chapter 16: "pria dari masa lalu"

42 4 3
                                    

Setelah Nicholas pergi, aku memutuskan untuk kembereskan rumahku.

Itu nampak lebih berantakan katena aku tak punya waktu untuk merapihkannya.

Waktu mulai menunjukkan 12 siang.
Aku hendak membuat roti selai untuk makan siang ini.

"Ah rotiku habis" ujarku saat melihat tempat roti yang telah kosong.

Pasokan roti di rumahku sudah habis karena aku tidak sendirian dirumah itu lagi.

Aku mulai berjalan pergi ke sebuah toko roti yang selalu menjadi langganan keluargaku.

"Selamat siang~"ucap seorang pegawai saat aku memasuki toko roti itu.

Aku mulai memilih berbagai roti kesukaanku.

'Apakah Nicholas akan menyukai roti ini?' Batinku saat memilih beberapa roti.

Saat sedang sibuk memilih roti, aku mendengar sebuah suara. Suara pria yang tidak asing, membuatku teringat masa lalu itu.

"Kau nampak baik baik saja ya setelah menjebloskanku ke penjara" suara yang mu cul dari belakangku.

Deg!

Aku merasakan jantungku berdetak lebih cepat.

"Yah, walau begitu kau nampak tetap cantik,membuatku masih ingin memilikimu" ucap pria yang ku yakin berada dibelakangku.

"Tunggu saja nona, aku akan menemuimu" ucapnya dan aku bisa mendengar suara langkah kaki yang menjauh.

Setelah memastikan langkah kaki itu menghilang, aku merasakan kakiku menjadi lemas dan membuatku terjatuh ke tanah.

"Nona?! Anda baik baik saja?!" Tanya seorang pegawai yang panik melihatku terjatuh.

Aku hendak menjawab tapi bibirku terlalu kelu dan badanku gemetaran.

Aku hanya menggangguk dan mulai mencoba berdiri, membawa roti roti itu ke meja kasir.

Setelah membayar, aku dengan cepat berlari untuk pulang. Pikiranku terasa kacau sehingga membuatku menabrak beberapa orang.

Saat sampai dirumahku, aku mencoba membuka pintu rumahku walau tanganku masih gemetar hebat.

Begitu masuk ke rumah, aku langsung mengunci kembali pintu rumahku dan menaruh roti yang ku beli di sebuah sofa.

Ingatan lama mulai kembali ke kepalaku. Nafasku menjadi sesak 

"Nicholas......" lirihku dan mulai menangis

"Aku takut....." ujarku masihsambil menangis.

Aku mulai berdiri, meraih nomor yang diberikan Nicholas dn mencoba menelpon.

Panggilan pertama tak dijawab

Panggilan kedua tak dijawab

Ketiga

Keempat

Nicholas tak menjawab teleponku.

"Mengapa kau tidak mengangkatnya" ujarku sambil mengigit kuku.

Aku mencoba lagi tapi pada akhirnya aku menyerah. 

Yang bisa ku lakukan hanyalah duduk di sudut kamarku dan berharap Nicholas segera kembali.
.
.
.
.
.
[Nicholas POV]

Aku memiliki segudang pekerjaan hari ini. 

Mejaku dipenuhi oleh berbagai dokumen dokumen.

'Kringg....kringgg..'

Telepon di ruanganku  berbunyi. Aku mulai bangun dari kursiku dan hendak mengangkat telepon.

"Tuan, Komandan memanggil anda untuk rapat" ujar Alphonse memasuki ruanganku.

"Ah, baiklah aku akan ke sana" aku mengurungkan niatku mengangkat telepon dan mulai bergegas ke ruang rapat

'Aku bisa menelpon balik selesai rapat' batinku kemudian pergi.

[Nicholas POV end]
.
.
.
.
.
 Hari mulai gelap. Aku tak menyadari bahwa aku meringkuk begitu lama dan sekarang aku merasa sangat lelah.

Aku mulai melangkahkan kakiku ke kamarku, mengganti pakaian dan naik ke tempat tidur dan hendak tidur.

"Semoga dia segera pulang" batinku kemudian tertidur.
.
.
.
.
.
[Nicholas POV]

Rapat tengah berlangsung tetapi aku tak bisa fokus. Perasaanku terasa tidak enak

'Larie..' batinku.

Rapat berlangsung lebih lama dari perkiraanku. Matahari telah tenggelam dan waktu menunjukkan waktu pukul 9 malam dan aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku.

Aku kembali ke ruanganku dan lupa dengan telepon masuk sebelumnya.

Waktu hampir tengah malam. Alphonse masuk ke ruanganku membawa beberapa dokumen.

"Ah Tuan, saat kau pergi tadi teleponmu terus berdering dan sepertinya itu dari nomor yang sama" ucap Alphonse dan menaruh dokumen di mejaku.

"Benarkah?" Tanyaku dan Alphonse mengangguk.

Perasaanku semakin tidak enak. Aku hendak menuju arah telepon tapi tanpa sengaja tanganku menyenggol sebuah gelas hingga terjatuh dan pecah.

'Larie....' batinku.

"Alphonse, ikut aku sekarang" ucapku dan dengan cepat diangguki Alphonse.

"Larie.....semoga kau baik baik saja" gumamku khawatir dan mulai melajukan mobil ke rumah Larie.

[Nicholas POV end]
.
.
.
.
 Aku kesulitan untuk tidur. Aku terus berpikir kapan Nicholas pulang.

Tiba-tiba, aku mendengar suara seseorang yang masuk ke kamarku. Suara langkah kaki itu namoak jelas

Saat aku membuka mata, pria itu bukanlah Nicholas melainkan Vllois.

"Halo manis~" ucapnya menyeringai.

Deg!

"Untuk apa kau kemari" ucapku mencoba berani.

"Tentu saja untuk menemuimu kembali sayang" ujarnya 

"Aku belum selesai denganmu hari itu" ujarnya lagi dan dengan cepat naik ke kasurku, menindihku dari atas. Aku memberontak tetapi dia lebih kuat.

Aku menamparnya sekuat tenaga sehijgga meninggalkan bekas berwarna merah di pipinya.
Itu membuatnya kesal. "Berani sekali kau!" Ucapnya dan mulai mencekikku.

Aku mulai kesulitan bernafas. Cekikannya seolah olah ingin membunuhku.

Aku mulai menggerakan tanganku, berharap bisa menemukan sesuatu di meja.

Tanganku berhasil meraih sebuah vas bunga keramik dan langsung ku hantamkan ke kepalanya, membuat pria itu terjatuh dari atasku ke lantai 

"AKHH DASAR JALANG!" teriaknya meringis.

Aku memanfaatkan waktu dan mulai berlari keluar dari kamarku.

Aku hampir sampai ke tangga tetapi pria itu sidah dibelakangku.

Dia menarik rambutku begitu keras sehingga membuatku meringis kesakitan.

"Kau akan mati hari ini jalang" ucapnya dan mulai mendorongku dengan keras, menjatuhkanku dari tangga hingga lantai 1 rumahku.

Tubuhku benar benar sakit. Aku mencoba untuk bangun tetapi tidak bisa. Aku bisa merasakan kakiku terkilir. 

Aku mulai merangkak menuju ruang yamu tetapi pria itu dengan cepat menginjak tanganku.

"Kau yang memulai semua ini" ucapnya sambil menyeringai dan makinmenekan sepatu bootnya di tanganku.

Itu sungguh menyakitkan!

Dia kembali menarik rambutku. Aku hanya bisa menggigit bibirku agar tidak menangis.

'Nicholas, kumohon datanglah....'batinku pasrah.

BRAK!

Aku mendengar suara pintu yang didobrak dan aku bisa melihat, Nicholas.

Dia datang.

A CANVASWhere stories live. Discover now