part 4

55 54 19
                                    

Plak!
Baru saja memasuki rumah layaknya istana itu, penyambutan yang pertama kali Rain dapatkan adalah tamparan keras dari mama tirinya.

Kepala Rain tertoleh ke samping akibat tanparan sang mama tirinya. Tanganya terkepal erat di sisi tubuhnya.

"ANAK SIALAN! KEMANA SAJA KAMU SEMALAM HAH!" bentak mama tirinya, tepat di depan wajah Rain.

Akibat suara bentakan dari mamanya Rain kembaranya Rain dan juga abangnya itu langsung keluar dari kamar mereka masing masing.

Mereka sama sama menuruni tangga.

"KAMU MAU JADI APA HAH! SEHARIAN GAK PULANG PULANG! SEKALIAN AJA KAMU GAK USAH PULANG! DASAR BEBAN!" bentak mama nya itu lagi.

Mendengar bentakan dari mama tirinya itu membuat kepalan tangan Rain semakin menguat sehingga membuat kuku kukunya memutih.

Rain hanya menunduk dengan mata yang terpejam. Ia merasa letih. Sudah biasa ia di perlakukan seperti ini oleh mama tirinya.

"Ma! Mama apa apaansih! Rain itu baru pulang! Kenapa mama langsung bentak Rain gitu aja!" kembaran dari Rain menyahut dengan wajah tak Terima kembaran nya di perlakukan seperti itu.

"DIAM KAMU REINA! LIHAT KELAKUAN DARI KEMBARAN SIALAN KAMU INI! BERANI BERANINYA DIA MEMBUAT MAMA DI MARAHI OLEH PAPANYA. KALIAN BERDUA, SAMA SAJA SAMA SAMA BEBAN!" mama tiri mereka menunjuk wajah Reina- kembaran perempuan Rain

"MAAF NYONYA GISSELA ANASTASIA! ANDA TIDAK PUNYA HAK UNTUK MEMBENTAK KEDUA ADIK SAYA." sahut abangnya Rain dengan suara yang tak kalah lantang.

"BERANI KAMU MEMBENTAK SAYA? LANCANG SEKALI KAMU! MEMANG PADA DASARNYA KALIAN HANYALAH BEBAN! SEHARUSNYA KALIAN IKUT MATI DAN PERGI BERSAMA IBU SIALAN KALIAN ITU!."

"jangan menghina ibu saya nyonya GISSELA! Saya diam bukan berarti saya lemah dan saya tidak menegur anda bukan berarti saya membebaskan anda untuk berbuat sesuka hati anda." Rain berucap dengan nada datar dan penuh penekanan.

"OH! JADI KAMU SUDAH BERANI MENENTANG SAYA IYA? KAMU MAU SAYA USIR DARI RUMAH INI HAH!."

"NYONYA GISSELA! ANDA TIDAK PUNYA BERHAK UNTUK MENGUSIR ADIK SAYA! KARENA RUMAH INI ADALAH RUMAH WARISAN DARI IBUNDA SAYA! ANDA DAN SUAMI ANDA ITU HANYA MENUMPANG DISINI JADI JAGA NADA BICARA ANDA ITU!." abangnya Rain berucap lagi dengan suara lantangnya.

"Ada apa ini ribut ribut? Apa kalian tidak malu membuat keributan di rumah ini?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja memasuki rumah.

Sontak saja seluruh atensi tertuju padanya. Wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu langsung berlari menghampiri nya dan memeluk lengan sang suami.

"Mas... Mereka berani ngata ngatain aku mas... Mas dengar sendiri kan? Apa lagi tadi anak sulung kamu itu... Dia ngata ngatain aku... Mereka juga bentak bentak aku mas." lirih Gissela dengan nada yang di buat buat.

"Apa ap-" Reina ingin maju dan berbuat lebih namun lebih dulu di tahan oleh Rain. Rain ingat bahwa kembaran perempuan nya itu memiliki sifap yang agresif.

"Berani sekali kalian. Kalian tidak punya hak untuk membentak istri saya! Harusnya kalian berterima kasih kepadanya karena telah mendidik kalian dan membesarkan kalian dengan baik! Dan ini balasan kalian? Kalian menghina nya? Saya sungguh kagum dengan kalian. Ntah apa yang ada di pikiran kalian." ujar papa dari ketiga bersaudara itu.

Bola mata Reina membola mendengarnya."apa apaan njir! Baik katanya?" gumam Reina dengan suara yang merendah.

Tangan ketiga saudara itu terkepal erat. Terutama tangan nya Rain. Pemuda itu sama sekali tidak pernah menentang mama tirinya itu kecuali jika mama tirinya membawa bawa nama ibu kandungnya yang telah tiada dulu.

"OH... JADI TUAN FREDRICK WILLIAMS AMBRATA PERCAYA BAHWA KAMI LAH YANG TELAH MENGHINA DAN MEMBENTAK ISTRI TERCINTA ANDA ITU? SANGAT SANGAT MENGANGUMKAN TUAN! ANDA MEMILIKI KEPINTARAN AKAN DUNIA BISNIS NAMUN ANDA BEGITU BODOH DALAM URUSAN RUMAH TANGGA! SAYA SEBAGAI ANAK DARI ANDA MERASA SANGAT MALU!" abangnya Rain berucap dengan penuh penekanan. Ia seakan tengah menahan untuk tidak melakukan kekerasan terhadap ayahnya namun ia menyalurkan nya melalui perkataan.

"SAYA MENDIDIK KAMU UNTUK MENJADI ANAK YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA ALVARO RADITYA AMBRATA! SOPAN KAH KAMU BERBICARA DENGAN NADA BICARA SEPERTI ITU KEPADA SAYA?" Fredrick berucap dengan rahang yang mengeras. Tatapanya begitu tajam tak kalah tajam dengan tatapan Varo.

Varo tertawa remeh."Apa anda bilang? Anda mendidik saya? YA! saya akui anda mendidik saya dengan sangat baik! Bahkan itu tak bisa di katakan baik lagi. Saya sangat sangat kagum dengan cara anda mendidik saya, dan adik adik saya. Anda hanya pria yang gila akan uang! Bisnis dan angka!" nada bicara Varo sedikit menurun namun tak meninggalkan kesan menusuk.

Reina bertepuk tangan. Ia kagum dengan abang pertamanya yang sangat berani mengatakan hal semacam itu kepada AYAH TERCINTA nya.

"Saya! Setuju akan apa yang abang saya katakan! Saya begitu kagum dengan anda tuan Fredrick. Anda sangat sangat ahli dalam hal mendidik dan mengajar sampai sampai saya sangat ingin mematahkan leher anda itu!" sarkas Reina.

"JIKA KALIAN BUKAN DARI KELUARGA AMBRATA AKAN SAYA PASTIKAN KALIAN SUDAH BERADA DI DALAM TANAH!" kata Fredrick.

Rain tersenyum miris." jika kami termasuk ke dalam list keluarga ambrata mengapa anda memperlakukan kami layaknya sampah!! Tuan Fredrick, anda lupa siapa yang memberi marga AMBRATA kepada anda?" tanya Rain dengan penuh penekanan saat menyebut marga keluarganya.

"CHALINE GIVANIA AMBRATA, ibu saya. Dia adalah wanita yang telah mencintai pria brengsek seperti anda." Rain menyebut nama ibu kandung mereka.

GISSELA yang tak Terima nama wanita yang sangat ia benci di sebut oleh Rain langsung melepas pelukan nya dari sang suami.

"JANGAN BERANI BERANI NYA KAMU MENYEBUT NAMA WANITA SIALAN ITU DI HADAPAN SAYA ATAU SAYA-"

"Atau apa nyonya? Apa kau akan membunuh kami semua layaknya kau membunuh ibu kami? Atau kau akak mengusir kami?" tanya Rain seraya tersenyum miring.

"Berhenti berbicara omong kosong wanita sialan! Harusnya kaulah yang sialan! Jalang tak tau diri!" Reina kembali berucap sarkas dan menatap gissela dengan sorot mata penuh kebencian.

Gissela yang merasa terpojok pun menghentak kan kakinya lalu pergi menuju kamarnya dengan tak tau diri meninggalkan Fredrick di antara anak anak nya.

"Saya tak menyangka ternyata kalian semua tak berbeda jauh dari ibu kalian yang telah mati itu."ucap Fredrick lalu pergi begitu saja.

Setelah kedua orang tua mereka pergi varo mengusap wajahnya kasar.

Rain merengangkan otot ototnya dan reina yang tampak berbicara sendiri seraya melontarkan kalimat hinaan nya.

"Bego, berani banget jalang sialan itu. "

Strong Man [End]Where stories live. Discover now