ALFHA || THIRTEEN

139 9 0
                                    

Hai! Balik lagi sama gue, Rama!🥸

Nemu cerita gue lewat mana nih?

Gue masih amatiran, jadi jangan berharap lebih🥸

Sebelum baca, berdoa dulu, semoga endingnya sesuai harapan🗿

KALO BACA JANGAN COSPLAY KODOK, SUKA LONCAT-LONCAT!

DEMI KEDAMAIAN BERSAMA, VOTMEN DULU, YA GAK🥸✏

🧼Happy Reading!🧼

Gue itu orangnya peragu, kalo hari gue suka sama lo.
Bisa aja hari esok gue suka sama orang lain.

Calzey Moara Freyana

___

"Gue ragu Ken,"

Mave memutar bola mata malas. Ia sudah menebak akan seperti Ini jawabanya. Alfha terlalu egois untuk kebaikan semuanya. Itulah sifat yang Mave benci.

"Keluar." Usir Kenzi seraya memalingkan wajahnya yang berlawanan arah dengan itu.

"Ken, please maafin gue...." Mohon Alfha.

Cowok itu menatap Jingga meminta bantuan. "Jo, bantu gue ayok! Kenzi bakal kebujuk kalo lo yang bujuk! Ayo!" Ucapnya sambil menekuk lutut, tanpa sadar air matanya mengalir.

Ini terlalu menyakitkan.

Kenzi sahabatnya.

Ia tau itu, tapi kenapa ia sangat egois?

Jingga tersenyum kecut, "Gue gak bisa Al,"

Di pojok sana ada Okta yang tak bisa menahan air matanya. Karena ia sudah menganggap Alfha adalah kakaknya.

"Disini panas! Lo keluar!" Usir Kenzi ketus.

Okta menepis air matanya dan berjalan menghampiri Alfha. "Keluar dulu, gue bakal coba bantu." Bisiknya.

Alfha menatap Okta nanar dan mengangguk. Kemudian pergi dari kamar itu.

Okta menatap Kenzi. Tangannya bersedekap dada. "Maksud lo apa kayak gitu Ken?"

"Kayak gitu apanya?"

Cowok itu berdecak, "Sok-sokan polos. Cepet jawab, maksud lo gituin Alfha gimana?"

Kenzi memalingkan wajahnya. "Lo gak bakal ngerti."

Okta berdecih, menepuk bahu Yuri--mengkode menurutinya. "Kita pergi Ri, Kenzi egois." Yuri mengangguk.

Kenzi mengepalkan tangannya. Air matanya mengalir di campur dengan jantung yang terus berdegup dengan kencang. Ia harus mengorbankan pertemanannya demi Alfha. Ia ingin Alfha sadar, ia ingin Alfha tidak egois. Karena ini terlalu merugikan dirinya dan juga teman-temannya.

"Ken," Panggil Jingga lirih.

"Gue tau yang terbaik untuk kita, Jonathan. Ini jalan terbaik, lo harus yakin sama gue." Jawabnya tanpa menatap siapa yang bertanya.

Mave mendekati Jingga. Mengusap bahunya. "Ini emang cara yang salah, tapi gue yakin ini cara yang paling sempurna."

Jingga agak kaget karena Mave berkata sepanjang itu padanya, padahal biasanya cuman satu kata.

"Iya Mave."

Gio berjalan menuju pintu kamar itu, tangannya sudah menggenggam gagang pintu.

"Kemana?" Tanya Mave datar.

Love Disorder [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now