Bab 27. Terkuak

23.3K 937 0
                                    

Rasanya nyaman berada di pelukannya,. Kesedihan juga ketakutan yang sedari kemarin menggelayuti kini terhempas sudah.

Aku lega om Haris mau memaafkan kesalahan ku yang lalu dan kembali menerimaku beserta masa laluku. Ku harap kedepannya tak ada lagi hambatan apapun dalam hubungan kami.

"Jadi itu alasannya kamu menolak perjodohan?" pertanyaan om Haris membuatku mengerjap heran, aku melonggarkan pelukan menengadah menatapnya. Perjodohan apa yang ia maksud? "Mamah mu pernah cerita di usiamu ke 20 tahun kamu pernah di lamar oleh salah satu kerabatmu, tapi kamu menolak mengatakan kamu sudah memiliki kekasih"

Ku uraikan pelukan melepas diri.

"Saat itu aku masih terikat dengan Arman karena video itu, dia bilang akan menyebarkan video itu jika aku menyetujui perjodohan"

"Kapan hubungan kalian berakhir?"

"Di usiaku yang ke 24 tahun"

"Mas dengar lagi kamu kembali di lamar setahun setelah ayahmu meninggal, saat usiamu ke 25 tahun, tapi kamu menolak mengatakan belum memikirkan pernikahan"

"Aku takut mas, aku akan di manfaatkan lagi dan hanya menjadi pelampiasan nafsu"

"Tapi itu pernikahan bukan cuma ikatan status saja"

"Arman pada saat itu memiliki istri dan anak, tapi dia mengkhianati mereka, dia mengkhianati pernikahannya"

"Kamu trauma lalu menyamankan semua pria" aku terdiam, aku memang sempat tak percaya akan cinta apa lagi pernikahan, karena terlalu takut aku menjadi korban lagi. "Tapi sekarang kamu sudah tidak takut lagi kan? kamu yakin dan percaya dengan pernikahan kita?"

Aku mengangguk kembali memeluk nya erat. Entah mengapa pelukan om Haris seakan menjadi candu bagi ku,. Entah lah nyaman pelukannya atau wangi parfumnya.

"Tami,."

Kembali aku menengadah menatap nya, ia menurunkan wajahnya mempertemukan bibir kami dalam pagutan. Lalu tiba-tiba hujan turun di langit pagi yang mendung, kami bersegera berdiri sedikit panik, lalu om Haris menarik tangan ku berlari kedalam kamar, kami tertawa entah mengapa kejadian itu lucu.

"Yah hujan mengganggu" keluh om Haris sembari menutup jendela.

Sesaat ia berbalik ku dorong ia pelan hingga bersandar pada jendela, lalu aku berjinjit mengecup bibirnya, saat aku menarik wajah, ia memeluk pinggulku, tangan yang satunya menekan tengkuk ku kembali mempertemukan bibir kami dalam pagutan.

Bisa ku rasakan ciuman kami kali ini lebih bergairah dan cukup rakus dari yang sudah-sudah. Mungkin karena terbawa perasaan akan masalah yang sempat menimpa pernikahan kami.

"Ke tempat tidur" kata nya di depan wajahku.

"Sudah kunci pintu?"

Ia mengangguk lalu menggendong ku di depan,. Kembali kami berciuman hingga ke tempat tidur.



***

Bangunku aku tak mendapati om Haris di samping ku, ku dengar dengan seksama dari arah kamar mandi tak ada suara. Aku bangun berpikir, ia kemana saat hujan telah redah?.

Tok! Tok! Tok!

"Mbak..! Mbak Tami..!" panggil pak Kuji. Aku heran tak biasa nya beliau mengetuk pintu kamar.

Kembali aku berpakaian sebelum membuka pintu, tampaknya ada yang tak beres jika mendengar dari ketukan juga teriakan beliau.

Cklet..

Aku mendapati pak Kuji beserta buk Ina dan buk Sari di depan pintu.

"Ada apa pak?" tanya ku

"Pak Haris, pak Haris mbak.." ucapan beliau terpotong karena panik. Dan aku mulai khawatir melihat kepanikan di wajah beliau.

Pengantin Pengganti MamahWhere stories live. Discover now