ABHIZAR [16]

7.9K 467 46
                                    


Assalamualaikum
Gimana hari ini?
Pasti butuh tenaga banyak untuk melewati takdir yang sudah Allah rakit bukan?.

Gak apa-apa. Sholat baca alqurannya di perbanyak lagi yak, jangan lupa kalau lagi cuapek bacalah novel kesukaan kalian hehehehe ><

Warning!!!!
episode ini di penuhi dengan abhizar dan alhis.

............

"Guss"

Kedua pasutri itu sedang berduduk santai di ruangan tamu. Sebenarnya alhis sudah pindah sesudah sholat isya, dan di bantu oleh abhizar untuk membawa baju-baju alhis.

Kenapa alhis pindah sesudah habis isya. Karena di waktu itu pula santri sudah berada di asramanya masing-masing, dan alhis bisa pindah dengan gampang tanpa ketahuan oleh para santri dan ustadz, ustadzah.

Mereka tidak tinggal bersama kedua orang tua abhizar, melainkan di halaman belakang ndalem masih terdapat rumah yang cukup minimalis tetapi desain rumah yang modern.

"Emangnya gak ada TV gitu? Bosen cuma duduk-duduk doang." Keluh alhis.

Di rumah itu memang masih belum terlalu lengkap dengan prabotan rumah tangga. Karena rumah ini belum di tempati oleh siapapun. Abhizar yang membangun rumah ini dengan keringatnya sendiri. Atas izin syam pula lah, abhizar bisa membangun rumah untuk keluarga kecilnya nanti.

"Besok saya akan membelinya." Ujar abhizar.

Alhis mendengus, ia sedari tadi mengkipas-kipas wajahnya dengan kerudung yang ia kenakan. Sungguh alhis tak menyangka bahwa di rumah yang sekeren ini, masih belum memiliki perabotan rumah yang lengkap.

Alhis mengelap keringat di dahinya. Ia tidak terlalu betah tanpa ac. Walaupun di asramanya tak ada ac, tapi alhis masih bisa bertahan dengan kipas.

Abhizar menatap setiap gerak gerik alhis. "Kalau tidak keberatan, buka saja hijabnya." Tunggu sebentar, bukankah mereka sudah sah?  Lantas mengapa abhizar berucap seperti itu.

"Dihhh, enggak. Nanti di skidipapap lagi." Alhis langsung menjaga jarak waspada. Pikiran alhis memang tidak bisa di tebak.

Abhizar menepuk dahinya pelan. Bisakah beri pikiran yang jernih untuk istrinya.

"Saya tidak seperti yang ada di pikiran kamu. Yang saya maksud, buka saja hijabnya supaya tidak kepanasan. Lagi pula disini hanya ada saya, Jadi tidak apa-apa."

Alhis menimang perkataan abhizar. Apa yang dikatakan suaminya benar juga, lagi pula kapan dirinya berubah menjadi ukhti seperti ini. Hanya karena takut malam pertama alhis sampai mengubah tidurnya dengan pakaian yang sangat tertutup.

Alhis melirik abhizar. "Awas aja kalau kepincut." Gerutunya pelan. Ia  langsung membuka hijabnya. Rambut yang panjang dan tebal itu tergerai sangat indah. Dipadukan wajah alhis yang cubby membuat dirinya terlihat cantik dan lucu.

"Huhh, gerah banget." Alhis mengibas-ngibaskan tangannya.

Abhizar menatap alhis tak berkedip. Jujur saja dirinya tidak bisa berkata-kata. Bukankah Allah maha membolak-balikan hati manusia, sampai hati abhizar saja bisa terbuka untuk alhis, walaupun masih sulit untuk melupakan masalalu.

ABHIZAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang