7 Akting

566 124 23
                                    

7 Akting

Shine terbangun tepat jam dua pagi dengan rasa kaget, alam bawah sadarnya sepertinya memaksa dia membuka mata. Ini karena kebiasaannya dibangunkan oleh mantan mertuanya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.

"Bahkan meski sudah bebas, tekanan itu tetap menghantuiku." Lirihnya seraya mengusap wajahnya dengan kasar.

Saat ini Shine tengah menginap di kediaman Nathan. Adik serta orangtua pacar bohongannya itu memaksanya menginap. Mereka memperlakukannya dengan sangat baik. Hal ini berbanding terbalik dengan perlakuan keluarga David yang sama sekali tidak pernah menghargainya.

Shine bersyukur semua kebohongan ini berjalan lancar. Walau terkadang ia merasa tak tega mempermainkan mereka semua yang telah begitu baik. Tapi ini atas perintah Nathan sendiri bukan?

Melihat gelas minumnya kosong, Shine bangkit dari ranjang dan berjalan keluar menuju dapur. Rencananya ia ingin mengambil minum dan membantu membereskan cucian piring yang semalam menumpuk.

Entah kenapa walau Donna melarangnya, rasa bersalah terus menghantuinya. Namun ternyata saat dirinya sampai di dapur, semua sudah rapi dan bersih.

"Mau apa?" Suara husky yang khas itu mengagetkan Shine, dan membuat gelas yang ia pegang terjatuh di lantai.

"Ya Tuhan kenapa mengangetkanku?" Shine langsung berjongkok dan hendak membereskannya. Namun dengan cepat, Nathan menghentikannya.

"Kamu gila? Duduklah, biar aku yang bereskan." Nathan mengambil sapu dan segera membereskan pecahan kaca tersebut.

Shine menatap pemandangan langka itu. Apa seharusnya memang seperti ini? David tidak pernah melakukan ini untuknya.

Karena terbiasa mandiri sejak kecil, membuat Shine merasa aneh saat ada seseorang yang melakukan sesuatu secara khsusus untuknya. Terlebih mantan suami dan keluarganya juga memanfaatkannya untuk menjadi pembantu.

Bodohnya kamu Shine, apa yang kamu pikirkan sehingga mau menikah dengan pria seburuk itu? Pikiran Shine berkelana.

"Minumlah, jangan melamun di malam hari! Mau apa bangun selarut ini?"

"Biasanya aku sudah di bangunkan dan mulai melakukan pekerjaan rumah. Mungkin kebiasaan itu masih terbawa." Shine tersenyum kaku.

"Mereka benar-benar menyiksamu? Dan kamu mau?" Nathan menyindirnya.

"Tidak usah di bahas." Shine meminum segelas air yang Nathan berikan. "Kamu sendiri kenapa bangun selarut ini?"

"Aku lapar." Jawabnya singkat. "Dan perutku sedikit sakit. Aku mau panggil pelayan untuk membuat bubur."

"Biar aku saja." Potong Shine seraya membuka kulkas dan mencari bahan-bahan yang cocok.

"Kamu yakin?"

"Kamu biasanya suka bubur apa? Ayam atau daging? Atau mau bubur yang manis?"

"Apa saja, aku hanya mau menghangatkan perut."

"Baiklah, akan aku buatkan." Shine mulai mengeluarkan bahan-bahan dengan lincah. Ia memutuskan untuk membuat bubur ayam untuk Nathan, mengingat informasi yang ia baca. Nathan sangat menyukai ayam yang dimasak dalam bentuk apapun.

"Lain kali, kamu tidak perlu melakukan ini. Kamu jangan terpengaruh dengan masa lalumu dengan kebiasaan lama dikeluarga David." Nathan menasehati. "Puluhan pelayan keluargaku ada di paviliun belakang. Kalau mau bantuan, pencet saja tombolnya."

"Memasak adalah seni bertahan hidup. Kita semua membutuhkan makanan setiap hari. Ini tidak ada hubungannya dengan masa lalu yang kelam," ujarnya sambil dengan cermat mengolah bahan-bahan tersebut.

From Sorrow To Sunrise (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang