Chapter 44

5 1 0
                                    

"Snorkeling atau diving yuk! Atau naik banana boat! Kita ke Nusa Dua!" ucap cowok itu semangat.

Yuna memberengut tidak senang. "Kamu lupa kalau aku lagi haid?"

Vian tampak bengong sejenak. "Emang kenapa kalau lagi haid?"

"Ya nggak enaklah kalau mau mainan air gitu! Ntar kalau aku renang jangan-jangan darahku menarik perhatian hiu! Dia datang terus aku di makan!" ucap Yuna histeris.

Vian malah terkekeh mendengar penuturan istrinya itu. "Kamu kebanyakan nonton film Holywood. Hiu itu nggak tertarik sama darah manusia. Dia hanya tertarik pada darah ikan. Lagian ini Indonesia, negara tropis. Serangan hiu macam itu biasanya cuman terjadi negara-negara subtropis. Di Indonesia sendiri populasi hiu sudah sangat langka karena perburuan. Lagian hiu hidup di perairan laut dalam. Kita kan cuma diving di perairan dangkal aja."

"Beneran nggak bakal ketemu hiu?" tanya Yuna masih sangsi. Vian makin tergelak melihat keluguan istrinya itu.

"Tapi tetap aja, nggak enak kan kalau aku berenang saat haid itu. Nanti lautnya jadi merah gitu gimana?"

"Yuna sayang. Saat masuk ke dalam air pembuluh darah cenderung akan mengkerut dan menutup. Darah nggak akan keluar. Santai aja," jelas Vian.

"Kamu sotoy tahu banget sih! Emangnya kamu pernah menstruasi!" geram Yuna masih tak percaya.

"Aku emang nggak pernah mens, tapi aku punya keponakan cewek. Dulu aku pernah mengajak Ulfa dan Tania liburan ke sini waktu mereka masih SMA. Waktu itu, Ulfa juga lagi dapet dan dia nggak mau berenang kayak kamu gini. Tania lalu menjelaskan tentang hal yang barusan aku kasih tahu ke kamu. Aku sebenernya nguping doang," aku Vian sambil menyeringai.

Yuna terdiam sejenak mendengar nama Tania disebut. Dia tak terlalu suka pada sahabat Ulfa yang angkuh itu. Sekarang dia jadi tahi seberapa dekat cewek itu dengan suaminya. Mereka bahkan pernah liburan bersama. Apa Tania berenang pakai bikini juga ya? Dari balik blouse yang dia kenakan di acara tahlilan Ulfa kemarin, Yuna bisa menebak bahwa gadis itu punya tubuh yang seksi. Kalau cewek secantik itu pakai bikini bagaimana reaksi Vian? Jangan-jangan matanya jelalatan kayak lihatin bule tadi sore! Yuna seketika merasa cemburu.

"Kenapa sih kamu nguping omongan remaja yang lagi bahas gituan! Dasar mesum!" olok Yuna. "Kamu pasti kesenengan kan kalau nanti ke pantai lihat bule pakai bikini!"

Vian terkesiap melihat Yuna yang tiba-tiba emosi. Hm ... Pasti ini karena pengaruh hormon menstruasi yang katanya suka bikin cewek uring-uringan itu. Waduh ... Apa yang harus dia lakukan? Vian nggak tahu bagaimana harus bersikap. Vian jadi teringat kejadian tadi siang, ketika dia melihat bule seksi di supermarket itu. Rasanya sejak itulah Yuna mulai naik darah, tapi menyadari bahwa istrinya cemburu malah membuatnya merasa senang.

"Maaf ya Sayang, besok kita ke Pasar Sukowati aja deh. Kita belanja yang banyak," ucap Vian lembut disertai senyumannya yang manis.

"Kamu mau minum coklat panas? Pasti enak buat nyeri haid," tawar Vian.

Yuna tertegun. Dia baru sadar bahwa rasa kesalnya sedari tadi memang timbul akibat dari kram perutnya. Seketika wanita itu merasa malu sudah marah-marah nggak jelas.

"Aku buatin ya," kata Vian tanpa mendengar jawaban Yuna. Pria itu bangkit dan menuju dapur. Dia mengambil sebungkus coklat panas kesukaan Yuna dari barang belanjaan mereka tadi, lalu mendidihkan air. Yuna terdiam mengamati suaminya yang begitu sabar menghadapinya. Vian adalah pria yang begitu baik dan pengertian, sungguh beruntung Yuna bisa menikah dengannya.

Setelah coklat panas itu jadi. Vian menuangkannya ke dalam dua mug, lalu membawanya ke ruang tengah. Dia memberikan satu gelas untuk Yuna dan segelas untuk dirinya sendiri.

"Maaf ya, aku tadi udah marah-marah nggak jelas sama kamu," sesal Yuna. Emosinya emang labil kala sedang haid.

"Iya, nggak apa, aku tahu kok bukan mau kamu emosi kayak gitu," tutur Vian.

"Besok habis dari Pasar Sukowati kita ke Nusa Dua," kata Yuna. Karena merasa bersalah pada suaminya dia akhirnya bersedia juga pergi snorkeling. Dipikir-pikir sayang juga kan sudah jauh-jauh liburan ke bali malah nggak ke pantai.

Wajah Vian langsung terlihat semringah. Akhirnya Yuna berhasil dirayu juga.

"Oke, habis dari Pasar kita ke sana ya!" serunya riang seperti anak kecil.

***

Back Cover of MemoryWhere stories live. Discover now