chapter 13: "memulai kembali"

27 4 5
                                    


  Setelah hari itu, aku selalu menjaga Nicholas di rumah sakit.

Setelah seminggu, dokter pun mengizinkannya untuk pulang.

"Tunggulah di rumahmu, aku akan kesana setelah melapor" ucapnya.

Jujur, aku ingin mengantarnya pulang. Tapi bagaimanapun aku adalah orang Prancis sedangkan Dia adalah tentara Jerman.

Dia adalah penjajah sedangkan aku adalah rakyat yang dijajah. Apa yang akan terjadi jika aku pergi ke markas penjajah? Tentu itu tak akan menjadi sesuatu yang bagus untukku ataupun Nicholas.

"Kau tak perlu memaksakan diri untuk mengunjungiku.....kau butuh istirahat oke?" Ucapku padanya.

"Aku akan mengingatnya" jawab Nicholas dengan senyum lembutnya.

"Kalau begitu, aku akan pergi sekarang" ucapnya. Seperti biasa, dia meraih punggung tanganku kemudian menciumnya dengan lembut sebelum dia pergi.

Itu hanya perlakuan kecil, tetapi itu bermakna bagiku.

Dia Naik ke mobil tentara yang sudah disiapkan Alphonse kemudian pergi.

Awalnya dia bersikeras agar mengantarkanku pulang juga trtapi aku menolaknya dengan mengatakan bahwa itu tak akan menjadi hal yang baik.

Setelah mobil itu menjauh dari jangkauan pandanganku, aku mulai berjalan hendak pulang kembali ke rumah.

Begitu sampai dirumah, aku langsung merebahkan diriku di sofa. "Ugh....aku benar benar lelah...." gerutuku.

Aku kekurangan tidur karena harus merawat Nicholas serta menyelesaikan lukisan untuk setidaknya mendapatkan uang.

Mataku terasa berat dan badanku benar benar lelah. Aku memilih untuk merebahkan diri di sofa. "Persetan dengan mandi....aku sudah lelah" gumamku.

Tak lama, aku pun mulai tertidur, masih dengan pakaian yang sama saat aku pulang tadi.
.
.
.
.
.
.

Aku merasa bahwa punggungku ditepuk dengan pelan. "Larie..." panggil seseorang. Tetapi mataku terlalu berat untuk membuka mataku.

Orang itu mulai mengelus ngelus kelapaku lembut "Chèrie" panggilnya.

Aku mulai membuka mata dan melihat Nicholas yang sedang membungkuk di sampingku dengan senyum khasnya.

Aku langsung tersentak. Saat melihat keluar, matahari sudah hampir terbenam. 'Berapa lama aku tertidur?!' Batinku.

"Apakah tidurmu nyenyak?" Tanya Nicholas. 'Ah sial....aku belum mandi!' Batinku. Setelah pulang tadi, aku langsung tertidur.

"Larie?" Panggilnya. "Ah, ya??" Jawabku. Dia menghela nafas lembut. "Apa yang kau pikirkan hm?" Tanyanya mencoba mendekat.

Tapi saat dia mendekat, aku langsung menjauh secepat mungkin darinya. "Ah, jangan mendekat" ucapku membuatnya bingung. 

"Aku.....belum membersihkan diri....pasti aku bau keringat" ucapku malu. Nicholas terdiam  sejenak  kemudian tersenyum.

Dia segera memelukku dengan erat dan menaruh wajahnya di cekungan leherku. "Aku lebih menyukai baumu dibanding parfum manapun" ucapnya lembut.

Aku hanya terdiam. 'Pria ini!' batinku dengan pipi bersemu merah. Dia terkekeh pelan. "Kau benar benar menggemaskan saat tersipu" godanya.

"Hentikan itu" ucapku mencubitnya sedikit membuatnya makin terkekeh. "Baiklah, baik" ucapnya dan mulai melepaskan pelukannya.

"Aku akan mandi secepat mungkin....tunggulah sebentar di sini oke?" Ucapku.

"Kau tak perlu terburu buru karena aku tak akan pergi" ucapnya tersenyum.

Aku menghabiskan 30 menit untuk mandi kemudian turun ke ruang tamu. Dan seperti kata Nicholas, dia tidak pergi kemanapun.

Dia menatapku dengan lembut. Senyuman tersungging di wajahnya.

"Kau sangat cantik seperti biasanya" ucapnya yang mau tak mau membuatku terkekeh.

"Kau sudah makan?" Tanyaku yang ditanggapi dengan gelengan.

"Baiklah...tapi bagaimana jika kita makan diluar?" Tanyaku. "Boleh saja....tetapi au harus mengganti pakaian dulu" ucapnya.

Nicholas memang masih menggunakan pakaian tentara dan itu akan berbahaya jika aku pergi bersamanya.

"Hmm.....kalau begitu ikuti aku" ajakku menaiki anak tangga.

Aku membawanya ke sebuah kamar dan mulai membongkar lemari yang ada.

"Ah, ini dia" ucapku mengeluarkn 1 set pakaian pria pada Nicholas. "Ini adalah pakaian kakakku....gunakanlah" ucapnya.

Dia menatap dengan sedikit ragu. "Kau....yakin? Maksudku ini milik kakakmu bukan?" Tanyanya.

Aku tersenyum. "Tak apa" ucapku. "Tapi mengapa kau masih menyimpan pakaiannya?" Tanya Nicholas.

"Yah...kau tau?" Ucapku menghela nafas. "Semacam pembohongan diri? Ku pikir begitu......aku menyimpan pakaian keluargaku hanya untuk membuat seolah olah mereka masih hidup padahal kenyataannya aku hanya sendirian" aku menatapnya dengan senyum lembut.

"Mungkin kedengarannya gila dan juga tindakan bodoh.....tetapi tindakan itulah yang membuatku tetap waras hingga sekarang" lanjutku.

Nicholas terdiam sejenak. Tak lama, dia mulai membelai pucuk kepalaku lembut. "Terimakasih telah bertahan....Kau sudah melakukan yang terbaik" bisiknya pelan. 

"Aku tau" balasku pelan sambil menyandarkan kepalaku ke dadanya. 

Setelah sekian lama, aku punya tempat untu bersandar lagi.

"Gunakanlah Toilet disana....aku akan menunggumu disini" ucapku menunjukan sebuah toilet. Nicholas mengangguk dan mulai berjalan kesana.

Begitu Nicholas sudah tak terlihat, aku mulai mendudukan diriku di kursi.

'Tak apa Larie...' batinku saat duduk. 'Itu hanya baju' batinku lagi dengan tangan yang gemetar dan berkeringat. 

Aku melirik sebentar lengan kiriku kemudian menutupnya dengan rapat menggunakan bajuku. 'Jangan sampai Nicholas mengetahuinya' tekadku dan mulai menenangkan diri.

'Aku bisa mengatasinya sendiri' batinku berulang ulang sambil menenangkan diri

A CANVASWhere stories live. Discover now