Empat

5.7K 39 2
                                    

"Apaan sih peluk-peluk? Lepasin nggak?" ketus Filo saat tiba-tiba Hugo memeluknya dari belakang saat dia sedang cuci piring.

"Fil, maafin aku. Aku salah," bujuk Hugo.

Filo tak peduli, dia memilih sibuk mencuci piring daripada meladeni Hugo.

"Fil, aku cemburu sama Raza," ujar Hugo.

Filo masih diam tak ingin menanggapi. Dia masih sakit hati dituduh suka pada Raza.

Filo membalikkan tubuhnya setelah selesai mencuci piring. Dia meletakkan kedua telapak tangannya didada Hugo.

"Nggak ada s**s selama satu bulan!" ketus Filo lalu mendorong tubuh Hugo hingga Filo terlepas.

"Apa? Nggak bisa Fil, mana tahan aku?" teriak Hugo tidak terima.

Filo melenggang santai duduk disofa sambil memilih tayangan netflix. Hugo menyusul duduk disamping Filo.

"Fil, nggak ada cara lainkah?"

Filo membanting remot dengan kasar diatas meja. Dia menatap tajam kearah Hugo.

"Masih mending gue cuma larang lo s**s selama sebulan. Lo udah langgar perjanjian kita Go! Gue bahkan bisa minta put-" belum selesai ucapannya, Hugo sudah menarik Filo kedalam pelukannya.

"Nggak! Jangan Fil, mana bisa aku tanpa kamu sayang, jangan ucapin kata itu lagi, aku nggak suka," ujar Hugo.

Meski Hugo memohon seperti itu. Filo tak akan luluh, dia tidak akan melupakan kesalahan fatal yang dilakukan Hugo. "Lo jahat Go! Gimana kalau sampai gue hamil? Gue nggak mau masa muda gue tersia-siakan!" ujar Filo.

Hugo melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipi Filo. "Aku bakal tanggung jawab sayang."

"Cih, lo enak banget tinggal tanggung jawab! Terus gimana kuliajh gue? Hah? Lo mikir dong!"

"Kan bisa cuti sayang."

"Nggak! Kalaupun nanti ada anak dirahim gue, gue bakal gugurin dia."

"FILO!" bentak Hugo yang langsung membuat tubuh Filo terlonjak.

Wajah Hugo sudah memerah, tangan kanannya bahkan sudah mengepal. Rasanya nyeri sekali saat mendengar Filo ingin mengugurkan anak mereka.

"Kalau sampai kamu hamil, kita nikah! Nggak ada gugur-guguran. Titik."

Filo meneteskan air mata. "Lo egois." cetusnya lalu berjalan masuk kedalam kamarnya.

°°°

"Aku anter!"

Baru saja keluar kamar, Filo sudah disambut suara Hugo.

"Nggak usah! Ntar orang-orang tau lagi lo pacaran sama gue!" sindir Filo.

Hugo terdiam lagi. Memang backstreet juga sebagian rencana Hugo. Hugo hanya tidak ingin kehidupan pribadinya diketahui orang lain. Dia merasa risih. Namun Filo juga setuju kok, karena dia juga tidak suka jadi sorotan. Tapi anehnya setelah setuju, terkadang Filo merasa cemburu dan menyindir Hugo sengaja menyembunyikan hubungannya agar bisa dekat dengan cewek lain.

Sesekali juga gadis itu berpikir mengira bahwa Hugo sengaja menyembunyikan status mereka karena malu Filo bukan cewek populer. Filo memang cantik, hanya saja dia tak terlalu dikenal banyak orang karena penampilannya yang sederhana dan biasa saja.

Kalau dibandingkan dengan pacar teman-teman Hugo, Filo sangat jauh. Semua pacar teman Hugo hampir semuanya selebgram dan selebtok. Hanya Hugo saja yang pacaran dengan gadis biasa. Meski penampilan Filo biasa saja, namun soal kecantikan Filo bisa mengungguli pacar teman Hugo.

"Jangan mulai, ayo aku antar," paksa Hugo.

Filo diam saja sambil memakai sneakersnya lalu keluar unit diikuti Hugo. Filo malas meladeni Hugo yang selalu seenaknya. Sampai di lift Hugo langsung meraih telapak tangan kanan Filo dan mengenggamnya.

Filo mencoba menepis namun Hugo terlalu erat. Filo merotasikan bola matanya malas. Dia muak sekali melihat wajah Hugo.

"Pulang jam berapa?" tanya Hugo ketika mobilnya sudah melaju menuju kampus.

"Lo nggak tau diri banget ya? Gue tuh lagi marah sama lo! Lo nyerocos mulu!" kesal Filo yang membuat Hugo tersenyum.

"Iya, aku salah. Aku minta maaf."

Filo menatap sinis ke Hugo. "Enak ya lo, tinggal minta maaf doang. Awas aja kalau sampai gue hamil, lo tau akibatnya!" ancamnya.

Hugo langsung terdiam, sepertinya Filo terlalu sensitif dengan kehamilan. Padahal Hugo justru biasa-biasa saja. Kalaupun Filo hamil tentu saja dia akan bertanggung jawab, lagipula secara materi dia sudah tercukupi.

"Nanti pulang jam berapa?" tanya Hugo selembut mungkin.

"3."

"Nanti ikut aku ke pesta Vini, kita diundang ke pesta ulang tahunnya," ujar Hugo.

"Hmm," Filo menjawab dengan dehaman.

"Aku tunggu dimobil nanti," ujar Hugo saat sudah sampai di parkiran.

Filo langsung keluar dari mobil Hugo dengan cepat. Sebelum ada yang melihat dia keluar dari mobil Hugo.

"Filosopia!!" baru saja masuk ke ruangan kelasnya, telinga Filo langsung nyeri mendengar teriakan nyaring dari Rinjani.

Filo menatap kesal kearah Rinja. "Nggak usah teriak bisa nggak sih Rin? Malu diliat teman yang lain," keluhnya.

Rinjani malah terbahak. "Haha, ya abis lo ngilang gitu aja dari kamar gue," ucap Rinjani pelan.

Filo duduk dikursi yang sudah dibook oleh Rinja itu. "Hugo nyusulin gue tadi pagi," ujarnya

Rinjani mendelik, "Hah? Kok bisa? Terus lo gimana? Marah nggak?" cerocos Rinja.

"Ya marahlah."

"Terus kenapa lo bego mau aja diajak pulang?" ledek Rinja.

"Dia ngancem gue mau lapor ke ibu kost lo, kalau lo ada cowok di kamar lo gue takutlah. Terus ya gue liat si Kuki juga kayaknya engap di kardus yaudah gue pulang ajalah," jelas Filo.

"Terus rencana lo selanjutnya gimana? Lo masih mau tinggal sama dia?" tanya Rinja.

Filo mengangguk. "Iya, gue udah bilang ke dia kalau dia harus puasa sebulan sampai gue tes dan hasilnya negatif," jawabnya.

Rinja memicingkan mata kanannya. "Lo yakin dia bisa puasa?" tanyanya.

Filo terdiam, dia mulai kepikiran ucapan Rinja. Mustahil kalau Filo tinggal berdua dengan Hugo dan kuat menahannya.

Filo menatap Rinja. "Terus gue gimana dong Ja?" tanya Filo.

"Udah gini aja, lo tinggal di kost gue aja. Sewanya masih sisa sampai dua bulan. Gue habis ini mau pindah ke apart baru, udah dibeliin daddy gue hihi," ujar Rinja.

Filo hanya mengangguk saja. Sejak SMA, Rinja memang sudah jadi ani-ani. Tubuhnya yang seksi dan wajahnya yang cantik sayang sekali digunakan untuk menjadi simpanan Om-Om hidung belang. Tapi ya mau bagaimana lagi, gaya hidup Rinja terlalu tinggi. Bahkan outfit yang dipakai Rinja hari ini bisa Filo taksir senilai dua puluh juta. Ya meskipun Filo sebenarnya tak ada bedanya dengan Rinja sih sama-sama menyerahkan tubuhnya sebelum menikah. Bedanya, Rinja dapat uang sedangkan Filo sukarela.

"Atau lo mau ikut tinggal bareng gue aja di apartemen baru gue?" tawar Rinja yang langsung ditolak Filo mentah-mentah.

"Kagak makasih, yang ada tiap malam gue nggak bisa tidur dengar lo nyanyi sama Daddy lo," ujar Filo yang membuat Rinja tertawa.

"Yah sayang banget, padahal apartemenya gede loh, hihi," goda Rinja.

"Oh iya lo rencananya mau pindahan kapan?" tanya Filo.

"Hmm, kayaknya hari kamis nanti kan kita nggak ada kuliah," jelas Rinja, Filo mengangguk saja. Sekarang dia sudah mendapat tempat pelarian tinggak mencari cara bagaimana dia bisa keluar dari unit Hugo.

Pacar Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang