Bagian 13

439 5 1
                                    

Keesokan harinya tanpa sengaja Dimas terlambat bangun sampai dia melewatkan azan Subuh, masih nyaman bersembunyi dibalik selimut. Sedikit ada rasa jengkel dan marah dengan Bima karena semalam dia tidak hanya sekali dibuahi, dini hari tadi Bima kembali meminta jatah ronde, terpaksa Dimas menuruti tanpa menolak sekali pun, walaupun sebenarnya dia sudah sangat lelah.

Tidak mau bergelut dalam selimut secara terus-terusan, Dimas memaksa kemalasannya untuk bangun lalu melihat jam dinding menunjukkan pukul tujuh lewat sepuluh menit. Entah dirinya tertidur berapa setelah meladeni pertarungan Bima.

Dengan pikiran masih bingung sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, Dimas mencari-cari bekas pakaiannya tadi malam yang dilepaskan Bima. Namun, tidak dia temukan di manapun. Akhirnya dia memutuskan beranjak ke kamar mandi dengan selimut membungkus tubuhnya yang terasa remuk.

Ternyata di dalam kamar mandi, Dimas menemukan ada sebuah baskon hitam terisi pakaian basahnya. Sudah bisa ditebak, pasti Bima yang melakukan itu, memangnya siapa lagi.

Tidak ingin membiarkan tubuhnya menahan rasa remuk, Dimas bergegas mandi dan keramas. Lima belas menit kemudian, tubuhnya lebih nyaman dan segar, meski ada bagian tubuh masih terasa nyeri dan pegal.

Dengan kondisi handuk membungkus rambut basahnya serta memakai jubah mandi, keluarlah Dimas dari kamar mandi lalu pintu kamar terbuka dari luar, terlihat Bima dan kedua anaknya, memakai kaos dan celana pendek, kecuali Naura memakai pakaian lengan panjang.

"Kamu dari mana?" Tanya Dimas

"Ini tadi Naura sama Raden minta jalan-jalan" Bima langsung mengganti bajunya karena kegerahan penuh keringat.

"Yowes. Kamu ganti dulu. Anak-anak sudah nunggu mamanya. Katanya lapar....".

"Iya...."

Setelah bercermin dan memoles sedikit bedak, Dimas keluar kamar memakai daster pink tanpa lengan, lantas berjalan mendekati meja makan, disana sudah ditunggu Naura dan Raden, tapi dia mendapati ada makanan sudah tertata rapi. Munculah sosok Bima di belakangnya membawa piring dan sendok

"Mas tahu kamu pasti capek, jadi aku keluar sekalian beli makan di pasar" bisik Bima sambil menata piring lalu menarik kursi untuk istrinya.

Jantung Dimas berdebar lebih kencang, wajahnya memerah. Bima berhasil menunjukkan kasih sayangnya sebagai suami. Dengan rasa malunya Dimas berusaha duduk setenang mungkin, mereka berempat makan seperti biasa, diselingi beberapa candaan.

"Kemarin kata Ayah, adek mau dibeliin sepatu" Celetuk Raden, memang Bima sudah janji akan membelikan sepatu baru, pasalnya dia sudah menjanjikan itu jauh-jauh hari.

"Nanti kita beli ya. Sekalian jalan-jalan" balas Bima memandang anak-anaknya langsung berubah ekspresinya.

"Yeyyy... Asyik".

"Udah!! Makan dulu. Nanti adek keselek" Dimas berusaha menenangkan Raden supaya tidak berlebihan bersuara saat sedang makan.

**

Malam ini keluarga kecil Bima sedang asyik menikmati jalan-jalan di pasar, mereka membelikan tas keperluan sekolah Raden sekaligus membeli barang-barang rumah tangga.

"Kita makan dulu yuk," ajak Bima kemudian memandang istri dan anak-anaknya yang masih duduk di kursi kelelahan.

"Kalian mau makan apa?" tanya Dimas menoleh ke arah anak-anak.

"Satee...." sahutnya bersama.

"Kalian duduk disini dulu ya. Biar ayah nyari. Nanti kalo sudah nemu ayah kasih tahu." ujar Bima.

Setelah berjalan sekitar 15 meter, Bima mengabari istri dan anak-anaknya kalo dia sudah menemukan warung sate, sekalian mencarikan tempat duduk untuk mereka berempat

Tak lama berselang Dimas sambil menggandeng anak-anak sampai di warung tersebut, dari jauh Bima melambaikan tangannya.

Setelah semua pesanan disajikan di meja, seperti biasanya, Bima memimpin doa. Setidaknya dengan begitu ia bisa mencontohkan anak-anaknya agar selalu berdoa sebelum melakukan apapun.

Bima terus memperhatikan sikap istrinya, yang sibuk menyuapi Naura dan Raden begitu lahapnya. Sekilas ia mirip dengan mendiang istrinya dulu. Selalu perhatian sama keluarga, ditambah dengan parasnya yang cantik.

"Apakah ini yang dinamakan keberuntungan? atau jangan-jangan memang aku ditakdirkan bersamanya?" batin Bima.

My Bestfriend HusbandWhere stories live. Discover now