Ch 12; You Can't Love Him

41 5 0
                                    

Jangan lupa setelah baca, tinggalin jejak, yaa.... Happy Reading!!!




Rayan kaget saat ibunya berhenti menghentikan langkahnya ketika sudah berada di depan pintu bagian dapur. Hampir saja mahasiswa fakultas hukum itu menjatuhkan barang belanjaannya karena sang ibu yang berhenti mendadak.

"Ada apa lagi, sih, bun?"

Bunda tiba-tiba kepikiran anak yang tadi di kios daging."

Rayan yang mendengar itu langsung menghela napas. Ia juga demikian. Tidak disangka Geo yang kelihatan dari luar anak baik dan ceria, memiliki orang tua sekejam itu.

Pantaslah waktu mereka pertama kali bertemu, Geo terlihat gugup dan cepat-cepat pulang. Kemungkinan besar, jika ia telat pulang akan dimarahi atau paling parah dipukuli oleh pria tadi.

Tapi...benarkah orang itu ayahnya sendiri? Bukan apa-apa, hanya saja tidak ada kemiripan antara Geo dan pria itu.

"Sama, bund."

"Masih punya ibu tidak ya anak itu?"

Wanita dua anak tersebut memang begitu penyayang. Ia sangat tidak tega melihat seorang anak disiksa dan dimarahi sedemikian rupa.

Rayan sendiri sering menyaksikan, bagaimana sang bunda melindungi Ardan ketika sedang dimarahi sang ayah. Melihat Geo yang dipukul dan dibentak seperti tadi, mungkin sedikit membuat bundanya shock.

"Aduhh...ibu kepikiran, kak. Bagaimana jika sudah tidak ada ibunya dan bapak-bapak tadi terus menyiksa anak itu."

Rayan memindahkan kantong belanjaannya ke tangan kirinya dan ia membelai punggung sang ibu untuk menenangkan.

"Dia itu seumuran Ardan, ibu jadi khawatir." Ucap wanita paruh baya itu dengan masih memasang raut sedih dan khawatir.

"Tenang aja, bund. Tadi udah dikasih nomor Rayan. Jadi, jika ia butuh bantuan, bisa hubungi Rayan."

Bundanya menoleh ke anak sulungnya dengan pandangan berharap, "beneran, kak?"

Rayan mengangguk dan tersenyum, "bener."

"Tadi...anak itu namanya siapa?" Tanya sang bunda lagi pada anak sulungnya.

"Geo, bund."

"Nah, bener." Ibunya terdiam sejenak sebelum mendorong pintu belakang dapur dan kembali menoleh pada anak sulungnya, "nanti kalau dia hubungi kamu, suruh ke sini aja, ya?"

Rayan menaikkan sebelah alisnya karena penasaran dengan ucapan ibunya itu, "ngapain?"

"Ya...siapa tahu dia ingin lari dari rumahnya karena ayahnya itu, kita bisa menampungnya sementara."

Mendengar itu, mahasiswa berumur 21 tahun itu tertawa dan menggelengkan kepalanya karena ucapan sang ibu tadi, "jangan berharap begitu. Semoga saja paman tadi tidak menyiksa Geo lagi."

Wanita paruh baya itu menatap ke atas dengan pikiran yang berkelana, sekali lagi ia menghela napas, "kasihan dia. Seumuran Ardan tapi harus melalui hidup seperti itu."

Rayan terdiam, ia juga turut ikut memikirkan nasib Geo sebelum-sebelum ini. Mungkin berat, tapi setidaknya Geo masih terlihat sehat dan bisa bersekolah.

"Ya, nanti kalau dia hubungin Rayan, bakal kusuruh ke sini."

"Janji, loh, kak."

"Iya."

Setelah meyakinkan sang ibu, Rayan mendorong pintu belakang dapur dan memprsilakan ibunya untuk masuk duluan.

*****

The Tale Of Silent Heart (Comission)Where stories live. Discover now