Part 37

661 68 5
                                    

Happy reading 😊

Akira memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang menyentuh wajahnya, selang beberapa detik ia kembali membuka mata. Dimana ia langsung disuguhkan dengan pemandangan danau.

Beberapa saat sebelumnya, Akira dan Marvin berjalan-jalan sore, setelah Akira mulai lelah, Marvin langsung membawanya istirahat di gazebo yang terletak tak jauh dari sana.

Akira bersandar pada dada bidang Marvin, ia terlihat begitu letih walaupun ekspresi wajahnya selalu datar.

Dari arah belakang, Marvin menjulurkan kedua tangannya dan langsung mengelus perut buncit Akira dengan lembut.

"Oh ya, besok jadwal Nat-Nat check up kan?" Tanya Akira.

Akira dan Marvin tidaklah lupa kalau putri mereka itu memiliki masalah jantung yang sudah di deritanya selama hampir 2 tahun, yang menjadi alasan terbesar mereka saat itu untuk mengikat janji dalam pernikahan.

Marvin meletakkan dagunya ke atas bahu Akira. "Iya."

Mendengar suara suaminya yang berubah muram, Akira langsung menengok menatapnya. Dengan lembut, ia mengusap rahang Marvin untuk menenangkannya.

Senyum tipis muncul di bibir Marvin, ia menggenggam tangan Akira yang ada di rahangnya lalu mengecupnya. "Nat-Nat akan baik-baik saja kan?" Tanya pria itu dengan suara serak.

Akira dengan lembut memeluk tubuh besar suaminya itu, sambil sesekali mengelus punggungnya. "Nat-Nat akan segera sehat. Aku bersamamu, kita berjuang bersama-sama."

Ucapan Akira bagaikan angin sejuk yang membuat hati gundah Marvin menjadi tenang, walaupun hanya untuk sekejap. "Terimakasih," ucapanya lembut.

Saat menyadari matahari sudah semakin tenggelam, Marvin segera mengajak Akira untuk masuk ke dalam mansion.

Dalam perjalanan menuju kamar mereka, tanpa sengaja Marvin dan Akira berpapasan dengan Theo yang sedang berjalan bersama seorang pria seusianya.

Setelah kejadian terbongkarnya identitas Marc sebagai mata-mata hari itu, hubungan Marvin dan Akira dengan Theo jadi sedikit canggung.

"Kalian mau kembali ke kamar?" Tanya Theo.

"Iya," jawab Marvin.

"Sebelum itu, aku perkenalkan dia pada kalian. Dia adalah teman lamaku." Theo menepuk pundak pria di sebelahnya. "Mereka, adalah putra dan menantuku," Theo balik memperkenalkan Marvin juga Akira.

Marvin dan pria itu mengulurkan tangannya dan berjabat tangan. "Marvin."

"Arnov," pria itu menyebutkan namanya. Ia lalu bergantian menjabat tangan Akira.

"Aku Akira." Dengan ekspresi datarnya Akira menyebutkan namanya.

"Senang berjumpa dengan kalian." Arnov tersenyum ramah.

"Segeralah ke ruang makan. Kita makan malam bersama nanti." Setelah menyelesaikan perkenalannya, Theo mengintruksi pasutri di depannya.

"Iya," jawab Marvin diiringi dengan anggukan kecil.

Keempatnya lantas berpisah, Marvin dan Akira kembali ke kamar, sedangkan sisanya pergi menuju ruang makan.

Tak lama setelahnya, Akira dan Marvin juga Natasha pergi ke ruang makan.

Sembari makan malam mereka sesekali mengobrol ringan, dan diketahuilah kalau ternyata Arnov adalah seorang dokter spesialis syaraf.

Suara deheman pelan keluar dari bibir Arnov, pria paruh baya itu terlihat sedikit canggung saat menyadari kalau sepanjang mengbrol tadi, ekspresi wajah Akira yang datar tak berubah. Ia adalah orang yang kesekian kalinya berfikir dan salah paham kalau Akira sedang dalam mood buruk pada saat pertemuan pertama.

Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang