LEINA DAN MALIN Andry Chang

187 23 1
                                    

LEINA DAN MALIN Andry Chang

Seperti gadis sweet seventeen pada umumnya, Leina Navael kadang-kadang tidak langsung pulang seusai jam sekolah. Satu hal yang mungkin beda dari lainnya, sosok gadis manis berambut hitam ber-highlight ungu dan berbola mata biru safir ini tak sering terlihat sedang berbelanja atau bercengkerama bersama teman-teman sebayanya di mal atau pusat-pusat keramaian lainnya.

Sebaliknya, Leina malah lebih sering menghabiskan waktu di kafe-perpustakaan langganannya. Hari ini ia tampak menyesap hot chocolate sambil membaca buku berjudul Kitab Dongeng dan Legenda Nusantara. Anehnya, saat perhatian Leina terpusat dan khayalannya melayang itulah, retina matanya tampak berpendar lembut kebiruan.

Gejala aneh di mata Leina itu menarik perhatian seorang pria yang duduk di meja yang berseberangan dengan meja Leina. Pria yang cukup tampan itu berambut dan berkumis-janggut serba putih, membuatnya tampak seperti separuh baya. Maka, ia menghampiri Leina sambil berkata, "Maaf mengganggu, dik. Nama saya Alistair Kane, boleh saya bicara denganmu?"

Leina menatap Alistair dengan dahi berkerut. Lantas ia berkata sopan, "Silakan, pak." sambil menunjuk ke kursi terjauh di meja bundarnya. Saat si pria duduk cukup nyaman, baru Leina bicara lagi, "Nah, nama saya Leina, apa yang ingin bapak tanyakan?"

"Terus terang saya memperhatikan kamu sejak tadi. Saat membuka halaman-halaman pertama buku ini, kamu tampak santai. Namun di pertengahan, matamu tampak berpendar. Mungkin kamu ingin berdalih, tapi saya tahu persis itu bukan pantulan cahaya lampu," papar Alistair dengan gamblang. "Saya hanya ingin tahu apa sebabnya, itu saja."

"Oh, baiklah." Tak ada gunanya Leina berdalih. "Kebetulan saya sedang membaca cerita rakyat Sumatera Barat, yaitu Legenda Malin Kundang. Malin adalah seorang anak durhaka yang saat mencapai kejayaan tak sudi mengakui ibunya yang melarat dan sebatang kara. Dalam duka dan murka, sang ibu mengutuk Malin menjadi batu. Akhirnya Malin Kundang beserta kapal dan seluruh awaknya berubah menjadi batu, akibat kedurhakaannya!"

Mendengarnya, Alistair malah tersenyum cerah. "Ya, memang seperti itulah ceritanya. Namun, kisah Malin Kundang itu adalah kejadian nyata di Terra Everna, dan kamu, Leina akan membantu saya meluruskan sejarah itu."

"Bapak ini bicara apa?" Leina menggeleng, sama sekali tak mengerti. "Apa itu Everna? Mengapa harus saya yang membantu bapak?"

"Pertama, karena kamu memiliki kekuatan gaib yang cocok untuk tugas ini, yaitu penawar kutukan dan sihir. Kedua, Terra Everna adalah dunia paralel yang letak geografis dan persebaran budayanya amat mirip Bumi. Semua legenda di Bumi adalah sejarah di Everna. Dan ketiga, beberapa rekan telah memilihmu untuk terlibat dalam kisah yang akan kita ukirkan ini," kata Alistair. "Jadi apa jawabmu, Leina? Maukah kau mencoba mengubah nasib Malin Kundang di Everna?"

==oOo==

Sebagai penjelajah antar dunia yang adikuasa, mudah saja bagi Alistair Kane membuka portal antar-dimensi ke Everna. Lain halnya dengan Leina, sesama musafir gaib yang memiliki kekuatan istimewa, namun fungsinya amat berbeda. Leina tak memiliki kekuatan Alistair, begitu pula sebaliknya. Karena itulah peran Leina amat dibutuhkan dalam misi ini.

Kedua musafir tiba di Mardani, sebuah kota di pesisir timur Kerajaan Swarnara, Jazirah Antapada, Dunia Everna. Mata Leina terbelalak, tampak bangunan-bangunan beratap cekung, berujung runcing dan bentuknya seperti tanduk kerbau. Persis sekali dengan Rumah Gadang, bangunan khas Minangkabau di Sumatera Barat, Indonesia.

Tampak kapal-kapal laut dan perahu-perahu memadati pelabuhan dagang yang amat ramai, ditimpali dengan hiruk-pikuk pasar raya yang letaknya tak jauh dari sana. Untuk sementara, Alistair telah mengubah penampilan Leina yang kini mengenakan baju dan rok mini tenun, supaya gadis itu dapat berbaur dengan lingkungannya dan masih bisa bergerak lincah.

EVERNA SAGA lintas.masaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang