chapter 10: "selesai?"

30 5 2
                                    

Setelah 3 hari yang bimbang, kakak iparku, Lisette serta keponakanku akhirnya kembali ke rumah mereka di Rennes.

Setelah kematian kakakku, istrinya ini memilih untuk meninggalkan Paris dan tinggal di Rennes.

Aku melakukan pergumulan penuh selama seminggu untuk memantapkan hati agar dapat berbicara dengan Nicholas lagi.

Akhirnya, aku mulai memberanikan diri untuk menulis surat kepada Nicholas.

Untuk
- Tn. Nicholas 

  Bagaimana keadaan anda? Apakah anda baik baik saja selama beberapa bulan terakhir ini? Karena saya berharap anda baik baik saja.

Saya menulis surat ini karena saya sadar bahwa apa yang saya lakukan sebelumnya mungkin menyinggung atau melukai anda.

Saya benar benar minta maaf untuk itu. 
Saya benar benar hilang kendali atas pikiran saya dan melakukan hal buruk. 
Saya tidak bisa menjelaskan alasannya dengan surat seperti ini. 
Apakah anda punya waktu? Saya akan menutup galeri dan menunggu anda minggu depan
Andatak perlu membalas surat ini jika anda tidak menginginkannya.
Tapi satu hal yang pasti, saya tidak ingin adanya salah paham antara kita lagi Nicholas.
Saya harap anda mengerti.

Dari
- Eilaria

Aku memandang suratku lagi. Jujur, tulisan tanganku tak begitu bagus dan suratnya benar benar pendek

'Semoga dia tidak membuangnya' batinku dan mulai memasukkan surat itu ke dalam sebuah amplop dan menaruh lilin di atasnya.

Aku mulai menaruh surat itu ke dalam tas milikku dan mencari kotak pos terdekat.

Setelah menemukannya, aku memasukan suratku itu ke dalam kotak untuk dikirimkan ke Pangkalan Militer Jerman lalu setelahnya, aku kembali ke rumahku.

  Seminggu berlalu, dan hari ini merupakan hari dimana aku akan menunggu Nicholas untuk datang.

Aku sengaja mengenakan pakaian yang bagus dan sudah menyiapkan diri untuk semua pertanyaan yang mungkin akan pria itu berikan.

Pagi berlalu tapi Nicholas belum datang.

'Mungkin dia masih bersiap' batinku.

Setelah berjam jam, waktu menunjukan bahwa itu sudah pukul 2 siang. 

'Mungkin dia ada pekerjaan yang tak bisa dia tinggalkan' batinku masih percaya.

Tak lama, matahari mulai terbenam.

'Jangan panik Larie, mungkin saja dia masih sibuk' batinku menyemangati diri.

Hingga akhirnya malam pun tiba tapi Nicholas sama sekali tak datang.

'Mungkin saja dia' batinku dengan senyum pahit

'Mungkin saja dia tak ingin menemuiku lagi' batinku. 

"Selesai sudah...." ucapku lirih dengan wajah yang sendu.

Malam itu, di rumah yang sepi ini, hanya terdengar suara isak tangis kecil dari wanita yang rapuh, yang tidak memiliki tempat bersandar.

Setelah hari itu, aku berusaha keras untuk melupakan Nicholas. 

Tapi seberapa kerasnya aku mencoba, pria tersebut selalu datang tiap malamnya di mimpiku.

Terkadang dia memelukku dengan erat, sambil membisikkan kata kata manis.

Tapi terkadang dia juga menatapku dingin dan berbalik dariku yang berakhir sebagai mimpi buruk.

Setiap kali memimpikannya, aku akan terbangun dengan nafas tersengal-sengal dan itu cukup menyiksaku.

Hari hariku tak ada penuh arti. Aku kembali ke rutinitas harianku dan menyibukkan diri agar tak teringat dengan Nicholas.

Saat sedang merapikan lemari, aku melihat sebuah mantel coklat yang bukan milikku.

Aku mengambil mantel itu dan menggenggamnya erat.

Itu mantel Nicholas.

Mantel yang dia berikan padaku saat kami berlarian ditengah hujan, awal pertemuan kami.

"Pada akhirnya itu hanya kenangan" ucapku dengan senyum pahit dan menyimpan kembali mantel tersebut.

Hari hariku terus berlanjut.

Lama kelamaan aku mulai berusaha untuk melupakan Nicholas dan merelakannya.

3 bulan pun berlalu dan bayang bayang Nicholas yang selalu menghantuiku, mulai pudar perlahan.

-April 1942

Hari ini aku tak memiliki pekerjaan.

Aku memutuskan untuk menghabiskan hariku di rumah sambil membaca.

Saat aku sedang membaca, aku mendengar sebuah ketukan dari arah pintu.

"Ya?" Ucapku sambil membuka pintu.

Disana terdapat seorang pria dengan seragam tentara Jerman.

"Nona" panggilnya.

Dia bukanlah Nicholas. "Tunggu sebentar!" Ucapnya menahan pintu saat aku akn menutupnya.

"Saya mohon.....tolong dengarkan saya sebentar saja" ucapnya.

"Kolo- maksud saya ini tentang Nicholas Harcourt" ucapnya.

"Apa maksud anda?" Ucapku was was.

Tentara itu menarik nafas dalam dan menghembuskannya.

"Tolong jenguklah Tuan Harcourt....dia sedang dirawat di rumah sakit saat ini" ucap tentara itu.

Untuk sesaat, aku merasakan jantungnya berdebar dengan kencang. Kepalaku berputar putar dan pusing.

Tapi aku tau, sekarang aku harus menemui Nicholas

A CANVASDonde viven las historias. Descúbrelo ahora