part 23

28 32 0
                                    

"Kita langsung pulang aja, bukanya lo gak bisa lama lama ya..." tanya Axel dengan sebelah alis terangkat.

"Iya sih... Jadi kamu mau langsung pulang aja?" tanya Rain dan di balas anggukan oleh Axel.

Beberapa detik kemudian mie ayam pesanan Rain datang beserta es jeruk yang juga ia pesan tadi.

"Sok di makan den, non." kata penjual mie ayam itu dengan ramah.

Rain dan Axel tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya.

Penjual mie ayam itu melenggang pergi menuju ke arah grobak nya dan Rain dan Axel mulai memakan makanan mereka.

"Rain makasih ya, hari ini gue seneng banget!" kata Axel atunsias.

Rain yang tadinya tengah mengunyah makanan menganggukan kepalanya."bagus deh kalo kamu senang, aku juga ikut senang. Kapan kapan kita jalan jalan lagi kamu mau?"tanya Rain.

"Mau banget! Tapi lo gak sibuk emang?" tanya Axel.

Perlahan Rain menggelengkan kepalanya."enggak terlalu sibuk, cuman... Aku sebentar lagi harus khusus beladiri." kata Rain membuat axel menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Serius lo ikut beladiri? Keren banget, lo harus belajar yang rajin dan pokoknya lo harus bisa mahir beladiri! Nanti kalo lo bisa nguasain semua teknik beladiri gue bakal kasih lo hadiah!" kata Axel membuat Rain tersenyum.

"Really? Kalo gitu aku bakal belajar dengan sekuat tenaga aku." kata Rain dengan penuh percaya diri dan tekat yang kuat.

"Harus! Kalo lo udah mahir jangan lupa kabarin gue ya! Ini janji gue. Gue bakal kasih lo sebuah hadiah."

Rain menganggukan kepalanya dengan senyuman nya. Keduanya kembali memakan makanan mereka.

Sudah 30 menit mereka berada di tempat pedagang mie ayam tersebut, setelah di rasa sudah cukup waktu mereka beristirahat kini mereka bangkit dari tempat duduk mereka masing masing.

Rain berjalan mendekati penjual mie ayam tersebut dan membayar makanan mereka tadi.

Axel yang berdiri di belakang Rain terlihat lucu karena tinggi badan mereka yang berbeda.

Penjual mie ayam tersebut tersenyum gemas melihat nya."wah... Pacarnya ya den? Baru pertama kali loh bapak lihat kamu bawak cewek selain kembaran kamu kesini..." pak penjual mie ayam itu menatapnya dengan tatapan jahil.

"Eh... Enggak kok pak, ini teman saya. Semalam kan saya sudah pernah bawak dia kesini." kata Rain membuat penjual mie ayam tersebut menatapnya tak percaya.

"Oh... Jadi perempuan dengan wajah pucat semalam ini dia? Bapak kira itu kakak kamu." katanya membuat Rain tertawa kecil.

"Pak... Saya waktu itu memang lagi sakit tapi mana mungkin wajah saya sepucat itu sampai gak bisa di kenali." kata Axel dengan wajah masam.

Penjual mie ayam tersebut tertawa gemas melihat nya."maaf ya non cantik, bapak tidak tau... Maklmun lah bapak kan sudah tua, penglihatan bapak juga sudah mulai melemah jadi sulit untuk bapak mengenalinya.." kata penjual mie ayam tersebut membuat Axel merasa tak enak.

"Maaf ya pak... Bukan maksud saya begitu..." Axel berucap lirih.

"Enggak apa apa non..."

"Hem.. Pak kami pergi sekarang ya.. Semoga dagangan bapak laris!" ujar Rain di balas anggukan serta senyuman hangat dari penjual mie ayam tersebut.

Rain dan Axel berjalan menuju motor yang Rain parkirkan tak jauh dari lokasi pedagang mie ayam itu berjualan.

"Hem Rain... Lo gak apa apa? Wajah lo pucat banget." tanya Axel dengan raut wajah cemas.

Rain sedikit terkejut saat mendengar perkataan Axel, ia melihat pantulan wajah nya dari kaca spion motornya dan benar saja, wajah nya pucat.

"I-ini gak apa apa kok, mungkin kecapean aja... Ayo aku antar pulang, ini juga mau magrib." kata nya. sebenarnya Axel tak sepenuh nya yakin bahwa Rain baik baik saja namun mendengar alasan Rain yang cukup logis mau tak mau Axel harus mempercayai nya.

Setelah keduanya menaiki motor tampa lama lama lagi Rain menjalan kan motornya menyusuri jalan raya yang lumayan rame di sore hari ini.

Beberapa menit kemudian Axel dan Rain telah tiba di kediaman keluarga Axel.

Pintu rumah Axel terbuka menampilkan Liliana yang keluar dengan sebuah plastik besar di tangan nya.

Dengan atunsias wanita pembisnis itu berjalan dengan langkah cepat menuju Axel dan Rain.

Axel yang telah turun dari motor milik Rain menatap Liliana dengan sorot mata bingung.

"Mama tumben cepat pulang nya." tanya Axel keheranan.

Liliana tersenyum hangat menatap anak bungsunya beserta pemuda yang datang bersama putrinya itu.

"Mama sengaja pulang cepat hari ini." jawab Liliana tas pertanyaan
"Oh iya nak Rain... Ini tante ada makanan buat kamu..." kata Liliana ia menyodorkan plastik berisi kotak kue kepada Rain.

Dengan senang hati Rain menerima lalu ia menyalimi tangan liliana membuat hati wanita itu menghangat saat melihat senyuman dari Rain.

"Kamu mau masuk dulu? Kita makan malam sama sama lagi." tawar Liliana sontak membuat Rain menggelengkan kepalanya.

"Tidak usah repot repot tante, Rain ada latihan bela diri sebentar lagi... Kapan kapan Rain kesini lagi kok tan..." tolak Rain dengan halus.

Liliana menganggukan kepalanya paham."baiklah... Tapi janji sama tante kamu sering sering kesini ya... Tante senang kalo kamu kesini..." ujar nya membuat Rain tersenyum.

"Iya... Rain janji, hm... Tante Rain pergi dulu ya.. Takut telat ini hari pertama Rain latihan beladiri soalnya." pamit Rain dan Liliana menganggukan kepalanya.

"Hati hati di jalan ya... Jangan ngebut." kata Liliana.

Rain menaiki motornya dan tak lupa ia menganggukan kepalanya sebagai jawaban untuk perkataan Liliana.

Tangan Liliana bergerak merangkul putri bungsu nya.

Motor Rain mulai berjalan menyusuri jalanan menuju ke tempat khusus bela diri yang alamat nya telah Varo kirimkan melalui SMS.

Sesampainya di tempat tersebut Rain turun dari motornya. ia melangkah memasuki gedung tersebut, dari luar sini ia dapat mendengar dengan jelas bagaimana mereka latihan.

Ia menelan sliva nya dan berdoa agar latihan nya hari ini berjalan lancar.

"Permisi pak..." sahut Rain, sontak saja pelatih yang tampak tegas itu membalikan badan nya.

Ia menatap Rain dari atas sampai bawah dengan raut wajah bingung."kamu Rain? Anak baru itu?" tanya pelatih tersebut dan Rain menganggukan kepalanya dengan kikuk.

Raut wajah pelatih itu berubah menjadi sangat ramah. senyuman nya sangat lebar membuat beberapa anak murid nya yang lain menatap nya heran.

Kedua tangan pelatih tersebut menepuk nepuk pundak Rain membuat pemuda itu keheranan.

"Astaga nak Rain! Wajah mu tampan sekali nak... Tapi wajah tampan tanpa kekuatan itu tidak ada apa apanya." ujar pelatih tersebut entah memuji atau mengejek.

"Tak apa! Bapak akan melatih mu!"

Strong Man [End]Where stories live. Discover now