11. Dari Agra untuk Raisa

119 4 0
                                    

"Tak apa untuk sedih hari ini. Menangis hari ini. Tak semangat hari ini. Tapi, besok harus bisa bangkit lagi."

.
.
.

Raisa membawa paket itu ke atas kasur. Dengan ragu membuka selotip yang menutup kardusnya.

Saat itu yang  Raisa lihat pertama kali adalah sepucuk surat. Album musik boygrup favoritnya, buku catatan dan ... uang?

Kening Raisa berkerut. Tak ada info siapa pengirimnya. Gadis itu pun meraih surat yang ada dan membacanya.

Dear, Raisa

Terima kasih. Udah sering tertawa
Makasih, Sa. Udah mau bertahan sejauh ini
Makasih buat kamu, yang enggak jadi loncat ke sungai saat itu

Raisa mengernyit. Otaknya membuka kilas balik saat dimana dirinya hampir menyerah. Saat-saat dimana dia berada di titik terbawah.

Saat papanya pergi untuk selamanya.

Pupil Raisa melebar. Meski di dalam paket yang dikirim tak tertera nama, tapi Raisa tau siapa pengirimnya.

Dia ...

Juga isi paketnya, itu memperjelas siapa pengirimnya.

Sudah pasti.

Alputra Agra Anggara.

Pantas saja, saat melihat wajah Agra ketika MPLS dulu, ia merasa familiar. Raisa melanjutkan membaca deretan kalimat yang ditulis tangan itu.

Lupa ya?
Haha, iya, Sa

Kita udah ketemu
Bahkan sebelum kita masuk SMA dulu

Dan mungkin, selama itu juga aku udah nyimpan rasa buat kamu.

Tuhan baik, Sa. Membuat kita satu sekolah, bahkan sekarang satu kelas

Oiya, ini buku catatan kamu
Masih inget ga? Dulu kamu minjemin ini pas aku enggak bisa ngikutin pelajaran

Raisa
Tetep jadi baik ya?

Dan maaf aku baru bisa balikin uang pulsanya sekarang

Album itu, hadiah buat kamu

Bahagia, Sa. Terima kasih untuk segalanya

• • • •

Agra terdiam, berjongkok di depan gundukan tanah yang masih basah itu. Kini, semesta seolah mengerti. Angin bertiup kencang, dan awan hitam bergumpalan menurunkan rintik airnya.

Cowok itu, memejamkan mata. Merasakan air hujan yang mengenai wajah, mengaburkan air matanya yang sendari tadi sudah keluar.

Agra menunduk. Membuka mata, memandang nisan yang bertuliskan nama sang mama tercinta. Bunga Adinda.

Satu-satunya orang yang membuat Agra bertahan kini sudah pergi.

Dengan alasan Tuhan lebih sayang kepadanya.

Tapi nyatanya, di bumi, di dunia yang kejam ini. Agra membutuhkan sosok mamanya.

Agra menarik napas berat. Bangkit, dan melangkah pergi dengan berat hati.

Cowok itu melangkah di trotoar jalan, di temani guyuran hujan yang seolah tau jika hatinya kini sedang tak baik-baik saja.

Sendari tadi, ponsel Agra bergetar. Cowok itu melihat notif yang ada, dan hanya ada chat dari Raisa.

Apa gadis itu benar-benar mengkhawatirkannya?

Agra meragu.

Ia takut, gadis itu hanya seperti temannya yang lain.

Agra, Rasa, dan Raisa (Novellet)Where stories live. Discover now