14 Rumit

559 138 38
                                    

14 Rumit

"Teddy Bear, apa hidupku memang ditakdirkan seburuk ini?" Shine menatap Vano, bartender yang menjadi tempat curhatnya setelah badai menyerangnya tanpa ampun.

Setelah bertengkar dengan Nathan, Shine memutuskan untuk mampir ke cafe sekaligus bar yang sering ia kunjungi. Kali ini, Shine tidak meminum alkohol. Vano memberinya sejumput hiburan dengan memberikan segelas cocktail non-alkohol yang menggoda.

Shine memperhatikan cairan berwarna-warni di dalam gelasnya, mencermati setiap detail dan mencoba mencari jawaban dalam setiap tetesannya. Vano dengan senyum hangatnya, menyaksikan ekspresi campur aduk yang melintas di wajah Shine.

"Sudahlah, Shine. Hidup memang penuh dengan lika-liku," ucap Vano dengan lembut. "Tapi ingat, badai akan berlalu. Jangan biarkan dirimu tenggelam dalam keputusasaan. Ini hanyalah ujian sesaat, dan kamu pasti bisa melewati semuanya."

Shine menarik napas dalam-dalam, mencoba menerima nasibnya sambil memegang gelas di tangan. "Terima kasih, Vano. Kamu selalu tahu cara membuat hatiku terasa sedikit lebih ringan. Padahal kali ini aku tidak meminum alkohol. Tapi entahlah, aku merasa jauh lebih kuat dari sebelumnya."

Vano tersenyum dan mengangguk, "Kadang-kadang, yang kita butuhkan hanyalah teman yang mendengarkan, bukan hanya alkohol."

"Cafemu seperti rumah keduaku setelah semuanya hancur," sahut Shine, memberikan senyuman kecil sebagai ungkapan rasa terima kasihnya pada Vano.

"Datanglah dan duduk di tempat ini jika kamu suntuk. Cafeku tidak akan pergi kemana-mana." Vano kembali tertawa. "Oh iya, bagaimana dengan pria yang malam itu mengantarmu? Apa dia memberimu pekerjaan?"

"Kamu tahu soal itu?" Shine terkejut.

"Dia tidak berbuat macam-macam, kan? Malam itu dia berinisiatif mengantarmu karena searah. Karena aku lihat dia baik, jadi aku mengiyakannya."

"Sudahlah, jangan dibahas." Shine menopang wajahnya dengan kedua tangan. "Kali ini aku tidak mau bersikap seperti kemarin lagi! Mabuk dan merugikan diriku sendiri! Aku harus bangkit!"

"Bagus, Shine. Jangan bersikap bodoh dan merugikan dirimu lagi." Vano tersenyum, lalu bergegeas melayani tamu lain yang memesan minuman.

Shine kembali fokus pada dirinya. Saat ini ia memiliki tabungan lima puluh juta karena bekerja dengan Nathan. Beberapa hari lagi adalah tepat satu bulan pertama. Itu berarti Shine akan segera mendapat gaji bulan keduanya. Shine berencana mengumpulkan uang dengan hati-hati, agar nantinya bisa membuka usaha kecil-kecilan setelah kontrak selesai.

Shine harus bersabar sebentar lagi. Saat ini, hanya Nathan yang bisa diandalkan untuk mengumpulkan banyak uang. Shine pastikan bahwa Nathan adalah orang terakhir yang bisa meremehkannya.

Shine menatap ponselnya yang terus berbunyi. Nathan pasti menelponnya untuk mengingatkan bahwa malam ini Shine memiliki tugas untuk mencari pakaian yang cocok untuk kencan Nathan dengan mantannya besok.

"Kamu tidak cemburu, Shine! Jangan jatuh cinta dengannya, atau kamu akan sakit hati. Kamu harus segera menjauh dari lingkungan toxic yang menjeratmu saat ini!" Shine memberikan motivasi pada dirinya sendiri. "Kamu tidak butuh keluarga atau cinta-cintaan lagi. Bangun hidupmu sendiri dengan baik kali ini. Sendiri tidak seburuk itu! Jika kamu terus berharap pada manusia, kamu akan terus dikecewakan!"

Shine meninggalkan bar dengan tekad bulat dan segera kembali ke apartemen untuk menemui Nathan. Dia memastikan hatinya tidak goyah.

"Kali ini aku tidak boleh cengeng," Shine berkata pada dirinya sendiri dan membangun pertahanan dirinya sekuat mungkin.

From Sorrow To Sunrise (On Going)Where stories live. Discover now