2. Unyil 🍬

11K 1K 68
                                    

Malam hari nya mereka berkumpul melingkari api unggun untuk sekedar menghangatkan diri.

Setelah melakukan perdebatan panjang mereka bersepakat untuk melapor pada polisi setelah pulang dari puncak nanti dan bersepakat untuk merawat bocah itu sementara waktu sampai polisi menemukan keluarga lain selain ibu tirinya.

Mereka khawatir jika bocah itu dikembalikan kepada ibu tirinya, ibu tirinya akan menelantarkannya lagi. Mereka juga menghapus opsi kedua untuk menyerahkan bocah itu ke panti asuhan karena Arya mengatakan saat dia tinggal di panti asuhan saat kecil dia sering dipukul oleh teman-temannya bahkan oleh pengurus panti juga, hingga Arya memutuskan kabur dan bekerja hingga sekarang.

"Anget gak nyil?" Pertanyaan Bagas tidak digubris oleh balita yang sedang sibuk melempar kerikil kecil ke api unggun lalu sesekali tertawa sembari bertepuk tangan.

"Haha sukurin lu Bagong dikacangin" ledek Andra yang sedari tadi memperhatikan mereka.

"Muka lu ngeselin si bang" ucap salah satu anggota SF bernama Danu.

"Dih mana ada, muka gua ganteng" kesal Bagas.

Biru terkekeh melihat bagaimana balita itu tertawa hanya karena batu kerikil, lantas Blue mengangkat tubuh kecil anak laki-laki itu untuk duduk dipangkuannya.

"Nyil biar lebih deket lagi, kenalin nama gua Biru" bocah yang dipanggil Unyil itu hanya menggerjap polos sambil memandangi wajah Biru yang tengah memakai piyama hijau bergambar kerropi.

"Papa Bu.." ucapnya.

"Nyil kenalin gua pangeran mermet Sakha" ucap Sakha sembari mengulurkan tangannya, bocah laki-laki itu meraih tangan sakha lalu menempelkannya di pipi gembulnya.

"Papa Aka.." setelahnya ia melepaskan tangan Sakha dari genggamannya.

"Aaa anjip gemoy banget dia nyet" histeris Sakha sambil menabok-nabok paha Bagas.

"Ye jamet biasa aja dong, oh iya nyil gua Bagas, yang ini Nino, Tama, Andra dan yang itu Arga" ujar Bagas memperkenalkan sahabat-sahabatnya.

"Papa Bu..,papa Caka.., papa Agas.., papa Nino.., papa Tama.., papa Anda.., papa Alga.., cemuanya papa na jen" setelah mengatakannya sambil menunjuk orang yang tadi disebutkan namanya, bocah laki-laki itu tertawa sambil bertepuk tangan.

Semua dibuat gemas akan tingkahnya.

"Itu nama lu nyil?" Tanya blue kepada anak laki-laki dipangkuannya.

Jen mengangguk, lalu menggeleng.

"Jen? Jenong?" Tanya Arga nyleneh lagi.

"Mau gua tabok lagi mulut lu hah?" Ancam Nino sembari mengangkat tangannya.

"Sumpah gua gak mau dicipok sama tangan lu lagi No, gila tangan lu bau eek anjip" Arga menutup mulut serta hidungnya menggunakan telapak tangan.

"Hehe tadi siang gua berak ga cebok ga, maap ye. Lagian gua kaya gitu juga diajarin sama si Biru bangcat, kata Biru kita harus hemat air dan tissue untuk generasi dimasa depan jadi gak usah cebok" jawaban Nino seketika membuat Biru melotot.

"Aswu lu No" Biru menoyor kepala Nino dengan keras hingga Nino terjengkang.

"Anjip jangan digituin, ntar kalo gua jadi bego gimana?" Kesal Nino.

"Lu gak sadar kalo lu udah bego dari lahir no?" Tanya Sakha si tukang hujat.

"Ye anjip man-"

"bancat, acu, ego" suara itu keluar begitu saja dari mulut polos jen.

Mereka terkesiap.

"Siapa yang ngajarin lu ngomong gitu nyil?" Tanya Biru.

"Papa" jawaban Jen seketika membuat mereka yang ada disana cengo dibuatnya.

Seven DaddyWhere stories live. Discover now