Chapter 20

2.8K 314 307
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

PLAK!

PLAK!

Suara pukulan yang sangat nyaring terdengar dari ruang kerja Arka. Semua orang yang mendengar hanya bisa meringis, ikut merasakan. Sedang, Arzel yang mengalami hanya diam, menahan rasa sakit yang dirasa pantas didapatkan.

Arka sangat marah besar pada Arzel karena lalai menjaga Gaby. Gadis itu hilang entah kemana dan akses untuk menghubunginya tak ada yang bisa.

Sorot mata pria itu tak teralihkan dari wajah Arzel yang sudah lebam akibat dirinya sendiri. Tangannya yang memerah panas tak berhenti memukul Arzel tanpa ampun, meski Fanya sudah mencoba menghalangi.

“Pa, udah, Pa. Kasian anak mu!” teriak Fanya, menangis pilu dari luar ruangan. Menggedor pintu, meminta ampunan pada Arka agar berhenti menghukung Arzel.

Di dalam, Arzel diam tak melawan. Hanya tetesan air yang keluar dari pupil mata.

Saat Arka berhenti memukulnya. Arzel mendongakkan kepala. Menatap nyalang ke arah Arka.

“Kenapa stop, Pa? Pukul lagi! Pukul lagi, Pa!” teriaknya menarik tangan Arka, memaksa untuk terus menghukum dirinya.

“Ini memang salah El, Pa. El nggak becus jadi abang! Nggak becus jadi anak! Nggak becus jadi adek! Semua salah El!” Tangis Arzel pecah. Ia tersungkur di hadapan Arka.

Plak!

Plak!

Tangannya memukul-mukul wajahnya sendiri. “Gua yang salah! Gua yang salah! Gua yang salah!” racau Arzel.

Dari lubuk hati Arka sebenarnya tak tega melihat Arzel seperti ini. Namun, amarah terlalu menguasai dirinya hingga ia kehilangan akal sehat untuk sesaat.

Tak ingin menyakiti Arzel lebih dari apa yang tadi ia lakukan, Arka memilih keluar meninggalkan Arzel sendirian.

Ceklek.

Pintu terbuka. Terlihat Fanya sedang menangis tersedu-sedu, tersungkur di depan pintu ruang kerjanya.

Fanya mendongak menatap Arka. “Pa,” gumamnya.

Arka mengalihkan pandangan, melewati Fanya begitu saja. Wanita itu pun langsung mencari Arzel dan berlari menghampiri putra keduanya.

“Arzel!” Fanya memeluk erat Arzel. Menangkup wajah laki-laki itu dengan kedua tangan lembutnya, yang hangat dan menenangkan.

GABY Where stories live. Discover now