Chapter 2: Night Conversation

1.7K 49 1
                                    

Suasana gelap penuh awan hitam mulai menutupi langit yang awalnya terang penuh warna biru. Suara petir terdengar menggelegar dengan penuh amarah dan kilatan cahayanya menembus jendela-jendela mansion ini. Langit terlihat akan segera menangis. Langit menangis. Apakah itu sebuah kenyataan atau hanya sebuah imajinasiku saja? Aku seperti melihat seorang dewi dengan gaun putihnya menari riang di atas sana. Namun ketika dia merasa sedih, langit menjadi gelap dan hujan perlahan mulai turun karena dewi tersebutlah yang sedang menangis. Itu mitos di jamanku.

            Aku hanya duduk terpaku menatap ke luar jendela besar di kamarku. Gelap. Tanpa sebuah lampu pun yang menemaniku. Sebuah buku besar dan tebal kupangku di pangkuanku setelah aku membaca seluk beluk mengenai para penduduk kota ini. Entah mengapa aku mulai tertarik dengan kehidupan tengah kota dari pada hidup di mansion ini.

“Ali?” sebuah suara membuyarkan lamunanku.

“Ya?”

“Boleh aku masuk?”

“Masuk saja, Kak,” balasku. Aku tahu itu kakakku, Liam. Suaranya yang khas selalu terpatri di otak dan pikiranku.

“Wow, gelap sekali ruangan ini,” eluhnya lalu berjalan ke arahku yang kembali memperhatikan kilatan-kilatan petir di luar sana. Badai akan datang.

Kudengar sebuah plastik yang bergerak-gerak dari balik badan kakakku. Kupalingkan kepalaku kembali melihat kakakku dengan sebuah bunga krisan merah muda. Aku hanya memicingkan mataku memberikan pandangan penuh tanya.

“Titipan untukmu,”

“Titipan… Untukku?” kuambil setangkai bunga itu dari genggaman tangan kakakku yang lalu berada di tanganku.

“Dari calon tunanganmu,” ucap kakakku dan membuatku membatu sesaat. “Seorang pesuruh keluarga Nightray baru saja kembali ke mention  keluarga Nightray setelah dia menyerahkan bunga ini. Dasar, mengapa anak itu tidak langsung kemari dan memberikannya langsung padamu, sih,” lanjutnya lalu mengelus-elus leher bagian belakangnya.

Krisan merah muda. I love you. Bagaimana bisa laki-laki yang belum pernah bertemu denganku memberikan bunga krisan merah muda yang memilik arti seperti itu. Bagaimana bisa dia mencintaiku padahal kami belum pernah bertemu satu sama lain. Apakah cinta semudah itu baginya?

Story of London? Kau tertarik membaca buku itu?” tanya kakakku yang dari tadi mulai memperhatikan buku besar yang ada di pangkuanku ini. Aku mengangguk.

“Aku mulai tertarik dengan kota ini. Dengan sejarahnya, masyarakatnya, dan yah beberapa orang membuatku secara tidak langsung menyukai ini semua,”

Kakakku tertawa kecil dan berkata, “hah, baguslah kalau begitu. Kau sebentar lagi akan menjadi seorang ratu. Ratu dengan nama belakangmu berubah menjadi Nightray. Sedih memang jika aku mendengar itu semua. Kau akan tinggal di mansion keluarga Nightray atau bahkan pergi ke suatu tempat nun jauh di sana membangun sebuah mansion baru. Kau akan sibuk dengan segala urusan kerajaan, pergi ke sana dan ke sini, dan yang paling menyedihkan adalah…. Aku akan kehilangan adik kecilku yang manis,” aku hanya bisa terdiam kalimat terakhir dari kakakku. Kumohon, Kak. Jangan buat aku menitikan air mata.

“Aku tidak akan pernah melupakan kedua kakak terbaikku di dunia ini. Tenang saja, Kak. Setiap akhir pekan aku akan kembali ke rumah tempat kita bertiga selalu menghabiskan waktu bersama,” kedua tanganku melingkari punggung Kak Liam. Membenamkan kepalaku di dadanya.

Suara tawa kecil keluar dari mulut kakakku. Dapat kurasakan dirinya mulai menarik bibirnya dan membuat lengkungan bahagia di wajahnya. “Itu baru adik terbaikku,” ucapnya memelukku balik dan mencium keningku.

Turn Back The PendulumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang