Bagian 11

381 5 0
                                    

Jam satu siang saat lagi terik-teriknya panas matahari, sepulang menjemput sekolah Dimas mengendari motor matic pemberian Mbak Risa, iparnya.

Dimas mengarahkan motornha memasuki sebuah perkampungan yang padat penduduk. Perlahan motornya berlalu lalang dan berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Dengan ciri khas arsitektur jawa.

Setelah memarkir motor. Dimas dan anak-anak mulai masuk. Naura langsung menuju ke kamar, sementara Raden pergi ke kamar mandi.

"Ma! Tolong ambilin ini!" Di depan pintu kamar, Naura memanggil Dimas

"Tunggu Naura." Dia bergegas ke arah suara kemudian masuk kamar.

Setelah semua urusan ganti baju Naura dan Raden beres, tugas Dimas selanjutnya mengajak makan siang anak-anak. Hari ini dia masak sayur sop dan lauk perkedel, terbilang sederhana sih. Tapi anak-anak sangat suka masakan itu.

Memikirkan Naura dan Raden berlomba-lomba memasukkan makanan ke mulut, Dimas makin gemas bin greget melihat kelakuan dua anak itu, walapun mereka bukan anak kandungnya, tapi buat Dimas sudah seperti anaknya

"Ayo!! Adek sama Mas bobok dulu. Mama temenin kayak biasanya"

Selepas mengisi perut bersama, waktunya tidur siang. Sebagai ibu yang bertanggung jawab, Dimas membiasaatu anak-anaknya harus tidur siang. Meskipun cuma beberapa menit, karena malamnnya biar mereka gak ngantuk mengerjakan PR.

Seperti biasanya pada malam Jumat selepas Isya Bima selalu ikut rutinan di masjid deket rumahnya, dia aktif bersama jamaah bapak-bapak lainnya, sedangkan Dimas setiap malam Jumat mengaji sama anak-anak di rumah. Terkadang Bima sepulang dari rutinan di masjid istri dan anak anaknya sudah terlelap tidur, Namun malam ini ada yang berbeda dari biasanya.

Di kamar tidur yang tidak terlalu besar, Bima melihat istrinya menggunakan daster yang sengaja Dimas bawa dari rumahnya, bekas milik adiknya yang baru ketemu setelah bongkar-bongkar, menurut Dimas menggunakan daster atau gaun yang tipis, membuatnya lebih nyaman dan tidak cepat gerah.

Bima menelan ludah sebelum dia berhasil menutup pintu kamar secara perlahan, lalu menyapa istrinya.

"Lagi apa? Gak biasanya jam segini masih aktif"

Suara barusan berhasil menginterupsi Dimas yang dari tadi asyik bermain ponselnya.

"Lagi liat-liat instagram aja. Tuh lucu-lucu videonya."

Intip Bima ke arah layar ponsel istrinya yang menjadi fokusnya, namun Bima gagal fokus. Matanya seperti memberi petunjuk ke arah tonjolan kecil yang seakan mengejek ingin dihisapnya, dia yakin malam ini istrinya tidak memakai bra.

Tadinya Bima ingin membiarkan istrinya lebih lama bermain ponselnya, tanpa sadar dia melakukan kesalahan. Cepat-cepat Bima menyambar ponsel istrinya dan merampas ponselnya lalu menaruh di atas nakas.

*Belum sempat istirahat, ganggu aja nih* batin Dimas

"Ish! Kamu sukanya ganggu aja". Dimas membalas mendorong tubuh besar Bima berusaha menahan kesal.

Tapi dorongan tangannya di tubuh Bima tidak berarti apa-apa, lalu yang terjadi malah kedua tangannya ditahan Bima di depan dadanya. Dimas pun berusaha memberontak sekuat tenaga, tetap saja tangannya masih terkekang.

Benar-benar malu, lemah dan lemah. Itulah sebabnya perempuan harus selalu dilindungi, memang sudah dituntut seperti itu. Begitulah dari sudut pandang Dimas kali ini, Bima bagai raksasa tiada tandingannya.

Dia menutup mata sambil menahan napas. Lalu mengembuskan napas perlahan saat tidak ada yang terjadi untuk beberapa detik.

"Ssttt... Mumpung malam Jumat. Kita main lagi untuk malam ini"

Tiba-tiba Dimas tersentak ketika tangan Bima berpindah di rahangnya, bagai sengatan listrik yang mengalir, jantung berdetak keras tidak karuan merasakan sesuatu basah menyapu bibir lembabnya.

*Huh...Huhhh.... Dimas menghirup udara dengan rakus ketika Bima tiba-tiba berhenti menyengat bibirku mungilnya.

"Wes (Sudah).. Ojo dibaleni (Jangan diulang).... !! " lirih Dimas tanpa tenaga di balik kuasa Bima.

Puyeng, pening yang dirasakan Dimas di kepalanya, berkali-kali tubuhnya bergetar akibat merespon sentuhan tangan dan bibir Bima. Inginnya teriak, tapi tidak semudah di pikirnya.

Tiba-tiba tangan Bima bergerak membuka resleting daster istrinya, meraih kedua ujung daster bagian lengan, dengan sedikit kekuatan darinya, sehingga terlepas dari tubuh Dimas, kedua kalinya seorang lelaki menjamak dirinya yang hanya berbalut pakaian dalam. Dan dia adalah Bima, lelaki 33 tahun, mantan sahabatnya.

My Bestfriend HusbandWhere stories live. Discover now