Ch 1; Anak Redaksi Rese

224 18 1
                                    

Haloooo... Jadi ini adalah cerita comission yang direquest langsung oleh @trizzy97. cerita ini adalah ide dari dia dan author mengembangkannya menjadi sebuah cerita.

Bagi yang ingin menggunakan jasa author untuk membuat cerita berdasarkan ide kamu sendiri, bisa langsung hubungi author ya lewat DM atau WA.

Cerita ini tidak tahu sampai chapter berapa, tapi trizzy bilang sampai ia puas katanya. Oke, silakan nikmati karya comission berikut. Jangan lupa vote dan komen ya!



.

.

.

Terlambat lagi.

Pemuda itu melihat jam tangannya, sudah menunjukkan pukul 7.15.

Damn. Ini semua gara-gara kakaknya yang pergi ke kampus menggunakan motornya tanpa pamit. Kedua orang tuanya lupa membangunkannya hingga ia terbangun dalam keadaan rumah kosong.

"Lewat tembok belakang sepertinya tidak buruk."

Ardan Firmansyah, siswa kelas 10 IPA 1, berumur 16 tahun yang kerjaannya berbuat onar di sekolah. Sudah memasuki semester 2, bukannya bertaubat, justru menambah poin pelanggarannya dengan masuk telat di hari pertama semester baru dimulai.

Ardan, begitu orang-orang memanggilnya, ia berjalan dari gerbang depan untuk menuju ke belakang sekolah.

Tingginya yang mencapai 182cm, membuatnya mudah saja menggapai tembok belakang sekolah dan memanjatnya.

"Beruntung gue tinggi." Begitu gumamnya.

Tinggal satu kaki lagi, ia bisa melompat ke dalam sekolah. Tapi tiba tiba pergelangan kaki Ardan yang masih di tembok luar dipegang erat oleh seseorang.

"Pelanggaran. 5 poin untukmu karena memanjat tembok belakang sekolah."

"Pak Idrus?"

Ardan kaget bukan main saat satpam sekolahnya memasang wajah marah sambil terus memegang sebelah kakinya.

Pemuda jangkung tersebut semakin kaget saat ia mendengar suara jepretan kamera. Ia menyipitkan kedua matanya dan melihat seorang pemuda di belakang pak Idrus yang memegang kamera.

Pemuda tersebut melihat hasil jepretan pada kamera DSLR yang ia kalungi.

"Heh!"

Pemuda yang memegang kamera itu menoleh ke arah Ardan. Ia sedikit kaget karena teriaka Ardan memang sangat lantang.

"Lo teriak ke gue?"

"Iya." Ardan benar-benar habis kesabarannya, "hapus tu foto!" Jika kakinya tidak sedang dipegangi Pak Idrus, Ardan bakal melompat dan mengambil kamera itu dari tangannya.

"Hapus?" Tanya pemuda itu sambil menaikkan kameranya. "Mana bisa. Ini bisa masuk buletin sekolah."

"Anjir. Lo anak redaksi OSIS?!"

Bukannya menjawab, pemuda itu justru mengedikkan kedua bahunya dan berbelok untuk pergi dari sana. "Bawa dia ke ruang piket, pak." Katanya sambil berjalan melewati Ardan dan sang satpam.

"Kurang ajar –"

"Udah ayok. Gak usah marah-marah. Ini sudah sekian kalinya kamu telat, Ar!"

"Pak, ayolah. Ini kan hari pertama sekolah. Bolehlah diberi keringanan. Ya?"

"Gak!"

"Pak~" Bujuk Ardan. Ia berharap jika pria paruh baya itu mau menuruti permintaannya.

"Badanmu tuh gede, Ar. Jijik bapak liat kamu sok imut gitu."

The Tale Of Silent Heart (Comission)Where stories live. Discover now