Part 26

615 78 6
                                    

Happy reading 😊

Pagi hari ini Akira membuat kejutan di ruang makan. Di saat semua sedang berkumpul untuk sarapan, Akira memperlihatkan kemampuannya bicara bahasa Rusia dan itu berhasil membuat semua yang berada dalam satu meja dengannya terkejut.

"Mama keren!" Ucap Natasha dengan begitu riang.

"Terimakasih." Akira mengusap kepala Natasha.

"Luar biasa Akira. Aksenmu juga bagus untuk orang yang baru belajar bahasa ini selama 4 bulan," puji Theo.

Akira mengangguk. "Ya, tapi aku masih belum puas dan masih harus belajar banyak."

Theo tersenyum tipis. "Itu bagus."

Mendengarnya Marvin turut tersenyum, dirinya ikut senang dan bangga dengan apa yang dicapai Akira. "Kamu sangat hebat. Guru ini, sepertinya berhasil mencetak murid berbakat," Marvin memuji Akira sekaligus dirinya sendiri.

Akira berdecih dan itu berhasil membuat Marvin terkekeh geli. Ya, karena sebagian besar kemampuan Akira bicara bahasa Rusia didapatkan, karena ia belajar secara mandiri.

*
*

Tok..tok..

"Masuk."

Setelah mendapatkan izin dari si pemilik ruangan, Marvin memasuki ruang kerja Theo.

"Apa yang ingin Dad bicarakan denganku?" Marvin mendudukkan tubuhnya di atas sofa beludru. Matanya terus tertuju pada Theo yang sedang berjalan kearahnya, hingga pria paruh baya itu duduk di atas sofa yang sama dengannya.

"Datanglah mewakiliku." Tanpa basa basi, Theo memberikan sebuah undangan pesta pada Marvin. "Aku memiliki jadwal yang jauh lebih penting pada hari itu. Tapi aku juga tidak bisa kalau tidak hadir. Pesta ini adalah anniversary dari kolega kita yang cukup penting."

Marvin membolak-balik undangan itu dengan ekspresi berfikir. "Kenapa tidak 'dia' saja yang kau kirim ke pesta itu. Dia kan juga bisa mewakili Dad sebagai keluarga Czaren."

Theo menghela nafas, lalu menyandarkan tubuhnya. "Aku tidak bisa mengganggunya, karena 'dia' sedang melakukan pekerjaan yang juga cukup penting."

"Kau yakin dia bekerja disana? Bukan bersenang-senang?" Tanya Marvin.

Theo hanya bisa tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. "Walaupun sifatnya seperti itu, dia adalah orang yang mampu bertanggungjawab terhadap tugasnya." Marvin mengangguk-angguk.

"Jadi bagaimana? Lagipula si pemilik acara juga sudah mengenalmu. Kamu juga bisa mengajak Akira," Theo menjeda ucapannya, "tenang saja. Setelah kejadian percobaan penculikan Akira dan Natasha pada hari itu, masih belum ada pergerakan lagi darinya. Kalian aman."

Marvin mengangguk pelan. "Akan kupikirkan dulu, karena Akira tidak terlalu suka tempat ramai."

Theo mengangguk pelan. "Baiklah, tapi aku butuh jawabannya hari ini."

"Iya," jawab Marvin sambil terus menatap undangan itu.

Dengan langkah lebar, Marvin berjalan melewati lorong menuju kamarnya. Begitu pintu kamar dibuka, terdengar suara Natasha yang sedang tertawa geli, karena menonton film animasi.

Akira menoleh, sadar dengan kedatangan Marvin. Sedangkan Natasha sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari layar televisi yang tergantung di dinding.

Dengan senyum tipis, Marvin menghampiri istri dan putrinya yang sedang berbaring di atas ranjang. Dengan gerakan cepat, Marvin langsung bergabung dengan keduanya.

Dengan manja, Marvin meletakkan kepalanya di bahu Akira. Reflek, tangan Akira bergerak untuk mengelus kepala suaminya itu.

Weird GirlWhere stories live. Discover now