chapter 23: "impian"

7 1 0
                                    

"Tuan Beaufort?" Panggilku.

"Ah, Nona Yvette" ujarnya padaku. "Apa yang anda lakukan disini?" Tanyaku.

"Ah, tidak... saya hanya ingin membicarakan beberapa hal dengan Nona. Bolehkah?" Tanyanya.

"Mari kita masuk dulu" ujarku mulai membuka pintu dan mempersilahkan pria tua itu masuk.

"Silahkan duduk" ujarku kemudian aku pergi ke belakang untuk membuat teh.

Setelah beberapa saat, aku kembali dengan dua cangkir teh. "Silahkan diminum" ujarku sambil menaruh secangkir teh di hadapannya dan ikut duduk.

"Lukisan nona sangatlah indah" ujarnya mengamati semua lukisanku.

"Jadi, apa yang ingin tuan tanyakan?" Tanyaku begitu duduk.

"Tidak banyak.... saya hanya ingin tahu.. bagaimana keadaan anda selama ini?" Tanya tuan itu.

"Baik." Ujarku. "Seingat saya komandan Yvette mempunyai seorang putra. Dimanakah dia?" ujarnya.

"Kakak saya sudah meninggal" jawabku. "Dia meninggal saat awal invasi" lanjutku.

"Ah....sayang sekali..." ujarnya.

"Sebenarnya, saya kemari ingin melihat lihat rumah ini" ujar pria tua itu.

"Ayahmu, dia sangat membanggakan rumah ini. Dia berkata ini bukanlah rumah mewah yang megah tapi ini adalah rumah terbaik yang dia punya" ujar pria itu.

'Aku belum menelpon Nicholas' batinku gelisah.

"Nona, saya turut sedih atas kepergian mereka.... sebelumnya, saya berjanji pada Edgar untuk membantu anak anaknya" ujar pria itu lagi. "Tapi hari ini baru memiliki keberanian untuk bertemu" lanjutnya.

"Tuan, anda tidak perlu merasa bersalah untuk itu." Ujarku. "Bahkan jika anda menyesal pun, ayah tidak akan hidup kembali" lanjutku.

"Saya hanya ingin hidup damai.... tidak terlibat dengan masa lalu" ujarku lagi. 

"Saya paham" ujar pria itu. "Semoga Nona bisa hidup dengan baik dan untuk keluarga Fabrice.... mungkin saya tidak bisa membantu banyak." Lanjutnya.

"Tak apa, saya mengerti" ujarku tersenyum. 

Pria itu mulai bangkit dari tempat duduknya. "Hari telah malam, saya akan kembali sekarang. Saya tidak ingin mengganggu waktu istirahat anda" ujarnya.

"Terimakasih telah mengunjungi saya" ujarku dan mengantarkan tuan Beaufort keluar.

Setelah dia pergi,aku langsung menuju telepon  rumahku dan memasukkan nomor untuk menghubungi Nicholas.

"Halo?" Panggilku.

"Larie?" Ujar Nicholas dari seberang. "Ah,Nicholas", ujarku.

"Aku sangat khawatir... aku berpikir sesuatu terjadi padamu..." ujarnya dari seberang.

"Maaf... aku memiliki tamu tadi" ujarku. "Tamu?" Tanya Nicholas.

"Hanya kenalan lama ayahku..." ujarku mulai duduk di lantai dan bersandar di tembok.

"Kau tak apa Larie?" Tanyanya. "Entah… kurasa…tidak." ujarku.

"Dia datang meminta maaf karena baru mengunjungiku... entah mengapa itu sedikit menggelikan bagiku." Ujarku.

Nicholas hanya terdiam. "Kau masih disana?" Tanyaku. "Selalu Larie.. aku selalu disini" ujarnya.

"Ah, maaf aku malah mengatakan hal hal yang membosankan" ujarku. "Larie, jika dengan mengeluarkan semuanya akan membuatmu lebih baik, aku akan mendengarkannya" balas Nicholas.

A CANVASWhere stories live. Discover now