☁️ㅣ32. Bulan Menerima Awan

2.1K 335 86
                                    

Udah liat postingan ig @agraska.galelio belum? Itu spoiler💜

Jawabannya ada di part ini dan di postingan @arirra_wp

Jawabannya ada di part ini dan di postingan @arirra_wp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mereka kenapa, sih?"

Rembulan mengedikkan kedua pundaknya atas pertanyaan Bela yang ia dengar. Hana tiba-tiba saja mendorong kursi roda Rembulan ke samping, padahal Rembulan tak menghalangi jalannya sama sekali. Lalu, Hanina menyusul dengan kekehan sarkas yang mengudara, memandang Rembulan penuh makna. 

"Mungkin mereka lagi bad mood." Rembulan menjawabnya perlahan, membuat Bela menggeleng-geleng dan mempertanyakan berapa besar stok kesabaran Rembulan?

"Tuh, Pak Bos datang." Bela menunjuk ke depan, pada Agraska yang sudah tiba di depan pintu seraya menyisir rambutnya ke belakang. Seperti biasanya, Bela akan melihat pemandangan Agraska yang penuh percaya diri, lalu setelahnya dibalas senyuman hangat yang Rembulan pancarkan. Kisah cinta temannya yang belum ada kemajuan itu kadang membuatnya gemas sendiri. 

"My Moon!" Agraska menyapa, kedua alisnya terangkat bahagia saat matanya bertatapan dengan mata Rembulan. "Sesuai janji, gue udah dapat izin dari Mama Laila buat ajak lo jalan-jalan. Gue juga udah izin ke bang Rion sama bang Zero."

"Kak Varo sama bang Vano tahu?" tanya Rembulan.

Kepala Agraska menggeleng, namun senyumannya tetap memancar lebar. "Kata Mama, biar Mama yang bilang ke Varo sama Vano. Itu artinya gue udah bisa injak gas 'kan?"

"Wah, bisa banget." Bela menyahut dan terkekeh kecil. "Kalau gitu, aku duluan nih. Semoga waktu kalian lancar, jangan lupa pajak jadiannya!" setelah mengucapkan itu, Bela dengan gesit keluar dari kelas disertai suara kekehannya yang masih terdengar riang sekali.

Rembulan hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir, matanya kini mengedar ke belakang tubuh Agraska. Biasanya akan ada tiga teman Agraska yang mengikuti lelaki itu jika akan menjemput Rembulan di kelas. Namun sekarang tidak ada. Rembulan juga baru sadar, saat istirahat tadi Agraska hanya seorang diri di rooftop

"Temen-temen kamu ke mana, Agar?" pertanyaan itu melayang saat tubuhnya diangkat oleh Agraska lantas membiarkan Rembulan untuk duduk di meja, sementara lelaki itu melipat kursi roda.

"Merekamau tawuran," jawab Agraska lantas mengarahkan tubuhnya untuk kembali menggendong Rembulan. "Ayo, pulang!"

"Agar, Bulan mau nyoba jalan aja. Bulan bisa kalau pelan-pelan." Rembulan menatap tak enak pada kursi rodanya yang sudah terlipat. Jika teman-teman Agraska tidak ada, tidak akan ada yang membantunya membawa kursi roda, sementara Agraska harus menggendong Rembulan sampai lantai bawah. Itu akan merepotkan sekali.

"Yah ...." lengkungan bibir Agraska menurun seketika. "Lo bisa jalan pelan-pelan, kok, gue gak akan larang. Tapi, nanti waktu kita buat jalan-jalan keburu habis lho."

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang