Sebelas

1.7K 30 2
                                    

"Enggak Ma, itu aku datang ke pesta teman bukan ngedisco."

Entah sudah berapa kali Filo mencoba meyakinkan Mamanya yang menuduh Filo dugem. Tapi Mamanya tetap kekeh tidak percaya.

"Nanti Mama telfon Hugo!"

Filo menghela napasnya panjang. Ia pikir masalah viral videonya tak serunyam ini. Tapi ternyata keluarganya sampai tahu. Seharusnya Filo ingat, kalau Cici adik bungsunya itu duta Tiktok.

"Tanya aja kalau nggak percaya, lagian aku perginya juga sama Hugo!" timpal Filo kesal.

"Pasti kamu kan yang pengaruhin Hugo buat dugem? Filo, Hugo itu anak baik, ganteng, sopan dan pintar kamu jangan ajak dia sesat!" omel Mamanya.

Seharusnya enam bulan yang lalu Filo tak perlu memperkenalkan Hugo kepada orang tuanya. Jika akhirnya orang tuanya selalu membela Hugo dibanding dirinya. Mentang-mentang nasibnya tak semujur Hugo, Mamanya itu selalu membandingkannya dengan Hugo.

"Udah aku bilang Ma, itu kita dateng ke pesta ulang tahun temannya Hugo," Filo masih tak menyerah sampai tiba-tiba Hugo masuk kedalam kamarnya.

Hugo ingin membuka mulut namun Filo mengkodenya untuk diam.

"Mama tetap nggak percaya! Selama kamu masih bergaul sama Rinja, Mama tetap negatif sama kamu."

Filo menggeram kesal, Mamanya sudah keterlaluan. Mamanya boleh menghina dirinya tapi dia tidak terima jika Mamanya itu menghina Rinja, sahabatnya. Mamanya itu tidak tahu bagaimana Rinja banting tulang untuk menghidupi keluarganya.

"Mama kenapa sih omongannya makin ngawur! Aku nggak suka Mama bawa-bawa Rinja!" omel Filo melalui sambungan telepon itu.

"Kenapa? Kamu nggak terima? Belain aja tuh teman kamu yang jual dir-"

"MAA!" bentak Filo sampai membuat Hugo yang kini rebahan disamping Filo sampai terkejut.

"Berani kamu bentak Mama demi teman pezina kamu itu?"

Filo langsung terdiam. Kata 'Zina' seolah memukulnya telak sekarang. Bagaimana jika Mamanya tahu kalau Filo sekarang juga berzina tiap hari dengan Hugo, bahkan mereka sampai tinggal serumah.

Tubuh Filo langsung melemas. Ada rasa penyesalan ketika ia tersadar hubungannya dengan Hugo terlalu jauh. Kalau saja dia tidak sebucin itu pada Hugo, dia pasti tidak sampai melepas dirinya secara cuma-cuma.

"Ma, u-udah aku mau ngerjain tugas," potong Filo lalu memutus sambungan teleponya.

Filo melempar ponselnya ke ranjang samping lalu meraup wajahnya. Ucapan Mamanya masih terngiang-ngiang ditelinganya.

Hugo yang melihat itu seketika meraih wajah Filo. "Kamu kenapa Fil?" tanyanya yang kini sudah merangkum wajah Filo.

Tubuh Filo gemetar, dia meraih kedua telapak tangan Hugo dan mengenggamnya.

"Go, gimana kalau sampai Mama tahu kita tinggal serumah?" ujar Filo panik.

Hugo terkejut saat mendengar ucapan Filo. Beberapa kali Filo memang sudah memperingatkan hal ini, namun Hugo terlalu acuh. Karena Hugo yang tinggal di kota metropolitan tentu saja menganggapnya biasa. Berbeda dengan Filo yang berasal dari Kampung tentu saja menganggap hal ini tidak baik.

Hugo membawa Filo kepelukannya. "Kamu tenang aja, kita nggak bakal ketahuan," ujarnya mencoba menenangkan Filo.

Filo membalas pelukan Hugo dengan erat. "Aku takut Go, Mama semarah itu waktu tahu Rinja jadi ani-ani, Mama sampai larang aku berteman sama Rinja. Terus gimana sama aku yang udah Zina sendiri bahkan kita tinggal bareng Go?" ujarnya yang kini sudah menangis.

Pacar Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang