Chapter 3 - Orang aneh di dalam hutan

71 5 0
                                    

Di luar kota batu putih itu ada sebuah bukit kecil dimana hutan masih lebat. Menyusuri jalan setapak menanjak, mereka sampai pada sebuah daerah dimana pohon-pohon oak tumbuh seperti perkampungan. Pada salah satu pohon, terbangun semacam kabin yang dibangun dengan konstruksi yang teratur oleh seseorang. Itu adalah tempat dimana Dalluf tinggal.

“Aku membangun tempat ini bersama sahabatku, Rocha beberapa tahun lalu.”

“Dia tidak tinggal di sini lagi?”

Wajah Dalluf berubah murung, “dia sudah meninggal. Dua tahun lalu kami bekerja keras menabung agar bisa pergi ke Boudica. Kami ambil pekerjaan paruh waktu di mana-mana, bahkan sampai kadang bolos kuliah.Rasanya puas sekali saat tabungan kami akhirnya penuh, akhirnya bisa ke Boudica untuk mencari Yggdrassil. Kami memutuskan untuk pergi segera setelah masa ujian semesterku berakhir. Pada hari terakhir ujian, aku pulang untuk mendapati gubuk ini sudah berantakan. Rocha tergeletak di tengah kabin, darah di mana-mana.”

Milo turut merasakan pahitnya pengalaman tersebut, bila dia menemukan sahabatnya meninggal seperti itu di tengah rumah yang mereka buat sendiri, sudah pasti dia akan sakit hati. Terlebih sahabat yang meninggal itu adalah sahabat yang senasib sepenanggungan, susah mencari orang seperti itu. “Apa yang terjadi? Kenapa ada yang mau membunuhnya?”

Terlihat rahang Dalluf mengencang sesaat ketika emosi itu kembali dia rasakan. Marah, sekaligus sedih. Tangannya sampai terkepal kencang, walau dia tidak menyadarinya. “Polisi bilang ini perampokan. Tapi aku tidak percaya.”

Dalluf melanjutkan, suaranya terdengar lebih kencang karena emosi, “sudah sejak dulu orang tahu kami mencari Yggdrassil. Bila bukan ejekan, maka acaman yang kami terima. Aneh, kan?”

Berhubung Milo tidak begitu mengerti dimana anehnya, Dalluf menjelaskan, “kenapa kita mendapat ancaman karena mencari kebenaran kisah dongeng? Benci? Aku tidak yakin itu. Pada hari pertama kami menemukan bahwa Yggdrassil tampaknya berada di Boudica karena kisah Yggdrassil paling awal berasal dari sana, ada surat kaleng nyasar ke dalam asramaku. Katanya bila aku tidak menghentikan kegilaan itu, aku akan dikeluarkan dari akademi.”

“Kenapa ada orang yang mau mengancam apa yang kau lakukan? Apa mereka juga ingin Yggdrassil?”

“Mana kutahu kenapa. Tapi gara-gara itu kami pindah ke kabin ini. Di sini surat kaleng itu tidak lagi datang, tidak ada yang menemukan kami.”

“Jadi ini gubuk rahasia kalian, begitu?”

“Ya, tapi kami bukan pasangan gay, aku suka cewek dan Rocha punya pacar.”

“Gay? Apa maskudmu?”

“Homoseksual, jeruk makan jeruk.”

“Memangnya bisa pria menyukai pria?” wajah Milo kini seperti baru saja melihat anjing muntah untuk pertama kalinya.

“Bisa! Malah banyak. Memangnya di sekitarmu tidak ada yang begitu?”

Milo hanya menggelengkan kepala untuk menjawab, pikirannya seperti mata yang baru pertama kali melihat sinar, dan sinar itu menyorot langsung ke matanya. Ia terkejut.

“Aku benci orang gay, mereka menjijikkan dan mengerikan.”

“Mungkin mereka tidak menganggap wanita menarik, jadi …”

“Makanya kusebut mengerikan!”

Milo memilih untuk diam saja, sementara Dalluf sibuk mengekspresikan kebenciannya terhadap kaum gay. Baru setelah akhirnya Milo menguap karena bosan, Dalluf kembali kepada topik.

“Yah pokoknya begitu, menurutku Rocha dibunuh bukan sekadar perampokan, sekalipun uangnya raib semua. Pembunuh Rocha sampai sekarang masih belum ketahuan, dan polisi sama sekali tidak serius menangani kasusnya. Aku jadi semakin curiga jangan-jangan Raja Rexes tahu mengenai Yggdrassil dan menyembunyikannya. Apa kau tahu apa penyebab peperangan ini?”

War of Asgares LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang