Part 24

687 85 7
                                    

Happy reading 😊

Ringisan pelan keluar dari bibir Marvin saat mendengar pekikan nyaring keluarga Akira dari video call yang masih tersambung. Reaksi itu didapatkan Marvin setelah ia mengabarkan kehamilan Akira.

"Bagaimana bisa?! Kan sudah dibilang jangan hamili Akira dulu! Dia itu masih muda! Lalu bagaimana pendidikannya?! Dia kan masih harus kuliah!" Tak diduga suara keras itu berasal dari Aris, kakak ketiga Akira yang terkenal dengan kesabarannya.

"Ya bisa lah... Kira kan udah punya suami. Atau jangan-jangan lu tanya begitu karena enggak tahu prosesnya gimana Kira bisa hamil?" Sekarang giliran Arez, Kakak kedua Akira yang bicara.

"Bukan itu inti ucapanku!" Seru Aris lantang.

Tawa meledek keluar dari mulut Arez. "Ahaha Aris masih polos!"

"Bukan itu-"

"Kalian berisik sekali! Sana bertengkar di belakang saja!" Giliran Arash, Kakak pertama Akira yang berbicara. Arash mendorong kepala kedua saudaranya itu menjauh dari depan kamera.

"Aku turut bahagia dengan kabar itu, semoga Akira dan calon keponakanku selalu sehat." Arash bicara dengan tenang.

Marvin tersenyum dan mengangguk. "Aamiin. Terimakasih."

"Maaf ya tadi aku terlalu kaget. Aku juga turut bahagia dengan berita itu. Tolong jaga Akira ya, dia hamil diusia yang masih sangat muda." Aris menunjukkan setengah wajahnya di depan kamera.

Marvin tersenyum. "Tanpa kau minta aku pasti akan melakukannya."

"Jadi, anak kalian laki-laki atau perempuan?" Arez kembali menunjukkan wajahnya di depan kamera.

"Usianya masih 3 Minggu dasar bodoh, tentu saja belum ketahuan!" Arash mendorong kepala Arez untuk menjauh dari kamera.

"Ya mana gua tahu! Gua kan bukan dokter!" Balas Arez kesal.

"Itu kan pengetahuan umum! Kau tidak harus jadi dokter hanya untuk mengetahui itu! Dasar bodoh!" Ucap Arash tak mau kalah.

Perdebatan Arash dan Arez semakin heboh, membuat Marvin tak bisa berkata-kata, ia hanya bisa tersenyum canggung ke arah kamera. Aris pun sudah menghilang dari kamera, seolah tak ingin terlibat dalam perdebatan kedua saudaranya.

"Mereka pasti akan dimarahi." Akira menyandarkan kepalanya pada bahu Marvin, menatap layar laptop di depannya yang masih menampakkan perseteruan Arash dan Arez.

Benar saja, beberapa detik setelah Akira mengatakan itu, suara nyaring dari Aiko yang meminta keduanya diam, mampu menghentikan perdebatan kedua saudara itu.

"Masih mau berdebat?!" Tanya Aiko garang. "Mau diberikan senjata sekalian?"Arash dan Arez menggeleng.

"Sudah sana menepi! Mama mau bicara dengan Akira dan Marvin!" Ucapan Aiko langsung dipatuhi, Arash dan Arez langsung menepi dari kamera. Sehingga saat ini yang terlihat hanyalah Aiko juga Arya di layar.

"Sayang! Ya ampun Mama benar-benar terkejut dengan kabar kehamilanmu. Mama tidak menyangka akan akan bertambah satu anak yang akan memanggilku Nenek." Perubahan ekspresi Aiko tampak begitu drastis, dari yang awalnya menunjukkan kemarahan sekarang menunjukkan kegembiraan.

Marvin tersenyum tipis sedangkan Akira hanya mengangguk pelan untuk menanggapinya.

"Iya Papa juga terkejut sayang. Selamat untuk kalian berdua ya, semoga kamu dan calon cucu Papah selalu sehat." Arya, Papah Akira tersenyum cerah.

Weird GirlWhere stories live. Discover now