Chapter 2

21.3K 1.9K 1K
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Malam ini kedua orang tua Gaby pulang dari luar kota. Tak dapat dipungkiri Gaby merasa senang akan hal ini. Sedari sore ia sibuk membantu Bi Marni dan Mba Yanti di dapur, menyiapkan makanan dan cemilan untuk malam hari. Tidak peduli bahwa nanti ia akan dimarahi karena telah melakukan kesalahan besar.

Pukul 7.20 malam suara mobil yang sangat Gaby rindukan mulai terdengar melewati gerbang rumah.

"Papa! Mama!" teriak Gaby, girang.

Ia pun langsung berlari keluar kamar dan menuruni anak tangga.

"Pelan-pelan, Non!" peringat Bi Marni takut jika Gaby tergelincir.

Tidak peduli Gaby tetap berlari hingga depan pintu.

Ngos-ngosan. Gaby menunduk menekuk kakinya untuk menetralkan pernafasan. "Capek juga ternyata. Harus olah raga ini kayaknya." 

"Permisi, Non," ucap Supir pribadi mereka yang biasa dipanggil Mang Joko, membawa dua koper milik Arka dan Fanya.

"Iya, Pak," sahut Gaby tersenyum. Kemudian ia berteriak memeluk kedua orang tuanya. "Papa! Mama!"

****

Setelah makan malam. Gaby duduk di sofa ruang tamu bersama Arka dan Fanya.

Suasana terasa dingin. Diam dengan tatapan tajam kedua orang tuanya, serasa mengintrogasi.

"Mau jelasin sendiri atau Papa yang tanya?" celetuk Arka Zaidan Adhinata, dingin dengan suara beratnya.

Gaby menunduk. "Gaby yang jelasin sendiri," jawab gadis itu, takut.

"Yaudah, sekarang."

"Soal di club, Gaby nggak ingat. Yang jelas Gaby ingatnya pas sadar udah di kantor polisi..." Gaby menjelaskan semua dari awal ia sadar di kantor polisi hingga membuat kekacauan di sekolah.

Mendengar penjelasan dari sang putri, membuat Arka dan Fanya memijat kening. Pusing dengan kenalan Gaby yang tak ada habisnya.

Beberapa kali Zefanya Aiza Putri atau biasa dipanggil Fanya, memarahi Gaby. Tetapi apa? Anak itu benar-benar tidak bisa dimarahi, entah harus bagaimana lagi menasehati gadis itu. Sedangkan Arka, ia masih berusaha menahan amarah agar tidak kelepasan. Ia menasehati putrinya dengan tegas dan sedikit mengancam.

"Jangan diulangi lagi!" tegas Arka.

"Iya, Pa. Kemarin Gaby kayak gitu karena mereka udah keterlaluan. Mereka juga bawa-bawa Papa, ngejelekin profesi Papa dulu. Padahalkan DJ keren, kenapa mereka menganggap DJ itu kriminal? Kan tolol!" timpal Gaby berujung ditegur kembali oleh Fanya.

"Mulutnya! Tolol, tolol. Nggak boleh gitu," tegur Fanya.

"Lain kali kata-kata yang bikin sakit hati nggak usah didengerin," sambung Arka. "Soal nakal, wajib diubah! Nggak boleh kayak gitu lagi!"

GABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang