Chapter 24

1.4K 112 115
                                    

Happy Reading📚🔥

*****

Hari demi hari telah berlalu. Terhitung sudah seminggu mereka berada di Indonesia. Hari ini untuk pertama kalinya Gaby pergi ke kantor untuk menemui Gavin dan membawakan berkas yang diminta oleh sang kakak.

Dengan pakaian sederhana Gaby buru-buru memencet tombol lift. Berkas yang ia pegang sangat penting untuk Gavin, secepatnya harus sampai ke tangan laki-laki itu.

Tak terlalu lama lift terbuka, Gaby berlari menuju ruangan Gavin, namun di tengah-tengah ia terhenti saat melihat seorang laki-laki yang telah menghancurkan  hidupnya.

Kaki Gaby terasa lemas, dadanya sesak dan seketika ia mual. Bayangan kelam lima tahun lalu kembali menghantui isi kepalanya. Tangis dan teriakan memohon terdengar samar di telinganya.

“Javas?” gumam Gaby. Tangannya mengepal hebat, gemetar.

Buru-buru ia menghindar agar tak berpapasan dengan laki-laki yang memiliki nama lengkap Alvaro Regantara, berjalan dari arah berlawanan sambil bermain ponsel.

Setelah Javas melewatinya, Gaby buru-buru pergi ke ruangan Gavin. Sedang laki-laki itu ternyata sudah lebih dulu melihat Gaby sebelum Gaby melihatnya.

Ia tersenyum tipis dan menggeleng. Lalu melanjutkan langkah menuju lift.

“Ini,” ujar Gaby menaruh berkas di atas meja Gavin.

Thanks,” ucap Gavin tersenyum, berterima kasih.

“Raka mana? Nggak dibawa?” lanjut, tanya laki-laki itu.

“Raka lagi sama Bang El, jalan-jalan nggak tau kemana,” jawab Gaby. Gavin pun mengangguk.

“Yaudah ya, Bang, gua pulang,” pamit Gaby.

“Yaudah, hati-hati, ya?” 

“Iya,” jawab Gaby mengangguk.

Wanita itu berjalan was-was melihat sekeliling. Penasaran dengan yang tadi ia lihat. Apakah benar itu Javas? Jika benar, sudah saatnya untuk Gaby membalas apa yang telah laki-laki itu perbuat.

Jujur saja, Gaby tak sebaik itu untuk membiarkan keparat berkeliaran dengan tenang sedangkan hidupnya dibuat hancur dalam sekejap.

Meskipun rasa takut masih bersarang di pikirannya, Gaby harus secepat mungkin menuntaskan semuanya agar hidupnya kembali tentram.

Kematian Arka yang hingga kini belum diketahui pelakunya, masih menyisakan luka yang begitu dalam bagi semua keluarga terutama Gaby.

Di parkiran saat hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba seseorang menyapanya dari belakang.

“Lama nggak ketemu.”

Gaby berbalik badan. Matanya menatap nyalang melihat Javas. Ia berusaha terlihat santai dan tenang, sangat berbeda dengan tatapan lima tahun lalu.

“Ngapain lo disini?” tanya Gaby. Dibelakang, tangannya menarik sesuatu dari dalam bajunya.

Belati. Ia selalu membawanya setelah kejadian malam itu untuk melindungi diri sendiri agar kejadian buruk tak terulang lagi. Satu yang perlu diketahui, Gaby sudah belajar beladiri saat di luar negeri. Bersama dengan Arzel mereka berlatih rutin dengan guru yang handal.

Javas melangkah mendekati Gaby. “Gua mau ngomong sebentar sama lo,” ucapnya.

“Gua nggak mau!” tolak Gaby mentah-mentah. Tangannya pindah ke samping membuat Javas melirik belati yang ia genggam.

Shit!” Javas terkekeh kecil. Kedua tangannya diangkat, tanda mengalah. “Gua cuma mau minta maaf dan ngasih tau siapa yang udah bunuh om Arka. Setelah itu terserah apa yang mau lo lakuin ke gua,” ujar Javas. Tatapannya teduh penuh harap pada Gaby.

GABY Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ