15 || Latihan Basket

8.5K 1.3K 523
                                    

Halo, terimakasih kamu masih bertahan sampai chapter ini. Sampai ending book nanti aku bakal terus berharap dapat feedback dalam bentuk vote & komentar dari kalian guys, meskipun tulisan aku masih amburadul 🙏

Aku up hari rabu kalau bisa 800 vote + 500 komen ya
.
.
.

Suasana malam di kompleks Kenangan sangat tenang setelah ibadah sholat isya' di masjid. Dengan sarung mengalung di lehernya, Saka melangkah pelan menuju pos ronda, tempat dimana beberapa warga terlihat asik bermain karambol.

"Malam bapak-bapak," sapa Saka dengan sopan.

Tiga pria paruh baya di pos ronda kompak menoleh ke arahnya dan membalas sapaannya dengan senyum ramah. "Malam Mas Saka," jawab mereka hampir bersamaan.

"Tumben baru keliatan kamu," celetuk pria berkumis tebal dengan singlet putih andalannya, Pak Djarot namanya.

Saka duduk di samping meja karambol, tertawa kecil. "Iya nih, Pak. Maklum anak pejabat kerajaan setan, Pak. Ini tadi Bapak bisa liat saya aja, saya udah bersyukur banget loh," ujarnya dengan santai, mencoba menyemarakkan suasana dengan candaan ringan.

Tawa hangat bapak-bapak terdengar melengkapi keceriaan malam itu.

"Lawakannya masih saja jago, ya. Mana ada setan sholat berjamaah di masjid," ujar Pak Djarot.

"Yah, begitulah, Pak. Alhamdulillah kalo Bapak paham maksud saya. Ngomong-ngomong, Pak Djarot, sibuk apa, Pak, sekarang?" tanya Saka, mencoba memulai percakapan dengan warga yang duduk di sekitarnya. Suasana ramah dan akrab terasa begitu kental di antara mereka.

"Biasalah, ngurusin burung di rumah. Hobi dari muda, Mas."

"Oooh, happy ya, Pak, berarti? Kan jalanin hobi," kata Saka. Sambil memainkan bedak tabur yang tergeletak di depannya, ia bersuara lagi. "Mas Faiz, sekarang sibuk apa Mas? Udah berhenti jadi Job Analis and Researcher?"

"Job apa, Mas?" beo pemuda berusia akhir 20an, Faiz.

"Pengangguran," jawab Saka.

"Oalah." Faiz langsung tertawa. "Alhamdulillah udah Mas, sekarang bantu bantu di waduknya Pak Haji Ghani."

"Alhamdulillah," ucap Saka.

"Kalo Pak Krisna gimana, Pak? Ada hambatan nggak dalam pekerjaannya sebagai Head Coorporat Asset Security?" tanya Saka. Pemuda itu dengan santainya mengambil dodol di atas meja dan menyantapnya dengan santai.

"Itu apa lagi, Mas?" tanya Pak Krisna.

"Satpam," jawab Saka dengan wajah polosnya menatap Pak Krisna. Pipi kanannya sedikit menggembung sebab ia barusaja melahan setengah potongan dodol yang tersisa di tangannya.

"Lancar, Alhamdulillah, aman, aman."

Di tengah obrolan Saka bersama warga di pos ronda, teriakan Raka mencuri perhatian semua orang.

"Mas Saka ada Bang Pram di rumah!" seru Raka sambil berjalan cepat menuju pos ronda.

Setibanya di sana, Raka sempat menyapa warga yang ada, lalu mengulangi kalimatnya pada Saka, "Bang Pram di rumah nyariin Mas, katanya mau nugas."

"Ooh, iya." Saka menjawab sambil mengangguk.

Kemudian, Saka berdiri dan pamit kepada warga. "Pak, saya pulang duluan, ya," ucapnya dengan sopan.

"Lain kali mampir lagi, Mas Saka, main karambol di sini," celetuk Pak Krisna.

"Main ke rumah saya juga boleh, nanti saya tunjukin koleksi burung yang saya pelihara," sahut Pak Djarot.

Geng BratadikaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang