Bagian 4

458 8 0
                                    

Acara sakral melepas masa lajang berakhir kemarin malam. Lelah, letih sekaligus karena harus bangun mempersiapkan diri jauh sebelum subuh.

Pagi harinya mencari tas besar untuk dia isi dengan barang-barang yang bersangkutan dengan pakaian sehari-hari, buku dan berkas-berkas penting lainnya.

Selesai melakukan berkemas, Dimas kemudian berjalan ke keluar, di sana ternyata Bima sudah menunggu bersama kedua anaknya.

"Ayo dek Naura, Mas Raden, kalian salim dulu ya sama Mama." Perintah Bima pada anak-anaknya yang menyambut Dimas.

"Mama? Emangnya siapa yang dipanggil Mama? Aku?" Batin Dimas mendengar perkataan Bima tak percaya. Masa dia mau dipangil Mama

Kena harus panggil Mama? Apa ibu gabisa?" Tanya Dimas risih pada suaminya

"Karena anak-anak sebelumnya memanggil ibu, aku pikir biar beda aja"

Akhirnya Dimas pun mengikuti Bima menjauh dari rumahnya, dan memasuki mobil terparkir di depan.

Sesampainya mereka lekas turun dari mobil.

"Mbak Naura tugasnya antar mama ke kamar Ayah ya. Adek bantu disini aja Mereka berpisah dan Naura bersama dengan ibu sambungnya, walaupun sudah mengenal baik dengan Eka namun anak itu terlihat canggung, karena dirinya kan sekarang Disa

"Kalo kamu masih canggung, panggil Ibu gapapa." Dimas mengerti kalau anak di depannya itu canggung dengan panggilan Mama.

"Hmm.. Iya Bu Disa, ayo biar Naura antar ke kamar ayah.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju pintu kamar, lalu Dimas pun masuk tanpa menunggu lama setelah pintu dibuka oleh Naura.

Setelah Dimas menutup pintu, dia mengamati kamar tersebut, sedikit terkejut melihatnya kembali, mengingatnya kembali dia sering bercanda, main ps, bahkan tidur disini berdua sama Bima.

Ada beberapa perubahan signifikan, ada ranjang yang cukup untuk berdua, sebuah almari besar dari kayu jati berada di pojok kiri jendela kamar tersebut, padahal sebelumnya diisi lemari setengah meter, ada tambahan lagi meja serta bufet meja rias yang menghadap ke ranjang, sangat bernuansa pengantin banget.

Meskipun rumah Bima ini hanya satu lantai namun jangan tanya untuk luasnya. Dan satu lagi, memang rumah Bima kalo di lihat dari luarnya saja, keliatan sederhana. Namun karena rumah tersebut dari kayu dengan penuh ukir-ukiran khas jawa, menambah kesan megah dan sejuk.

Mulai hari ini Dimas cuma banyak berharap jika dia bisa menempatkan diri dan berlaku sebagai istri sekaligus Ibu sambung yang baik bagi Bima serta anak anaknya.

Entah kenapa rasa pusing dan lelah menghampiri Dimas sejak memasuki kamar barunya siang tadi, dia belum kunjung keluar sekalipun sekedar ngobrol sama anak-anaknya.

Sore itu di sebuah kamar menjelang waktu shalat ashar, seorang wanita akhirnya beranjak turun ranjang setelah seharian hanya tiduran

"Ibu...!" Samar-samar terdengar suara bocah yang tidak asing lagi dari balik pintu kamar yang tertutup ketika aku selesai mengucap salam.

Saat itu yang masih memakai mukena karena mau tak mau dia terpaksa sholat menggunakan itu, bukan berarti dia sudah menerima takdirnya.

Dia bergegas dari duduk lalu membuka pintu. Ada Naura dan Raden sedang berdiri di depan menatapnya canggung.

Ayah menyuruh kami agar memanggil Bu.

Tunggu ya, Bu Disa ganti dulu.

Tidak seperti sebelum-sebelumnya, karena Dimas saat ini benar-benar grogi berada di tubuh adiknya melihat keluarga Bima berkumpul di ruang tengah kecuali Bima sendiri sedang ada tamu.

Bu, ini tadi disuruh ngasih sama Ayah bisik Naura seraya memberikan kado. Kedua tangan mungilnya memeluk sebuah kotak berukuran sedang terbungkus kertas kado warna merah menyala.

Dimas tersenyum menerima kado tersebut tanpa berniat membukanya di tengah keramaian keluarga Bima.

Selepas itu Naura mengambil sepeda mininya, dan mulai menggunakan sepedanya berkeliling di dalam rumah.

Naura mengayuh sepedanya dengan semangat dan bahagia. Hingga ia tak sadar menabrak ujung meja, sepedanya pun ambruk.

Aduuh... Hiks..Hikss... Sepeda mini dengan gambar kupu-kupu itu menindih sebagian tubuh Naura. Kedua matanya melihat ke arah kakaknya sibuk bermain hp.

Di depannya Dimas terkejut, dia menghampiri Naura. Mengulurkan tangannya dan membantu untuk bangkit. Naura tidak menduga ibu barunya akan menolongnya.

My Bestfriend HusbandWhere stories live. Discover now