ABHIZAR [17]

8.2K 474 25
                                    

Assalamualaikum
Maaf yah lama
Maaf juga kalau banyak typonya males baca ulang lagi hehehe....
..........

"Alhis, gimana rasanya tinggal di ndalem."  Tanya una. Mereka sedang berada di dalam kelas.

"Rasanya kaya anda ingin menjadi ayronmend."

Una terkikik geli. "Pasti lu selalu di suruh ngaji, hahaha."

Alhis menatap jengah una. Dirinya yang tak tahan dengan ejekan yang una lontarkan, segera saja ia memberi cubitan maut kepada tangan una.

Una refleks menjerit membuat para santriwati yang tadinya fokus melihat kedepan memahami materi pembelajaran, seketika mereka melirik kedua manusia itu.

Alhis melirik sekelilingnya, mati sudah raga dan jiwanya hari ini.

Alhis menyunggingkan senyuman pasrahnya. Kalian tahu siapa ustadz yang mengajari mereka hari ini? Yah dia adalah abhizar.

Abhizar hanya mengamati gerak gerik alhis. Sekali lagi sikapnya berubah dingin sedingin es batu.

"Pokus yang ada di depan kalian, jangan lihat kemana-mana." Ucap abhizar mengalihkan pandangan mereka.

Para santriwati mengikuti perintah abhizar. Alhis menghembuskan nafas lega, untung saja suami banditnya ini tak memarahinya.

Alhis melirik una. Ternyata pandangan mereka bertemu, dan terjadi lah pertempuran tatap menatap. Alhis menatap tajam una, sama dengan una menatap tajam alhis.

Una yang sangat greget dengan alhis ia melemparkan buku milik nya tepat di wajah alhis. Kedua orang ini kalau sudah bertengkar ibarat seperti tom and jerry.

Biasanya ketika mereka sedang tersulut oleh emosi, mereka akan di pisahkan oleh rahel dan gino. Dan semenjak mereka masuk pesantren yang memisahkan mereka sekarang hanya cacil.

Sepertinya mereka akan berperang. hari ini cacil pamit untuk pulang beberapa hari ke rumahnya, karena ada urusan dengan keluarganya disana.

"Wah ngadi-ngadi nih anak." Alhis mengambil ancang-ancang untuk melempar balik ke arah una.

Buku itu terlempar ke arah una. Sayangnya buku itu malah mengenai abhizar yang sudah berada di tengah-tengah mereka.

"Sudah?" Tanya abhizar.

Alhis mematung tak berani menjawab.

"Sudah selesai rusuhnya? Kalau sudah kalian keluar dari sini dan berjemur di tengah lapangan." Suruh abhizar sedikit menekan suaranya.

Una gelagapan, sudah cukup dirinya di jemur, lalu hari ini juga ia harus di jemur lagi?

"Gus maafkan kami. Saya janji tidak akan mengulanginya."  Ujar una memohon.

"Kalau begitu, hapalkan surah Al-baqarah."

Alhis lebih heboh lagi ketika mendengar perkataan abhizar. "Gak. Jangan hapalan gus, gila aja Al-baqarah, ayatnya banyak banget."

"Na, kita ke lapangan aja. Dari pada suruh hapalan." Alhis menarik tangan una keluar. Memang aneh bukan dengan mereka berdua, kadang akur dan kadang tidak akur.

.......

Terdengar suara bell terakhir dimana kelas selesai. Alhis dan una masih berjemur di tengah lapangan. Banyak santri dan santriwati yang berbondong-bondong keluar dari dalam kelas.

Ada beberapa para santri yang melihat alhis dan una yang berjemur.

"Elah gak ada cacil gini amat hidup." Keluh una yang malu karena di pertontonkan para santri.

ABHIZAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang