6. Raisa dan Tawa

111 6 0
                                    

Bel pulang sudah berdering dari setengah jam yang lalu. Para siswa dan siswi ada yang langsung pulang, tapi ada juga yang harus menunggu di sekolah untuk mengikuti ekskul sore nanti.

Agra sendiri, dia baru saja keluar dari UKS setelah tertidur di sana tadi. Dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna, Agra melewati lorong yang sudah lumayan sepi karena anak-anak yang menunggu waktu ekskul tiba berada di kantin.

Saat tepat berbelok di ujung lorong. Agra tersentak karena tiba-tiba ada yang menubruknya cepat hingga membuatnya termundur sedikit.

Bruk!

"Ah! Aduh."

Dan rintihan kecil itu terdengar.

Rintihan kecil yang membuat Agra tersadar sepenuhnya. Tentang siapa yang menubruknya itu.

Agra mengerjap. Menunduk memandang Raisa yang terduduk di lantai.

Raisa mendelik, kenapa cowok ini hanya memandanginya?

"Tolongin kek," gerutu gadis itu membuat Agra menipiskan bibir. Langsung mengulurkan tangannya.

Raisa menerima uluran tangan dari Agra. Dengan susah payah ia berdiri, sambil menepuk pelan bagian belakang roknya.

"Sakit?" tanya Agra pelan. "Mau ke UKS?"

Raisa menggigit bibir dalamnya pelan. Hanya butuh sedikit perhatian dari Agra, untuk meruntuhkan dinding pertahan gadis itu.

Raisa menggeleng pelan. "Aku buru-buru," katanya sambil membetulkan tali ransel di pundak. Raisa menunduk, lantas melangkah dari hadapan Agra.

"Sa," panggil Agra membuat langkah Raisa terhenti. "Kamu mau pulang?"

Apa Agra mau ngajak pulang bareng?

Raisa menoleh, ia mengangguk pelan sebagai jawaban.

Agra terdiam. Bibirnya terbuka, namun terkatup lagi saat ponsel miliknya di saku celana berdering. Setelah melihat siapa yang memanggil, Agra menipiskan bibir.

Cowok itu memandang ke arah Raisa lagi. Tersenyum tipis. "Hati-hati."

Tidak ada ajakan pulang?

Jujur saja ada dari diri Raisa yang merasa kecewa. Tanpa kata, gadis itu meninggalkan Agra yang berdiri dalam keheningan koridor kelas.

Agra memandangi punggung kecil yang membopong tas ransel berwarna biru toska itu. Cowok itu hanya diam di tempat, terus menatap Raisa hingga punggung gadis itu menghilang di belokan.

Lagi, ponsel Agra bordering. Kali ini cowok itu mengangkat panggilannya.

"Agra, kamu dimana? Ini kamu udah telat loh."

"Halo, Kak. Maaf, aku masih di sekolah. Secepatnya aku bakal ke sana."

"Jangan lama-lama!"

Agra menipiskan bibir. "Iya, Kak. Siap."

• • • •

Kian hari berlalu. Kian waktu pula, rasa yang Agra punya tak ada berubah.

Karena setiap harinya, jika Agra melihat wajah Raisa. Maka, yang ada rasa sayangnya justru bertambah berkali-kali lipat.

Seperti pagi ini, ketika Agra melihat Raisa yang membaca buku dan duduk di deret bangku depan kelas. Rasanya, ingin sekali Agra menghampiri lalu bertanya, "Baca buku apa?"

Iya, hanya basa-basi.

Hanya mengobrol ringan, yang bisa membuat keduanya semakin dekat.

Tapi, Agra tak seberani itu.

Agra, Rasa, dan Raisa (Novellet)Where stories live. Discover now