar tidak turun nilainya.

Mumpung masih kelas 10, ia akan terus meningkatkan nilai rapotnya sampai kelas 12 agar nanti bisa menjadi pertimbangan untuk mendapatkan beasiswa.

Pemuda itu memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Hampir semua siswa di kelasnya sudah keluar setelah bel pulang berbunyi. Hanya dirinya dan beberapa anak yang masih di kelas untuk urusan masing-masing.

"Pulang atau nge-OSIS?"

Damar yang duduk di sebelahnya memang belum beranjak dari bangku. Anak itu sibuk bermain mobile game dengan Wifi sekolahan.

"Pulang."

Masih fokus dengan ponselnya, Damar kembali berkata, "tumben." Anak itu melirik ke Geo sebentar, "ya udah sono lu pulang." Kemudian ia fokus kembali ke ponselnya.

Melihat itu, Geo hanya tertawa saja karena teman sebangkunya ini memang terlalu cuek dengan sekitarnya jika sudah fokus dengan mobile game.

"Oke, gue balik."

"Hati-hati, bre!"

Sebelum keluar kelas, Geo menepuk bahu teman sebangkunya untuk berpamitan. Ia berniat lewat pintu belakang sekolah saja. Mau mampir ke warung dekat belakang sekolah.

Geo ingin beli mie instan beberapa untuk pasokan di kamar jika ia lapar tengah malam. Sejak ia membeli kompor elektrik, mudah saja ia masak malam-malam tanpa harus turun ke bawah.

Tentu saja tidak akan ketahuan pamannya yang galak itu.

Jarak warung belakang sekolah memang tidak begtu jauh. Hanya 200 meter dari belakang sekolah, sudah sampai tujuan.

Biasanya memang warung itu tempat tongkrongan para siswa di sekolahnya karena cukup lengkap jualannya. Jadi, wajar sampai malam pun juga masih buka.

Jika jalan kaki, memang memerlukan waktu sekitar 3 menitan. Melewati juga pekarangan kosong milik warga. Biasanya pekarangan tersebut juga sering dibuat hal nakal oleh siswa –contohnya saja merokok atau membawa minuman keras.

Geo sama sekali tidak ada pikiran untuk bertindak sejauh itu. Meski sudah di luar sekolah, tapi masih berada di lingkungan sekolahnya. Tak jarang memang siswa yang nakal di sekitar sana akan langsung mendapat hukuman keesokan harinya –tentu dari laporan anonim yang masuk.

Dari kejauhan, ia melihat ada beberapa motor terpakir di dekat pekarangan warga itu. Apa ada yang sedang nongkrong di sana?

Kebetulan, sebrang pekarangan ada jalan setapak kecil sebagai jalan alternatif ke warung. Geo enggan melewati pekarangan itu. Jika yang sedang ada di pekarangan adalah siswa di sekolahnya, bisa dikira Geo mau laporin.

Apalagi dirinya OSIS, ia enggan berurusan dengan mereka. Urusan dengan Ardan saja dia sudah cukup pusing.

Tapi ketika ia berbelok, satu diantara 3 motor yang terpakir sangat ia kenali. Ah, itu motor Ardan. Benar, kan?

The Tale Of Silent Heart (Comission)Where stories live. Discover now