☁️ㅣ16. Sebuah Rencana Kecil

4K 547 84
                                    

Hai, hai! Kembali lagi dengan Awan.
Kemungkinan update agak jarang, lihat pengumuman di bawah ya!!

 Kemungkinan update agak jarang, lihat pengumuman di bawah ya!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia bajingan. Sok polos, sok lemah, padahal bisa ngomong seberengsek itu di hadapan gue." Hanina menatap Hana dengan sorot penuh amarah. Di kamarnya, ia sudah menjelaskan mengapa ia membelikan sepatu untuk Rembulan. Ia meluapkan kekesalannya, berbagi dengan Hana yang melotot tak percaya.

"Dia ular!" Hana memekik tak menyangka. 

Sejak pertemuan pertama mereka dan Rembulan di acara ulang tahun gadis itu, Hana dan Hanina sudah menyimpulkan, Rembulan gadis lemah dan tak akan berkutik jika mereka mengganggunya. Namun kali ini di luar dugaan. Seharunya Rembulan menurut, bukan melawan. Bukankah selama ini begitu? Gadis itu tampak selalu diam dengan apa yang mereka lakukan terhadapnya.

"Gue gak akan diem aja." Hanina melempar bantalnya asal, meluapkan kekesalan. "Dia harus sadar posisi dia di mana dalam Zanava. Dia pikir dia ratunya? Mimpi." 

Hana melipat kedua tangannya di depan dada, menyandarkan diri ke belakang untuk memikirkan ide yang brilian. "Dia berani karena ada di lingkup Zanava. Ada empat abang, ada Om Anggara. Udah jelas dia mulai nunjukkin diri," ucapnya dengan kening berkerut. "Jadi, kita harus balikin posisi itu." 

Hanina menoleh ke samping kiri, pada Hana yang masih terlihat berpikir. "Balikin posisi?"

Seringai Hana tercetak jelas. "Ambil semua yang udah dia dapat."

"Lo pikir itu gampang?" tanya Hanina penuh sanksi.

Hana terkekeh mendengar pertanyaan itu, ia mengibaskan sebelah tangannya. "Kita punya nenek, apa yang susah?" 

.☁️.

"Bulan!" 

Rembulan sedang menggerakkan kakinya sedikit demi sedikit di ruang tamu, dibantu oleh Alvaro dan Alvano. Berhubung Alderion belum siap, maka dari itu mereka memanfaatkan waktu untuk melatih sedikit kakinya, bertepatan dengan panggilan dari Alzero.

"Ada apa, Bang Zero?" tanya Rembulan saat Alzero sudah berada di hadapannya.

"Ini, ada jepit cantik. Pakai, ya? Di samping jepit awannya, bakalan cocok! Kemarin abang beli, soalnya lucu apalagi dipakai Bulan." Alzero berlutut, segera memasang jepitnya saat melihat Rembulan mengangguk dengan senang.

"Makasih, Bang Zero," ucap Rembulan dengan binaran matanya. 

Alzero mengangguk dan tersenyum mempesona, saat sadar ia ditatap oleh dua adik kembarnya, ia menoleh dan menampilkan seringai tipis. Pertanda sedang mengejek.

Alvaro hanya memutar bola mata, tidak mau bersaing dalam hal ini karena Alzero memang pemenangnya dalam hal memberikan apapun pada Rembulan.

Sementara Alvano, ia sudah menggebu-gebu dan mendengkus keras. "Mentang-mentang banyak uang, tiap hari beli barang."

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang