ALFHA || SIXTEEN

135 8 0
                                    

Gue bingung. Disisi lain gue ragu. Tapi disisi lain juga, gue yakin. Bikin stres!
>Calzey Moara Freyana<

Di malam yang sama. Calzey termasuk pasien yang kabur dari rumah sakit. Tapi itu tak berlangsung lama, karena Mave telah membayar semua biaya yang digunakan untuk Calzey

Wanita itu sedang mengemas pakaiannya kedalam koper. Tak lepas dengan air mata yang terus mengalir.

"Gue harus pergi dari sini. Tapi gue harus kemana? Gak mungkin gue pulang kerumah. Pasti Papa bakal marah," Monolognya dengan tangan yang masih bergerak.

Ia melupakan hal itu, kali ini Calzey fokus pada pakaian nya. Dan segara mengurus surat cerainya ke pengadilan.

Srett

Bunyi Resleting koper itu ketika di tutup.

Calzey menarik kopernya dan tiba di belakang pintu Apartemen nya. Meneteskan air mata. Ini berlalu begitu cepat, padahal mereka sudah menikah selama 3 bulan. Namun, rasanya seperti sebentar. Ia tak menyangka, Pria yang mengaku cinta padanya tetap saja main belakang.

Mengambil napas panjang dan menghembuskannya. Tangannya meremat gagang pintu, mengambil napas lagi dan membukanya perlahan.

"Sel--EH BEBEK!" Kejutnya kala melihat Laki-laki di depannya. "Mave? Lo ngapain kesini?"

Mave menatapnya datar, "Lo ngapain bawa koper?" Inilah Mave, ditanya. Bukannya menjawab, malah balik bertanya.

Sontak Calzey gelagapan, "Em-ehh itu, engg, gue mau ke bali--Iya ke bali! Gue pengen punya kulit iteman dikit, bosen putih mulu." Alibinya. Menatap Mave takut-takut. Semoga alasannya ini cukup untuk mengelabui Mave.

"Suami lo mau mati, lo ke bali?" Tanyanya tajam.

Wanita itu tercekat, meruntuki alasannya tadi. Bodoh sekali.

"Em--bukan gitu-- Ada lah pokoknya! Kenapa sih?!" Calzey malah dibuat kesal sendiri. Merengutkan dahinya, menatap Mave tajam. Yang di tatap pun masih mempertahankan raut wajah yang selalu terlihat kaku.

"Lo pergi?" Tebak Mave. Melihat tingkah Calzey yang aneh, membuat salah satu alis Mave terangkat. "Kenapa?"

Kedua netra mata itu terlihat berkaca-kaca. Hidungnya mulai memerah. Kepalanya menunduk suram.

"Gue pengen cerai sama Alfha." Lirihnya bertepatan dengan air matanya terjatuh.

"Lo yakin?" Tanya Mave datar. Menurutnya Calzey terlalu terbawa suasana.

"Yakin."

Mave menghela napas, "Jangan."

Kepala wanita itu mendongak. "Kenapa?"

"Lo terlalu gegabah. Pikirin masalah ini pake kepala dingin. Pikir bener-bener, jangan asal ambil." Ucapnya sambil mengusap pucuk kepala Calzey pelan. "Kalau lo gak mau nyesel." Lanjutnya.

Calzey menatap Mave kosong. Mave yang melihat itu langsung mengusap pipi Calzey yang basah. "Kenapa lo gini?" Tanya Calzey.

"Gini gimana?"

"Kenapa lo baik sama gue?"

Mave terdiam sejenak sebelum menjawab. "Gue nganggep lo kayak adek gue sendiri."

"Kayak Gio?!" Pekik Calzey Nyolot.

"Lo cowok?" Tanya balik Mave dengan santai.

"Ya--enggak. Lagian lo--" Bibirnya langsung di bungkam dengan telunjuk Mave.

"Lo mau pergi? Ke apartemen gue." Ucapnya.

Calzey membelalakkan matanya. Raut wajahnya terlihat ingin protes.

Love Disorder [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now