Eighth Threat

4.3K 215 11
                                    

Saat aku sudah masuk sepenuh ke dalam mobil, Doughall menutup pintu. Sebelum ia berjalan ke arah kursi pengemudi dan masuk ke dalam mobil. Doughall menyalahkan mesin, namun tidak dengan segera menjalankan mobil, melainkan berpaling ke arahku dan bertanya, "Adakah sesuatu yang tertinggal, B?"

Sama seperti kebiasaan Doughall lainnya, pertanyaan itu selalu ia lempar saat kami akan meninggalkan sebuah tempat. Aku yang merasa yakin bahwa tidak meninggalkan apa pun, menggeleng. Hal itu membuat Doughall akhirnya meluncurkan mobil keluar dari halaman depan restoran.

Aku yang hanya diam di kursi penumpang, tiba-tiba mengingat bahwa ponselku masih dalam keadaan mati di dalam tas kecil yang kubawa. Tanganku merogoh untuk mengeluarkan ponselku dari sana dan menghidupkannya. Dan ..., jika kupikir-pikir, menyalahkan ponselku kembali, bukanlah keputusan yang bagus. Bahkan tergolong dengan pilihan bodoh abad ini.

Karena saat ponsel akhirnya dalam keadaan hidup dan menampilkan halaman depan, dering notifikasi tanpa henti berbunyi nyaring memenuhi mobil. Jangankan aku, bahkan Doughall yang semula terfokus pada jalan, berpaling sebentar ke arahku.

"Ada apa, B?" tanya Doughall, sambil memalingkan perhatiannya kembali ke jalan sebelum kami terlibat kecelakaan lalu lintas.

Aku bersyukur atas itu. Karena dengan keadaan itu, Doughall tidak dapat melihat kepanikan yang memenuhi wajahku saat ini. Napasku tercekat dan aku tidak bertindak nekad dengan mencoba menghirup napas yang mungkin akan membuatku dalam keadaan sama seperti seorang yang terkena serangan asma.

Bibirku yang bergetar, kupaksakan untuk sedikit terbuka. Menarik napas perlahan dari sana, alih-alih hidung. Setelah merasa kondisiku cukup tenang, aku berbisik, "Bukan hal penting, D. Hanya pesan kaleng."

Suaraku memang kecil, namun tidak diwarnai dengan gemetar atau kata terpatah. Mungkin itulah yang membuat Doughall tidak menanyakan lebih lanjut tentang rentetan notifikasi yang kudapat.

Aku sudah bertindak bodoh dengan menyalahkan ponsel di saat yang tidak tepat. Tapi, bukan berarti aku dengan senang hati menambah deretan kebodohan yang kulakukan. Olehnya meski kolom pemberitahuan dipenuhi oleh berita datangnya pesan dari XXXX dan kotak masuk pun dalam kondisi yang sama, aku tidak lagi tergoda untuk membuka lagi pesan yang mungkin akan mengguncangku dengan hebat. Membuat Doughall pastilah mau tidak mau menyadari situasiku yang aneh.

Entah dikarenakan dengan situasi yang berlangsung, membuatku merasa waktu perjalanan menuju rumahku jauh lebih cepat dibanding saat kami pergi ke restoran. Karena, aku yang bergelut dengan segala hal yang bercokol di kepalaku, tidak menyadari saat Doughall menghentikan mobil, itu dikarenakan kami telah berada di depan rumahku dan bukan dikarenakan lampu lalu lintas.

"Kita sudah sampai, B," kata Doughall sambil memberikan kecupan di keningku.

Aku benar-benar berharap senyum yang kukeluarkan untuk merespon Doughall tidaklah terlihat kaku seperti boneka kayu.

Doughall seperti biasa, turun terlebih dahulu, membukakan pintu untukku dan mengantarku sampai di teras depan rumah. Memberikan sebuah ciuman padaku, sebelum ia pergi. Namun kali ini ada sebuah perbedaan dengan rutinitas kami kali ini.

Perubahan tersebut bukanlah Doughall yang berinisiatif, namun aku sendiri. Pada ciuman yang kami lakukan sebelumnya, aku selalu bersikap pasif. Diam, menyerahkan seluruhnya pada Doughall akan ciuman yang kami lakukan, atau lebih tepat karena sikapku, ciuman yang Doughall berikan.

Namun kali ini aku menggalungkan kedua tanganku pada leher Doughall. Tidak hanya itu, aku pun membuka mulutku yang masih menyatu dengan bibir Doughall. Sebagai undangan untuk memperdalam ciuman kami.

Dari gerakan yang kurasakan pada bibirku, aku dapat merasakan keraguan Doughall dalam menyambut ajakanku. Bibir Doughall terbuka, dan lidahnya keluar menyentuh bibirku. Namun tindakan tersebut jauh dari tindakan menggoda, lebih seperti Doughall sedang menguji titik batas atas perbuatannya padaku.

BlackmailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang