Bab 7 Tidak Berarti

39.1K 2.3K 204
                                    

"Telah kutemui sebentuk yakin tuk labuhkan setia, arungi ombak samudra sembari kudayung dengan teguh bersamamu. Hanya bersamamu. Serupa pelangi, merupa tujuh warna hidup yang merindu tak berbilang waktu. Wa-alqayka 'alaika mahabbatan minnii walitushna'a a'la 'aini. Dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariku, dan supaya kamu diasuh dibawah pengawasanku."

Ulva hanya menaikkan sebelah alis sambil tersenyum geli setelah melihat video Wali yang dikirim usai makan siang. Rupanya, otak Wali habis terbentur, ejeknya dalam hati.

"Kenapa? Tidak suka?"

"Kalau tidak suka, aku tidak akan memutarnya sepanjang hari." Ulva mendekat dan merebahkan kepalanya di dada Wali. "Coba kita lihat lagi bersama-sama...." katanya kemudian tersenyum simetris.

"Kalau sampai kau mengejekku, kujamin kau tidak akan selamat malam ini."

"Wah, kau mengancamku?"

"Baru tahu?" Wali merebut ponsel dari genggaman Ulva. Ia langsung mencium bibir Ulva lalu menjauh saat Ulva membalas ciumannnya.

"Kau-" Ulva memukul dada Wali dengan sebal. Yang dipukul hanya terkekeh senang kemudian mencubit pipi Ulva dengan gemas. "Eh, coba lihat deh, aku tadi memakai jilbab yang kamu berikan." Ia menunjuk benda persegi, meminta Wali untuk membuka galeri ponselnya, "aku cantik tidak?"

Wali antusias, ia memberi senyum sebelum membuka ponsel Ulva.

"109789. Itu kata sandi ponselku."

"Ya?" Tiba-tiba, Wali merasa bahagia karena Ulva mempercayainya. Wanita yang ia sangka dingin dan tak tersentuh memberinya password ponsel.

"109789." Ia mengeja pelan-pelan.

Wali menyentuh digit nomer yang diucapkan Ulva dan begitu tombol ponselnya tidak terkunci, ia melihat foto yang dimaksud Ulva. Ia nyaris tertawa terbahak-bahak melihat pose-pose Ulva yang menurutnya tidak sesuai umur.

"Kenapa? Tidak suka?" Ulva menatap nyalang, dia bahkan sudah merebut ponsel itu.

"Bukan," Wali menyentuh bahu istrinya, "aku kagum... mau bagaimana pun, kau tetap cantik. Selalu cantik."

"Sepertinya, aku mencium bau rayuan di sini." Ulva sudah menduduki Wali dan memainkan telunjuknya di bibir sang suami. "Kau merindukan aku?"

Wali menoyor kening Ulva agar tidak semakin dekat, membuat wanita itu mendesis kesal dan menindih Wali. "Wow, wow, wow... jangan terobsesi pada tubuhku, Cutiest."

"Cutiest? Aku tak suka panggilan itu. Ganti." Ulva meniup daun telinga Wali, membuat pria itu merinding.

"Tidak. Aku tak akan menggantinya," Wali memiringkan wajah sehingga ciuman Ulva yang seharusnya mengenai daun telinga berubah mengenai permukaan bibir. Dan saat itu juga Wali melumat bibir yang parkir di atasnya. Awalnya lembut lalu berganti panas dan menuntut. Ulva tidak tahu siapa yang mengakhiri ciuman itu, hanya saja ketika ia membuka mata, ia merasa kehilangan karena bibir Wali tidak lagi memainkan bibirnya atau kulitnya.

"Kau terlihat mau memakanku." Dumel pria itu lalu melepas kaos yang ia kenakan.

"Stop. Stop, Baby boy."

"Ouuucchh." Wali mendesah jijik karena panggilan itu. ia sampai berhenti melepas kaos.

"Biarkan aku melakukan tugasku." Jemari Ulva begitu terlatih melepasnya. "enjoy, baby boy."

"Sekali lagi kau menyebutku baby boy, akan kubuat kau tidak bisa berjalan besok pagi."

"Ups, aku mendapat ancaman seksual."

Suami yang (Tak) DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang