ALFHA || SEVENTEEN

146 9 0
                                    

Yang gue tau, Cacanya Alfha gak mungkin minta cerai.
>Alfha Jeandra Keenan<

Di besok malamnya. Alfha terjaga hingga jam 12 malam. Kamarnya gelap. Matanya terus melirik pintu yang lumayan jauh jaraknya. Alfha berharap Calzey datang kepadanya, menanyakan kabarnya, khawatir padanya dan semua tentangnya. Alfha tidak akan mengecewakan Calzey lagi, ia berjanji.

Dua bulan lamanya dia tidak sekolah, Calzey? Alfha saja tidak tau tentang istrinya sendiri.

Netra mata Alfha berkaca-kaca, bersamaan dengan mata yang tertutup. Alfha meneteskan air mata yang begitu jernih. Membukanya lagi dan kedua mata Alfha memerah.

"Mama..." Panggil Alfha serak.

"Alfha rindu Mama, Alfha sayang Mama..."

"Mama kangen Alfha nggak disana?"

Alfha membiarkan air matanya terus mengalir, dengan perlahan hidungnya mulai tersumbat.

"Mama tau gak," Alfha terkekeh, "Tanpa Mama Alfha gak bisa apa-apa." Lanjutnya.

"Istri Alfha lagi marah, cuman karena salah paham, Ma,"

"Tapi kenapa marahnya sampe ngajak cerai? Apa Alfha seburuk itu di mata Caca? Apa Alfha gak bisa singgah di hati Caca seutuhnya?" Isaknya.

"Kenapa harus El Ma? Kenapa nggak Alfha aja yang ada di hati Caca?"

"Caca gak bakal ninggalin Alfha sendirian kan Ma? Alfha gak mau merasa kehilangan lagi Ma, Alfha gak mau,"

Alfha mengatur napasnya yang mulai sesak di dadanya. Bibirnya mengukir senyum.

"Mama tau gak? Alfha udah bisa maafin Papa, walau belum sepenuhnya. Ternyata Papa baik ya, nggak seburuk yang Alfha kira, haha,"

"Papa mau bantu Alfha buat bujuk Caca Ma, pasti berhasil, ya 'kan?" Ucapnya yang mulai memelan.

Dadanya mulai sesak.

Tiba.

Alfha ingin melukai tubuhnya sendiri.

Ini bukan keinginannya.

Tapi tubuhnya yang menginginkannya.

Alfha akan melakukan apa saja, asal tubuhnya tersiksa. Dia terlalu prustasi untuk memikirkan masalah seperti ini.

Alfha hanya ingin bahagia, hanya bahagia. Tapi kenapa?
Kenapa tidak ada orang yang mau mengerti tentang perasaannya?

Alfha melepas masker oksigen yang ia pakai dengan susah payah. Menarik paksa inpus ditangannya yang bengkak. Alfha melirik sebuah Vas bunga di atas nakas. Bunga pemberian suster. Alfha yang memintanya, karena ruangannya terasa sangat hampa, jadi Alfha meminta suster untuk membawanya. Tenang, bunga palsu kok, tidak dengan Vas nya.

Alfha dengan nafas memburu meraih Vas itu. Dapat!

Alfha tersenyum beringas, mencoba memukul kepalanya dengan Vas--

PRAK!

"Jangan sayang..."

Alfha diam membeku. Merasakan hangat pada tubuhnya ketika dipeluk. Aroma ini tidak asing.

"Aku gak bakal ninggalin kamu kok, udah ya, jangan siksa diri kayak gini, Caca gak suka,"

Jantungnya berdegup dengan kencang. Matanya yang sembab tak kuasa menahan lagi. Alfha memeluk balik.

"Janji, hiks, jangan tinggalin Alfha," Ucapnya bergetar. "Alfha disini sendirian, gak ada yang ngerti sama Alfha, Alfha udah mati rasa,"

"Caca jangan pergi, Caca sama Alfha, disini, selamanya. Gak ada cerai! Gak ada!" Rengeknya memeluk Caca erat.

Love Disorder [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang