Bab 67. Ikut Pulang

21.7K 896 44
                                    

Aku menangis di tempat ku kasihan melihatnya, aku sadar sikap ku terlalu berlebihan padanya yang ingin menebus kesalahannya.

Dan tiba-tiba ia terjatuh dari dudukannya terbaring di teras tak sadarkan diri. Segera ku buka pintu menghampirinya.

"Mas..! Mas..! Kamu nggak apa-apa!?

Ku baringkan kepalanya ke atas pahaku, ia merintih menekuk wajahnya.

"Reza...! Rezi...!"

Segera kedua adikku menghampiri membatu membawanya masuk kedalam kediaman kami.

"Za,. Zi,. Ke apotek yah beli obat,. Bilang ke dokternya kalau om Haris badannya panas, tapi tangannya dingin, terus dia lemas, juga batuk-batuk"

"Iya kak"

Begitu adikku pergi, kembali ku tutup pintu lalu mencari baju kaos oversize milikku juga sebuah celana training untuk mengganti pakaiannya yang basah.

Ada untungnya aku ini dulu tomboy, sehingga aku mengoleksi beberapa baju kaos cowok yang berukuran besar.

"Mas,. Mas,. Jawab aku kalau kamu dengar" sembari ku goyang-goyangkan pipinya.

"Iya mas dengar" gumam nya parau.

Ku tanggalkan seluruh pakaiannya mengganti dengan pakaian kering, lalu ku selimuti ia dengan dua lembar selimut, aku hendak menambahnya lagi.

"Jangan pergi" pintanya menggenggam tanganku saat aku hendak berdiri.

"Udah diam aja! Biar mas hangat!"

"Mas hanya butuh pelukanmu untuk menghangatkan mas"

Dengan tangannya yang lemas ia menarik ku ke arahnya. Ku ikuti keinginan menggeser dudukku berpindah di sampingnya, ia membaringkan kepalanya ke atas pahaku.

"Maafin mas, maafin mas" air matanya terjatuh di atas pahaku.

Ku angkat tanganku mengusap kepalanya ia makin menangis hingga bersuara, ku biarkan saja hingga ia tenang dengan sendirinya.

"Kak ini obatnya" seru kedua adikku telah tiba, ku bangunkan om Haris membantunya duduk, sebelum ku beri obat ku beri ia makan terlebih dahulu dengan menyuapinya.

"Udah kenyang" ucapnya masih mengunyah makanan di dalam mulutnya

"Baru lima sendok, buka lagi mulutnya" titahku ku ketus ia menggeleng. "Buka nggak mulutnya!" lagi titahku sedikit membulatkan mata juga menggertakkan gigi, ia menurut membuka mulutnya. Setelah itu ku bantu ia meminum obat.

"Rebahan" perintah ku masih dengan nadaku yang tak ada kelembutan.

"Jangan tinggalin mas?" pintanya lirih terdengar sedih juga manja.

"Cerewet! Udah rebahan!"

Ia segera menurut merebahkan tubuhnya tak melepaskan tanganku.

"Maafin mas yah, mas mohon kembali yah ke rumah,. Ternyata mas nggak bisa berlama-lama tanpa kamu, mas merasa seperti orang bodoh seorang diri, rasanya mas akan gila terus menyadari kamu nggak ada di samping mas karena sikap mas,. Tami pulang yah sayang"

Ku lihat ia benar-benar menyesal, di matanya hanya terisi kesedihan karena penyesalan, dan bisaku rasakan kesedihannya bukan sesuatu yang di buat-buat untuk membujukku, ia terlihat bersungguh-sungguh.

"Istirahat lah, ku bawa dulu ke dapur piring ini"

Ku tinggalkan ia menenangkan diriku, aku benar-benar bingung bagaimana ini?. Ternyata aku masih sangat mencintai suamiku, keinginan ku ingin kembali padanya masih besar, aku tak sepenuhnya benar-benar sanggup berpisah darinya.

Pengantin Pengganti MamahWhere stories live. Discover now